Pulang KKL Terry tepar dan mengharuskannya istirahat total di kamar kos-kosan. Kalau bukan karena omelan Nayla, mungkin dia sudah memaksakan diri menyiapkan monev PKM yang tinggal sebentar lagi dan menulis laporan KKL kelompoknya.
Nayla menyuruh Jennie menjenguk Terry selagi ia kumpul kelompok KKL. Jennie menurut saja, tak lupa ia juga membawakan bubur ayam dan teh hangat saat ia diantar Momo mengunjungi kos Terry pagi itu.
Ini adalah kali pertama Jennie masuk ke kos-kosan cowok selain punya Bintang. Rasanya aneh apalagi mayoritas di sana kakak tingkat dan Jennie tadi hampir saja berteriak saat tak sengaja melihat salah satu penghuni kos bertelanjang dada. Beruntung Johnny langsung meneriaki orang itu dan menyuruhnya kembali ke kamar.
"Aduh sori ya Jen, tolong dimaklumi aja." Jennie tersenyum canggung sambil mengangguk. Mereka berdua menaiki tangga ke lantai dua, tempat dimana kamar Terry berada.
"Ini gak apa-apa Kak aku masuk ke kamar Kak Terry sendirian?" tanya Jennie ragu.
"Gak apa-apa, bukain aja pintunya kalau lo takut." Johnny mengetuk pintu kamar Terry sebelum membukanya dengan kasar.
"Ter ada doi nih mau jenguk!" Terry yang sedang meringkuk di tempat tidur seketika mendongkak untuk melihat tamu tak diundang.
"Dah ya Jen gue tinggal, mau kumpul kelompok."
Sekali lagi Jennie mengangguk sambil menggumamkan terima kasih. Omong-omong soal Momo, tadi ia menolak untuk menemani Jennie masuk, katanya gak mau jadi orang ketiga. Alhasil Jennie harus masuk sendirian, untung tadi di depan ketemu Johnny yang bersedia mengantarnya ke kamar Terry.
"Lo ngapain di sini?" tanya Terry dengan suara parau. Wajahnya terlihat sangat pucat dan lelah, baru kali ini Jennie melihat Terry selemah itu.
Bukannya menjawab Jennie malah tertawa pelan. "Ternyata kak Terry juga manusia ya."
Dahi Terry mengernyit bingung maka Jennie buru-buru melanjutkan ucapannya. "Bisa sakit juga maksudnya."
Dengusan pelan terdengar setelahnya meski Terry tidak mengatakan apapun lagi dan itu membuat Jennie kembali tertawa.
"Kak Terry udah makan belum? Ini aku bawain bubur."
Terry melongok ketika Jennie mengeluarkan sebuah kotak makan dan botol minum dari dalam tote bag yang dibawanya lalu menyodorkan padanya sambil tersenyum manis.
"Kak Terry bisa makan sendiri gak atau mau aku suapin?" Terry buru-buru bangkit dan mengubah posisinya jadi duduk bersila meski setelahnya kepalanya langsung pening karena bangun tiba-tiba.
"Gue bisa makan sendiri." Terry merebut kotak makan itu dari Jennie. Harga dirinya tidak membiarkan Terry agar terlihat lebih lemah lagi di hadapan cewek itu.
"Ini sendoknya." Jennie menyerahkan sebuah sendok pada Terry. Biasanya kalau beli bubur akan dikemas menggunakan styrofoam, tapi Jennie tahu orang seperti Terry tidak akan mau dan sudah pasti Jennie akan kena omel kalau Terry melihatnya membawa makanan dikemas dengan sampah yang tidak bisa terurai itu. Untuk itulah tadi Jennie membawa tempat makan sendiri.
"Abis itu jangan lupa minum obat Kak."
"Gue bukan lo, gak perlu diingetin."
Astaga lagi sakit aja masih bisa nyebelin. Jennie membatin.
"Oh ya, angkatan Kak Terry ada seminar KKL gak?"
"Ada."
"Sama berati ya." Jennie menghela napas. Kesibukan yang menumpuk sudah menantinya dan Jennie harus menyiapkan diri, ia tidak boleh sampai sakit seperti Terry atau ia akan mengacaukan semuanya. Karena Jennie bukan tipe orang yang biasa mengerjakan sesuatu mepet-mepet deadline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
General FictionAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...