Chapter 28 :: Salah Paham

6.6K 885 60
                                    

Terry menahan lengan Jennie dan membiarkan Joshua pergi lebih dulu memasuki musola. Mereka berdua berdiri berhadapan di warung yang kini sudah tutup. Hanya cahaya dari flash ponsel yang menerangi keduanya. Jennie kaget setengah mati sewaktu Terry bilang ingin berbicara dengannya.

"Ehm ... Kak Terry?" Karena Terry tak berkunjung berbicara, maka Jennie lebih dulu buka suara. Terry lantas melepaskan tangan Jennie dan menatapnya tajam sebelum melontarkan pertanyaan yang membuat Jennie mengerjap cepat di tempatnya.

"Lo suka sama Jebi?"

"Hah?"

"Lo suka sama Jebi?" Terry mengulang pertanyaannya.

"Eh, nggak Kak ... ini bukan kaya gitu, maksudnya aku gak ada rasa apa-apa sama Kak Jebi," jawab Jennie panic. Sudah ia duga bahwa Terry salah paham terhadapnya.

"Terus kok lo bisa ke sini bareng dia?"

"Cuma nemenin doang, katanya Kak Jebi gak mau pergi sendiri."

"Dan lo mau gitu aja?"

"Ya ... emangnya kenapa?" Jennie menatap Terry gugup. Untuk suatu alasan ia merasa telah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan harus bersiap-siap diadili olehnya. Padahal seharusnya Jennie tak perlu merasa begitu.

"Lo sejak kapan deket sama Jebi? Seinget gue dulu kalian gak begitu deket."

"Kak serius aku nggak ada apa-apa sama Kak Jebi, plis percaya sama aku. Ada sesuatu yang bikin kita jadi deket, tapi aku rasa kita juga nggak deket-deket banget kok. Diajak jalan sekali bukan berarti deket kan?"

"Sesuatu apa maksud lo? Lo bilang lo gak ada rasa apa-apa sama dia."

"Gak ada rasa apa-apa bukan berarti nggak bisa deket kan?"

"Terserah apa alasan lo, gue cuma minta jauhin Jebi," ucap Terry tegas.

"Kenapa?"

"Sampe gue mastiin niat dia ngedeketin lo, jangan deket-deket sama dia dulu!"

"Hah?"

"Nurut aja sama apa yang gue bilang." Terry menepuk pelan bahu Jennie, tapi Jennie langsung menepisnya.

"Kenapa aku harus nurut sama Kak Terry sedangkan kita juga nggak begitu deket. Posisi Kak Terry sama kak Jebi itu di mataku sama. Kalian cuma kating yang kebetulan pernah jadi asprakku. Jadi, kenapa aku harus mihak salah satu dari kalian?" Terry langsung terdiam setelah mendengar rentetan ucapan Jennie. Baru kali ini cewek itu berani menyeruakan isi hatinya untuk membantah ucapan Terry.

"Kak Terry bukan asprak aku lagi. Jadi, berhenti ngatur-ngatur aku dan asal kak Terry tau, aku cuma mau bantuin Kak Jebi gak lebih. Kak Terry gak usah khawatir aku gak ada niat ngerebut dia dari kak Nayla, aku bukan cewek kaya gitu," ucap Jennie dengan wajah yang terlihat sedikit terluka.

Jennie kemudian berlalu menyusul Joshua masuk ke musola. Sementara Terry masih termangu di tempatnya. Entah kenapa ia jadi merasa bersalah pada Jennie. Sepertinya Terry sudah salah menyampaikan apa yang dia maksud, dan pertengkaran mereka malam itu seolah menjadi akhir dari hubungan mereka. Jennie dan Terry tak lagi saling bicara atau sekedar saling berkirim pesan untuk beberapa waktu. Jennie pun memilih untuk fokus pada UAS.

***

"Selama gue pulang kampung ada gosip apa aja Jen? Let's spill," tanya Momo saat dirinya bertemu dengan Jennie di kelas di hari pertama UAS.

"Gak ada Mo."

"Apa kabar lo yang tiba-tiba holiday sama kumpulan asprak?"

"Itu kan udah gue ceritain, gue cuma nemenin Kak Jebi." Momo tentu saja tau soal itu karena ketika Jennie pulang, ponselnya sudah dipenuhi oleh pesan darinya. Katanya Momo tak sengaja melihat snapgram Asla saat mereka makan siang di hari pertama keberangkatan. Kebetulan wajah Jennie muncul dengan sangat jelas di sana.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang