Chapter 40 :: Bukan Sosok yang Sempurna

6.1K 928 155
                                    

Stres sudah menjadi makanan Jennie sehari-hari, tapi kali ini ia seolah sedang berada di puncaknya. Dua minggu lagi Jennie harus berangkat KKL ke Yogyakarta, ditambah dia terpilih menjadi salah satu seksi acara membuat Jennie mau tidak mau harus ikut survey terlebih dahulu agar bisa membuat rundown. Setelah KKL jelas ia harus menyiapkan laporannya dan juga seminar KKL. Selain itu bulan depan ia harus persiapan UAS dan Monev PKM.

Kepala Jennie rasanya mau pecah begitu melihat schedule-nya yang padat. Sticky note yang ditempel di mading kamar sudah penuh tumpang tindih. Waktu untuk bermain-main atau sekedar nongkrong dengan teman-temannya semakin menipis. Rasanya sekarang Jennie mulai menganut sistem waktu adalah uang.

Beruntungnya bukan hanya Jennie seorang yang tampak sibuk, Terry dan Nayla juga akan berangkat KKL di minggu yang sama dengan Jennie, bedanya mereka pergi ke Lombok.

Jadi di jurusan Jennie itu setiap semester genap yakni 2,4 dan 6 diwajibkan mengikuti kuliah kerja lapangan alias KKL yang mana pelaksanaannya serempak satu angkatan. Semua yang diperlukan disiapkan sendiri dari mulai lokasi, penginapan, akomodasi dan sebagainya. Dosen hanya menentukan temanya saja setelah itu mahasiswanya sendiri yang mencari lokasi tepat sesuai dengan tema yang diberikan, itulah kenapa dibentuk kepanitiaan.

Untuk angkatan Jennie, teman-temannya sepakat menunjuk Wildan sebagai ketua KKL. Sementara angkatan atasnya, Terry yang terpilih jadi ketua. Jennie tidak bisa membayangkan sesibuk apa Terry sekarang. Sebenarnya kepanitian sudah dibentuk sejak awal semester dua, hanya saja mereka baru bekerja ekstra ketika satu bulan menuju KKL.

Wildan dan Terry yang sama-sama perfeksionis tidak akan membiarkan acara mereka berantakan. Hal tersebut memberikan tekanan besar pada anggotanya. Meski begitu dosen cukup puas dan memberi respon positif terhadap kinerja kepanitiaan mereka.

Dua hari sebelum berangkat KKL, Terry tiba-tiba datang ke kos Jennie dan mengajaknya jalan. Untung saja Jennie sedang ada di kos, sedang menyiapkan instrumen untuk kelompok KKL-nya nanti.

Terry sudah menyiapkan helm untuk Jennie dan saat Jennie bertanya mereka akan pergi kemana, seperti biasa Terry tidak mau memberitahunya.

"Pake jaket sana, gue gak mau minjemin jaket gue soalnya," celetuk Terry sebelum berangkat. Jennie instan merotasikan matanya lalu kembali naik ke lantai dua.

Setelah itu barulah mereka berangkat. Dahi Jennie mengernyit saat motor Terry melaju ke arah selatan, arah yang berlawanan dengan pusat kota. Entah kemana Terry akan membawa Jennie kali ini, tapi satu hal yang pasti, Terry tidak pernah membawanya ke tempat yang mengecewakan.

Cukup lama perjalanan mereka hingga akhirnya Terry berhenti di kawasan Umbul Sidomukti Kabupaten Semarang. Hawa dingin langsung menusuk kulit ketika Jennie melepas jaketnya, udara segar khas pegunungan dengan angin yang berembus sejuk turut menyambutnya. Suasana yang benar-benar berbeda dengan kota Semarang yang panasnya kadang membuat orang auto jadi rajin istigfar.

"Ayo!" kata Terry lalu membawa Jennie ke sebuah pondok kopi yang cukup ramai.

"Mau pesen apa?"

Jennie memandang lama daftar menu sebelum memutuskannya. Banyaknya pilihan yang tersedia membuat Jennie bergumam bingung.

"Ini aja," putus Jennie seraya menunjuk salah satu gambar yang ada di buku menu.

Lantas mereka memilih tempat di bagian outdoor yang menyajikan pemandangan Gunung Ungaran dan kota Semarang di sisi lainnya. Jennie tersenyum menikmati pemandangan yang tersaji di depannya sembari menggosokan kedua telapak tangannya untuk mengusir dingin.

"Dalam rangka apa kak Terry ngajak aku ke sini?" tanya Jennie kemudian sambil melirik Terry yang sedang menyeruput minumannya pelan. Ia bisa melihat asap tipis mengepul dari cangkir kopi itu dan meliuk mengikuti angin.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang