Jennie menggerutu pelan sambil sibuk mengotak-atik ponselnya. Berdebat dengan Momo di chat Tentang mana yang lebih romantis antara coklat dan bunga.
Langkah Jennie terhenti saat ujung sepatunya menabrak sepatu lain. Ia tersentak kemudian mengangkat wajahnya dan kaget melihat Jebi yang kini sedang menatapnya.
Raut wajahnya berubah panik dalam sekejap. "Eh maaf kak, aku gak sengaja."
"Kalau lagi jalan matanya dipake jangan main hape mulu," sembur Jebi di detik berikutnya.
"I-iya kak maaf." Jennie beringsut sambil menundukkan kepalanya. Muka Jebi terlihat kurang bersahabat. Sepertinya mood cowok itu sedang tidak baik.
Sebelum Jennie disembur lagi, ia sudah lebih dulu ditarik menjauh sari sana oleh seseorang dan orang itu adalah Terry. Jennie tidak sadar kalau tadi Jebi sedang bersama Terry.
"Lo ceroboh banget sih jadi orang!" ujar Terry. Mereka berhenti tak jauh dari laboratorium kartografi—tempat yang dituju Jennie. "Kalau jalan gak usah main hape."
Jennie berdecak sebal. Ia merasa diomeli dua kali lipat.
"Tadi aku lagi ngechat temenku, urgent banget. Lagian kalian kenapa ngobrol di tengah jalan?" Jennie mencoba membela diri. Ia sudah bodo amat pada Terry. Jadi tidak usah sok soan bersikap sopan, kecuali kalau di depan orang lain.
"Emang ada larangan gak boleh ngobrol di jalan?"
"Ya nggak juga sih."Jennie menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Ini kenapa dia pake acara harus ketemu sama Terry segala sih.
"Kak Terry deket sama kak Jebi?" tanya Jennie kemudian. Entah kenapa tiba-tiba ia berani bertanya seperti itu. Ia hanya teringat dengan spekulasinya kemarin saat memikirkan hubungan Terry dengan Nayla.
"Gue masih normal!"
"Hah?" Jennie melongo tak mengerti.
Ini Jennie yang bego atau Terry?
"Jangan masang muka kaya gitu. Lo keliatan bego!" Setelah mengatai Jennie, Terry malah melengos begitu saja.
Mengundang umpatan kesal dari mulut Jennie. "Sial, kalau aja bukan kating gue!"
"Siapa?" Jennie tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba berbisik dari belakangnya.
"Sial gue kaget!" katanya setelah balik badan dan menemukan sosok Momo berdiri di sana.
"Lo ngapain diem di situ sambil maki-maki orang?" tanya Momo heran.
"Tadi gue ketemu orang gila." Dahi Momo berkerut samar. "Orang gila ketemu orang gila?"
"Oh please!" Jennie memutar bola matanya. Baru beberapa menit sejak ia dikatai bego oleh Terry, sekarang ia malah dikatai orang gila.
"Jadi gimana Jen?"
"Apanya yang gimana?" Jennie balik bertanya. Cewek itu kemudian masuk ke dalam laboratorium kartografi. Momo langsung mengikutinya.
"Soal yang tadi!"
"Lebih romantis coklat atau bunga?" Momo mengangguk, tapi Jennie tak melihatnya. Tatapannya malah fokus ke arah Joshua yang sedang menuliskan sesuatu di papan tulis. Tanpa sadar bibirnya langsung tersenyum.
"Siang kak," sapa Jennie membuat Joshua menoleh kepadanya. Cowok itu tersenyum dan membalas salam Jennie. "Baru kalian yang datang," katanya.
Jennie termangu. Senyum Joshua selalu berhasil membuatnya meleleh. Untuk sekarang senyum Joshua menjadi senyuman favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
General FictionAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...