Sekitar pukul setangah tiga sore rombongan Terry sampai di lokasi penelitian. Tepatnya di Desa Mandrajaya Kecamatan Ciemas. Daerah yang berada di pesisir kabupaten Sukabumi ini memiliki hutan mangrove yang layak untuk dijadikan bahan penelitian.
Setelah memakan waktu berjam-jam dan jalanan yang berliku akhirnya mereka bisa bertemu langsung dengan kepala desa yang akan menfasilitasi mereka selama penelitian berlangsung. Mereka disambut baik begitu tiba di sana dan disuguhi berbagai macam makanan. Setelah itu mereka diantar ke salah satu rumah warga yang akan menjad tempat tinggal mereka selama satu minggu ke depan.
Setelah berbincang-bincang, Pak Kades meninggalkan mereka untuk beristirahat. Tentu saja Terry dan yang lainnya sangat berterima kasih. Padahal ini adalah kali pertama mereka berkunjung, tapi mereka mendapat sambutan yang begitu hangat.
"Bang Mufti, lo nggak mau langsung balik? Entar kebur malem loh," ujar Jennie pada sepupu laki-lakinya yang tadi sudah berbaik hari mengantarnya kemari, tapi Mufti malah merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Ngusir lo Jen? Gue masih capek tau, dikira perjalanan ke sini tuh sebentar." Mufti ngomel-ngomel dan berujung bertengkar dengan Jennie.
"Padahal gue nyuruh lo balik sekarang biar lo gak kemaleman," gerutu Jennie lalu duduk menjauh dari Mufti.
"Nginep di sini juga gak apa-apa Jen, biar istirahat dulu terus pulang besok pagi." Nayla menyela dan langsung mendapat acungan jempol dari Mufti.
"Temen lo aja pengertian Jen, lah elo sendiri malah kaga peka!" Mufti mencibir dengan posisi masih rebahan di atas sofa. "Pantes lo putus sama Bintang."
Tepat setelah mengatakan itu sebuah sandal mendarat mulus di kepala Mufti, tentu saja Jennie yang melakukannya.
"Apa hubungannya?!" Jennie misuh-misuh sementara Nayla terperanjat.
"Lo pernah pacaran sama Bintang Jen?" Jennie mengangguk polos.
"Wah gila, salut gue lo masih bias akrab sama mantan."
"Gamon dia, padahal si Bintang udah punya cewek lagi." Jennie melemparkan sandal yang satunya lagi dan kali ini mendarat di lengannya. "Barbar amat ni manusia satu." Mufti kembali melemparkan sendal tersebut kepada Jennie.
"Lo udah tau Ter? Kok gak kaget sih."
"Udah tau." Terry menjawab singkat lalu bersiap-siap untuk pergi. Jennie dan Nayla menatapnya penasaran.
"Gue mau liat hutan mangrove, ada yang mau ikut?"
"Jen lo ikut sana biar Nayla nemenin gue di sini, sekalian beliin gue rokok."
Jennie berdecak. "Emang gak ada ahlak ya lo Bang, hobi banget ngerepotin gue."
"Heh ngaca coba. Lo juga udah ngerepotin gue nih." Jennie meniru ucapan Mufti tanpa suara sambil memasang wajah menyebalkan. Akhirnya ia memilih ikut Terry daripada diam di sana meladeni Mufti yang ada bisa bikin dia darah tinggi.
Terry dan Jennie berjalan di bawah terik matahari yang masih bersinar terang walau tak sepanas di Semarang. Mereka menyusuri jalanan kecil yang disebelah kanan dan kirinya dipenuhi pohon mangrove. Jennie sampai terpukau melihatnya.
"Hutan mangrove di sini kayanya udah terawat deh, lebih bagus dari yang di pantai Tirang kemaren."
"Emang, tapi pemanfaatannya belum maksimal padahal di sini udah ada kelompok masyarakat yang peduli sama mangrove jadi harusnya lebih gampang kita ajak kerja sama sih. Itung-itung kita juga bantuin mereka buat mensosialisasikan mangrove ke warga yang lain."
"Berarti besok kita harus nemuin mereka dulu ya?"
"Iya, besok kita bahas prokja sama Pak Kades dan perwakilan dari POKMASI," jelas Terry. POKMASI sendiri adalah kelompok masyarakat konservasi, yaitu organisasi setempat yang menjadi mitra tim Terry untuk penelitian kali ini. Menurut Terry organisasi tersebut memiliki potensi besar untuk menggerakan masayarakat dalam pelestarian hutan mangrove, beruntung dulu Terry berhasil mengajaknya kerja sama dan sepakat menandatangani MOU.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
General FictionAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...