Wajah Jennie terlihat sangat tegang sejak memasuki ruangan yang akan menjadi tempat monitoring evaluasi kedua mereka. Kali ini dosen penguji atau sebut saja juri monev berasal dari kampus lain. Dua orang wanita dan satu pria berkumis tebal dengan tatapan setajam elang.
"Apa kelebihan dari penelitian kalian lalu luaran apa saja yang sudah dicapai?" Salah satu juri wanita mengajukan pertanyaan klasik namun mematikan apabila tidak bisa dijawab dengan baik.
Melihat Jennie semakin tegang, refleks Terry menepuk-nenepuk punggung tangan cewek itu sekilas sebelum tersenyum dan menjawab pertanyaan dari juri dengan lugas seolah jawabannya sudah berada di luar kepala dan telah disiapkan sejak lama.
Melihat raut wajah juri, mereka tampak puas dengan jawaban Terry. Sesi tanya jawab pun berlangsung cukup lama. Kebanyakan Terry yang menjawab walau sesekali ia menyuruh Jennie memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu yang dirasa cukup mudah.
Selesai acara monev, ketiganya keluar ruangan dan kaki Jennie langsung lemas seketika. Ia memegang dadanya dan mengembuskan napas lega. Jennie benci suasana menegangkan yang membuat jantungnya berdebar tak karuan dan membuat perutnya mendadak mulas.
"Good job guys, so proud of us!" Nayla merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan tersenyum penuh kelegaan. Hanya Terry yang terlihat biasa saja, bahkan tadi ia tidak terlihat gugup sama sekali.
"Ayo kita makan-makan buat ngerayain!"
"Boleh." Terry yang pertama kali menjawab membuat senyum Nayla semakin melebar. Tidak ada salahnya juga mengapresiasi diri karena sudah bekerja keras.
"Mau gabung sama Dirga gak? Dia abis monev juga terus barusan ngajak gue makan-makan."
"Boleh deh, biar lebih rame."
"Lo gimana Jen?"
"Iya Kak nggak apa-apa." Jennie yang sudah mendapatkan kembali ketenangannya akhirnya bisa tersenyum. Lagi pula ia sudah kenal dengan Dirga, jadi ia rasa tidak masalah.
"Yaudah gue sekalian minta Dirga jemput ke sini aja. Gue gak mau bonceng tiga!"
Nayla dan Jennie kompak tertawa membayangkan mereka bonceng tiga di siang bolong begini, pasti orang-orang akan menertawakannya. Apalagi kalau tahu Terry orang yang mengemudinya.
Sepuluh menit kemudian Dirga sudah tiba di fakultas mereka dan Nayla tanpa diminta langsung berderap ke arahnya membiarkan Jennie agar boncengan berdua dengan Terry.
"Temen lo mana Dir?" tanya Nayla sebelum naik ke atas motor.
"Udah berangkat duluan." Nayla bergumam oh panjang.
"Pecel Graha Syifa ya!" ujar Dirga memberitahu Terry sebelum ia menjalankan motornya duluan.
Terry hanya mengangguk tanpa menjawab dengan suara. Ia menyalakan mesin roda dua itu sebelum mengeluarkannya dari barisan motor lainnya. Hari Sabtu parkiran tak sepenuh biasanya karena perkuliahan memang libur. Paling-paling yang di kampus hanya mahasiswa kerajinan atau mahasiswa gabut pemburu wifi.
"Ayo Jen, malah bengong!" Terry menoleh pada Jennie yang tak kunjung naik dan ia menemukan cewek itu sedang memandang arah lain dengan kedua mata menyipit. Serta merta Terry mengikuti arah pandangya, barulah ia melihat sosok Jebi sedang bertengkar dengan temannya, kalau Terry tidak salah ingat dia adalah salah satu anggota kelompok PKM Jebi.
Apa monev mereka gak lancar? Terry bertanya-tanya. Kelompok Jebi tadi melakukan monitoring evaluasi di ruangan yang berbeda dengannya.
"Cepet naik!" Terry menarik tangan Jennie membuat cewek itu menoleh lalu mengerjap kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
General FictionAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...