Gosip-gosip Tentang Jennie belum mereda sepenuhnya, tapi setiap ada yang mencoba mengganggunya, Momo dan Bintang selalu maju paling depan layaknya kesatria.
Jennie merasa bersyukur memiliki teman seperti mereka berdua. Selain itu hubungannya dengan Terry juga semakin membaik. Setidaknya mereka sudah bisa mengobrol seperti biasa walau Terry kadang masih bersikap menyebalkan.
Saat ini Jennie dan Terry sedang makan bersama di kantin fakultas. Mereka tengah memperdebatkan sesuatu dan langsung bungkam begitu Nayla datang bergabung.
"Apaan nih makan gak ngajak-ngajak!" Nayla duduk di sebelah Jennie yang kini menundukan kepalanya. Sejak gosip tentang dia dan Jebi beredar, Jennie belum sempat minta maaf pada Nayla.
"Kita cuma kebetulan ketemu," jawab Terry enteng.
Nayla ikut memesan makanan dan bersikap seperti biasanya. Ia sama sekali tidak tahu kalau Terry sudah menyadari perasaannya karena Terry juga bersikap seperti tidak ada apa-apa.
"Kak Nayla, aku mau minta maaf," ucap Jennie pelan setelah berlarut-larut dalam pikirannya.
"Soal gosip lo sama Jebi?" Jennie mengangguk, namun masih belum berani mengangkat wajahnya.
"Santai aja Jen. Gue sama Jebi udah lama putus dan kita juga putus bukan gara-gara lo, udah gak usah dipikirin entar juga kalau mereka udah capek gosipnya bakal reda sendiri. Lagian harusnya gue yang minta maaf, gara-gara gue gak ngasih tau orang-orang kalau kita putus, lo jadi disangka pelakor."
Jennie tersentak mendengar ucapan Nayla. Padahal ia takut setangah mati padanya, takut jika Nayla tidak akan memaafkannya, tapi ternyata Nayla sama sekali tidak marah padanya.
"Kalau ada apa-apa kabarin gue aja Jen, mereka gak ada hak buat ngejudge lo!"
Perlahan Jennie mengangkat wajahnya dan tersenyum. Kemudian ia menoleh pada Nayla, "Makasih kak."
"Udahan nih mengheningkan ciptanya?" canda Nayla sambil tertawa pelan sementara Jennie mengernyitkan dahinya bingung. "Daritadi lo nunduk mulu!"
"Kebiasaan buruk lo, kalau ada apa-apa pasti nunduk padahal gak salah!" Terry menimpali.
"Soalnya aku gak berani natap mata orang yang lagi punya masalah sama aku."
"Ck penakut banget. Pede aja lagi, toh bukan lo yang salah!" Nayla ngangguk-ngangguk setuju.
"Btw ini belum ada pengumuman PKM ya?"
"Katanya sih minggu ini pengumumannya udah keluar." Mendengar percakapan Nayla dan Terry membuat perut Jennie mendadak mulas. Ia tidak siap mendengar hasilnya, takut tidak lolos, tapi disaat bersamaan juga takut lolos.
"Duh, jadi deg-degan. Kalau lolos kita harus siap-siap pengabdian."
"Iya, gak ada waktu santai-santai lagi. Tujuan kita juara PIMNAS!" Perut Jennie semakin mulas. Ini kali pertamanya Jennie ikut penelitian, ditambah teman satu timnya anak ambis kaya Terry. Gimana Jennie gak nervous dan lagi dia masih semester dua.
"Untungnya kita dapet dosbing yang enak, Bu Yuni udah berpengalaman ngurus PKM."
Kali ini Terry yang ngangguk setuju. Jennie memang sudah kenal siapa Bu Yuni semenjak ia bergabung dengan tim mereka, tapi sebagai mahasiswa baru ia belum pernah bertemu dengannya di kelas. Dengar-dengar dari kating, Bu Yuni ini cukup tegas dan kadang omongannya pedes banget. Mirip-miriplah mungkin sama Terry.
"Gue duluan, masih ada kelas!" Terry berlalu setelah menghabiskan makanannya. Meninggalkan Nayla dan Jennie berdua dengan suasana canggung. Walau sebenarnya hanya Jennie sih yang merasa demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
Fiksi UmumAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...