Chapter 17 :: Praktek Lapangan

7.2K 992 48
                                    

Momo menguap lebar selagi dosen di depan sana berceloteh menjelaskan sedikit mengenai lokasi pertama yang akan mereka tuju pada kegiatan praktek lapangan ini. Tak satupun kalimat yang nyangkut di kepalanya.

Jennie yang baris di sampingnya, menyikut pelan tulang rusuk Momo. "Lo semalem begadang ya?"

Momo mengucek matanya sambil mengangguk. "Keasikan nonton netflix."

Jawaban Momo mengundang desahan napas dari Jennie. "Udah tau hari ini kita mau ke lapangan, malah begadang. Mending kalau begadangnya buat mahamin materi, lah ini malah nonton!"

"Stop, gue gak mau denger omelan lo!" Momo menyela. Wajahnya terlihat lesu dengan kantong mata yang terlihat jelas. Sekarang sudah pukul tujuh pagi. Sebentar lagi mereka akan segera berangkat.

Tiba-tiba Wildan berjalan ke belakang sambil membagikan kertas instrumen ke setiap anggota kelompoknya. "Salah satu dari kalian harus ikut gue ngambil geologi. Satunya kebagian kartografi."

Momo memasang senyum lebar lalu mengambil kertas kosong ukuran A3 yang ada di tangan kiri Momo. "Bagian geologi serahin aja ke Jennie, kan dia juga jadi komting praktikun geologi," ucapnya santai.

Jennie melotot. Ia berusaha merebut kertas yang sudah diambil Momo, tapi cewek itu buru-buru menjauhkannya. "Gue gak ngerti tentang batuan Jen. Kalau gue yang ngisi instrumennya entar salah semua!"

"Oke Jennie, lo sama gue kebagian geologi," putus Wildan lalu kembali ke baris depan sebelum Jennie sempat buka mulut untuk protes.

"Selamat Jennie. Lo bareng Wildan abis itu entar aspraknya kak Terry haha mampus lo di kelilingi kulkas berjalan."

Jennie sertamerta menjitak Momo yang malah tertawa di atas penderitaannya. Kemudian ia beranjak menaiki bus mini yang sudah ditentukan panitia.

Ia celingukan mencari bangku kosong hingga matanya menangkap sosok Joshua yang sedang menaruh tasnya di atas bagasi.

Jennie masuk lewat pintu depan sementara Joshua berada di kursi kedua dari belakang. Baru saja ia akan menyapa cowok itu—dengan harapan bias duduk bersamanya—saat salah satu teman rombelnya muncul dari pintu belakang dan menyapa Joshua lebih dulu.

Mereka terlihat mengobrol beberapa saat lalu berakhir dengan duduk bersama. Jennie tercenung.

"Harusnya duduk bareng temen sekelompok loh." Ia masih bisa mendengar suara Joshua.

"Nggak apa-apa kak, lagian kelompokku ganjil orangnya." Cewek itu tersenyum sok manis. Jennie gedek sendiri melihatnya.

"Jangan ngalangin jalan!" Jennie tiba-tiba dikagetkan oleh suara seseorang dari belakangnya. Ia sudah hapal betul siapa pemilik nada suara dingin ini.

"Kebiasaan deh muncul tiba-tiba kaya setan!" Sebelah alis Terry terangkat mendengar gerutuan Jennie. Padahal ia sudah berujar sepelan mungkin, tapi Terry sepertinya punya pendengaran yang teramat tajam.

Tanpa membalikan badan, Jennie langsung mendudukan dirinya di kursi kosong yang ada di sebelahnya. Terry sempat meliriknya sekilas sebelum berderap ke belakang.

Jadi di masing-masing bus ada dua sampai tiga asprak yang menemani. Kebetulan sekali Terry dan Joshua yang ditugaskan di bus yang sama dengan Jennie.

Padahal tadi kesempan Jennie untuk mendekati Joshua, tapi seseorang sudah menyabotasenya lebih dulu. Jennie memberengut hingga Wildan datang dan duduk di sebelahnya tanpa permisi. "Disuruhnya duduk sesuai kelompok!" Wildan memberi penjelasan singkat mengenai tindakannya.

"Heh, gue duduk sama Momo!"

"Dua kursi di depan kita udah diisi Momo sama Roshid."

Jennie menganga. Dasar Momo pengkhianat. Bisa-bisanya dia duduk dengan orang lain, padahal tadi mereka sudah sepakat untuk duduk bersama—ya walau tadi ia sempat ingin mengkhianati Momo juga sih saat kepikiran untuk duduk bersama Joshua.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang