Chapter 29 :: Tentang Perasaan

6.3K 918 101
                                    

Momo duduk bersila di atas tempat tidur Jennie. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap Jennie. Tatapannya menuntut agar Jennie lekas buka suara. Sedari tadi ia sudah membujuknya dengan berbagai cara, dan kalau Jennie kira ia akan menyerah, maka Jennie salah besar.

"Gue gak bakal pergi sebelum lo cerita." Begitu kata Momo yang pada akhirnya membuat Jennie mengembuskan napas kasar.

"Oke oke gue ceritain!" Jennie menyerah. Sehebat apapun ia menghindar, Momo pasti akan terus merecokinya sampai ia berhasil mendapat jawaban yang ia inginkan. Berhubung sekarang sedang UAS, Jennie tidak mau ambil pusing. Akhirnya ia menceritakan semuanya pada Momo. Dari mulai Jebi yang minta tolong padanya sampai percakapan di pantai dengan Terry. Jennie dulu memang pernah memberitahu Momo bahwa ia diminta tolong untuk mengawasi Nayla, tapi saat itu Jennie hanya berbicara sedikit. Untuk itu kali ini ia berniat membeberkan semuanya.

"Tapi bener Jen kata Kak Terry, kok lo mau-mau aja diajak Kak Jebi?"

"Waktu itu posisi gue gak bisa nolak."

"Kalau Kak Jebi beneran mau balikan sama Kak Nayla, kenapa dia malah minta tolong sama lo? bukannya lebih baik minta tolong temen-temennya ya?"

Jennie mengangkat kedua bahunya sekilas. "Gue gak tau kalau itu. Mungkin karena kita sekos dan kita juga setim PKM."

"Kaga, menurut gue bukan gitu."

"Terus?"

"Nih ya Jen, menurut insting gue kali ini lo harus percaya sama Kak Terry. Gue juga gak percaya kalau Kak Jebi ngedeketin lo cuma buat minta tolong."

"Hah?"

"Jangan-jangan sebenernya Kak Jebi suka sama lo Jen?" ucap Momo tepat di depan wajah Jennie bikin cewek itu refleks mendorong jidatnya.

"Ngawur!"

"Kok ngawur sih?"

"Mana mungkin kak Jebi suka sama gue Mo, dia itu masih sayang sama Kak Nayla."

Momo merotasikan bola matanya lalu kembali bersedekap. "Tau dari mana lo? kan hati orang gak ada yang tau Jen."

"Nggak, gue yakin seratur persen Kak Jebi gak suka sama gue."

Momo berdecih. Padahal biasanya instingnya tidak pernah salah kalau urusan seperti ini—kecuali soal Tender yang benar-benar diluar prediksinya.

"Tapi Jen, sebenernya gue lebih penasaran kenapa Kak Terry ngelarang lo deket-deket sama Kak Jebi."

Kini giliran Jennie yang merotasikan bola matanya. "Kan udah gue bilang sih Mo, dia ngiranya gue mau ngerebut Kak Jebi dari Kak Nayla."

"Lo kira Kak Terry orang yang suka ikut campur urusan orang lain? Kalaupun iya Kak Terry gak mau lo ngerebut Kak Jebi dari Kak Nayla, tapi gue rasa orang kaya dia gak bakal sampe ngalarang-larang lo segala. Lo tau sendiri Kak Terry kaya apa."

Kali ini Jennie tepekur dan tak membalas ucapan Momo. Rasanya ia baru sadar akan suatu hal. Benar kata Momo, Terry bukan tipe orang yang mau repot-repot ikut campur urusan orang lain apalagi tentang hal-hal remeh seperti kisah asmara, bukan Terry banget.

"Terus kalau bukan itu alasanya apa dong?" Kini Momo manatap Jennie serius. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik pada Jennie.

"Kayanya dia suka sama lo Jen, terus cemburu kalau liat lo berduaan bareng Kak Jebi." Setelahnya Momo langsung mendapat tamparan cukup keras di lengannya hingga ia merintih kesakitan.

"Kok gue malah dipukul sih Jen?!" protes Momo tak terima. Ia mengusap-usap lengannya yang menjadi korban keganasan Jennie.

"Abisnya lo dari tadi becanda mulu. Mana ada Kak Terry suka sama gue, kiamat kali kalau iya!"

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang