Setelah perbincangan dengan anak-anak kos semalam, Terry jadi makin pusing lantaran yang memberi saran bukan hanya satu orang saja. Mereka berlomba-lomba seolah ingin terlihat keren dan berpengalaman, hanya Dirga yang bersikap berbeda. Dia malah mengejeknya sambil berkata, "Kelamaan banget lo mikirnya Bang, gak usah pake teori-teori dah kalau emang lo ngebet banget pengen ngebuktiin perasaan lo cukup diem aja tunggu Jennie diambil orang lain, kalau hati lo sakit berati lo emang suka. Sayangnya waktu lo sadar, Jennienya udah keburu sama orang lain alias sukurin lo kelamaan mikir sih."
Tender dan Johnny sontak terpingkal mendengar mulut pedas Dirga berbicara, tapi mereka juga setuju dengan perkatannya.
"Kalau kata Maudy Ayunda sih cinta datang terlambat." Tender menambahkan.
Setelahnya, Terry memilih pergi meninggalkan kamarnya dan ngungsi di kamar Taufiq, satu-satunya orang terwaras sebagai penghuni kos lantai dua serta kakak tingkatnya yang beda jurusan, padahal malam itu Taufiq lagi sibuk nulis skripsi.
"Udah sampe mana Bang skripsinya?"
"Awal bulan insyallah seminar proposal." Taufiq menjawab dengan senyum teduh yang khas. Terry selalu suka bagaimana cowok itu menjawab pertanyaan atau berbicara dengan orang lain. Sangat ramah, tidak seperti dirinya. Ya, Terry harus akui kalau dia bukan orang ramah yang mudah diajak bicara. Sebaik apapun dia, tetap saja orang-orang mengatainya sinis.
"Kamu sendiri gimana Ter? Saya denger kamu ikut penelitian sama dosen?" Taufiq balik bertanya.
"Iya Bang, kemarin dapet tawaran jadi yaudah gue ambil aja, kan lumayan juga buat bahan skripsi."
Taufiq ngangguk-angguk setuju. "Iya lumayan banget itu, biaya juga ditanggung dosen kan?"
"Iya," jawab Terry sekenanya. Salah satu keuntungan dari ikut penelitian dosen adalah ia bisa sambil mengumpulkan data untuk skripsi ditambah kegiatan penelitian dari awal sampai akhir semua dosen yang bayar dengan kata lain Terry bisa lebih menghemat pengeluaran di semester tua nanti.
Terry baru kembali ke kamarnya setelah memastikan para teman laknatnya itu pergi dan sialnya mereka baru pergi ketika jarum jam sudah lewat dari tengah malam. Sepertinya akhir-akhir ini Terry agak melunak sehingga membuat mereka jadi semakin ngelunjak, lihat saja nanti jika mereka berulah lagi Terry tidak akan tinggal diam.
"Tobat gue punya temen kaya mereka!" gerutu Terry sambil merapikan kamarnya yang sedikit berantakan akibat ulah teman-temannya.
Keesokan paginya Terry buru-buru berangkat ke kampus untuk menemui dosen yang terlibat penelitian dengannya. Ia tiba lebih dulu kemudian disusul kedua temannya yang lain yakni Sena dan Joshua yang kini jadi teman satu timnya.
"Udah dari tadi Ter?" tanya Joshua basa basi.
"Nggak." Terry menjawab singkat. Dua tahun lebih berada di kelas yang sama tidak membuat mereka akrab meski mereka pernah sama-sama menjadi asisten praktikum dan hangout bareng.
Satu jam kedepannya mereka fokus membahas rencana pengambilan sampel yang akan dilakukan hari minggu nanti. Sebagai tim, mereka bisa dibilang tim yang sempurna karena bisa kerja sama dan membagi tugas sesuai keahlian masing-masing, tapi diluar itu rasanya mereka masih terlalu kaku. Terry dan Sena nyaris memiliki sifat serupa walau Sena tidak sejutek Terry, tapi tetap saja itu bukan hal mudah bagi Joshua untuk mengimbangi mereka berdua.
"Nanti kumpul di kampus dulu aja, biar kita berangkat barengan." Lagi-lagi Joshua yang membuka topik pembicaraan dan sama seperti sebelumnya, Terry hanya menjawab singkat.
"Oke."
"Sen lo gimana? Mau gue jemput?" Sena menoleh ke arah Joshua dan mengerjap bingung.
"Ehmm ... boleh," jawabnya tak begitu yakin sedangkan Joshua langsung membalasnya dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
Narrativa generaleAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...