Terry mungkin sang jenius di setiap mata kuliah. Ia selalu bisa memecahkan persoalan dengan mudah bahkan dosen-dosen memujinya karena kecakapan dan ketelitiannya. Ia digadang-gadang akan menjadi lulusan terbaik di angkatannya.
Namun soal hati lain lagi. Ia masih sangat awam, bahkan lebih awam dari Johnny dan Dirga yang notabenya sama-sama jomblo. Perasaan itu sulit dimengerti bahkan oleh sang jenius sekalipun, atau justru karena Terry jenius makanya ia tidak bisa mengerti. Otaknya terbiasa berpikir tanpa melibatkan hati.
Sehingga ketika ia dihadapi sekelebat rasa yang tidak biasa, ia kebingungan dan Terry tidak suka dengan perasaan yang bergumul di hatinya sekarang. Perasaan asing yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Terry sebenarnya sudah punya dugaan bahwa mungkin dia cemburu, tapi Terry enggan mengakui.
Lagi-lagi otaknya bertanya, kenapa ia harus cemburu hanya karena sebuah postingan di media sosial, tapi sang hati dengan cepat memberikan tanggapan berbeda, mungkin saja ini jawaban dari semua usahanya selama tiga bulan terakhir ini.
Di tengah kegundahannya itu, ia dikejutkan dengan suara knop pintu yang diputar bersamaan dengan suara Tender yang masuk ke kamarnya tanpa permisi.
"Bang, gue ikut ngeprint dong?" katanya dengan wajah tanpa dosa.
Terry buru-buru menutup aplikasi instagramnya yang masih terbuka dan menampilkan postingan Jennie beberapa saat lalu. Kemudian ia mengunci ponselnya dan meletakannya begitu saja di atas tempat tidur.
"Nggak bisa apa ngetok pintu dulu?" tegur Terry sementara Tender cuma nyengir tiga jari.
"Pinjem laptopnya sekalian ya Bang." Dengan tidak tahu diri Tender sudah menyalakan laptop Terry yang berada di atas meja tanpa menunggu persetujuan pemiliknya.
Terry cuma bisa menghela napas dan membiarkan Tender berbuat semaunya. Ia terlalu malas berdebat, dan mengomeli Tender hanya akan membuang energinya secara percuma.
"Passwordnya apa nih?"
"Amethyst." Terry menjawab singkat.
"A me tis ... heh, kok salah? Nulisnya begimana dah?"
"Dalam bahasa inggris." Tender yang kemampuan bahasa inggrisnya sudah tidak usah diragukan lagi, langsung mengerti.
Selagi menunggu Tender mengedit file yang akan diprint, Terry terbengong di tepi ranjang hingga atensinya teralih begitu mendengar Tender bersenandung riang. Sobatnya yang satu itu memang selalu tampak ceria, tapi kali ini ia terlihat lebih ceria dari biasanya.
"Lagi seneng ya lo?" tuding Terry.
"Hehe tau aja." Jawaban Tender tidak membuat Terry puas.
"Abis jalan sama Lisa?"
"Nggak, besok baru mau jalan sambil ngerayain anniv pertama kita."
"Kok senengnya sekarang?"
"Hah?" Tender jelas tidak mengerti dengan pertanyaan Terry barusan.
"Nggak, lupain aja!"
Terry bergeming lalu tersadar akan ucapan Tender sebelumnya. Ia dan Lisa sudah satu tahun pacaran, padahal rasanya baru kemarin cowok itu mengenalkan Lisa kepada Terry dan yang lain lalu meneraktir mereka sebagai pajak jadian.
Omong-omong Terry jadi ingat dulu ia pernah bertemu Jennie dan Momo saat Tender meneraktirnya makan dan saat itu ia sempat terlibat skandal setelah Momo mengaku-ngaku sebagai pacarnya.
Terry tidak menjelaskan kepada siapapun selain pada Tender dan geng kosan yang menuntut minta penjelasan. Tender waktu itu kaget saat mengetahui fakta bahwa sobat karibnya ternyata diam-diam punya hubungan dengan salah satu teman kosannya, walau nyatanya itu semua bohong. Sampai sekarang Tender kadang merasa bersalah pada Momo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
General FictionAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...