Chapter 6 :: Tak Terduga

9K 1.1K 47
                                    

"Gak usah deket-deket gue, sana hus jauh-jauh!" Jennie langsung mengusir Bintang yang baru saja datang dan berniat untuk duduk di sebelah Jennie yang kebetulan masih kosong.

"Kenapa? Lo takut jatuh cinta sama gue ya kalau duduk deket-deket sama gue?" Bintang tak peduli. Ia tetap mendudukan dirinya di bangku sebelah Jennie.

"Pede gila lo!" kata Jennie diiringi dengusan pelan.

"Kalau lo udah suka sama gue, bilang aja ya Jen gak usah malu-malu." Jennie menggerutu. Rasanya ia ingin menampol Bintang dengan modul kuliah yang dibawanya.

"Pagi-pagi udah godain anak orang aja lo Bin." Roshid datang dan duduk di belakang Bintang.

"Mending godain anak orang daripada anak siluman," balas Bintang sambil terkekeh pelan.

"Pokoknya kalau kalian jadian, PJ lah. Mcd aja gak usah mahal-mahal."

"Eh kunyuk sembarangan aja kalau ngomong!" Jennie melotot tak terima.

"Mana mau gue pacaran sama cewek bringas kaya gini. Lagian gue udah punya cewek coy."

"Lo kira gue juga mau sama cowok kaya lo?!"

"Oh, cewek yang di instagram lo itu ya? Anak SMA?"

"Yoi. Gue sukanya yang muda-muda." Roshid maupun Bintang tak mempedulikan ucapan Jennie. Keduanya malah asik ngobrol sambil cekikikan gak jelas.

Jennie memberenggut. Anak dua itu kalau ngobrol kadang hebohnya ngalahin cewek-cewek yang lagi ngerumpi. Apalagi kalau si Jaelani sudah bergabung dengan mereka. Beuh toa masjid saja kalah.

Obrolan mereka baru berhenti saat dosen masuk ke kelas dan memulai mata kuliah. Selang beberapa menit Momo datang dengan keringat di dahinya. Dia pasti telat bangun lagi. Untung saja dosen kali ini mengijinkannya masuk.

"Telat bangun lagi lo?" tebak Jennie sambil menyambar tasnya yang ia letakan di kursi samping kirinya agar Momo duduk di sana. Ia memang sengaja menempatinya untuk Momo.

"Iya, gue semalem begadang mabar bareng temen kos." Jennie cuma geleng-geleng kepala.

Sahabatnya ini memang seorang gamers. Katanya dia lagi suka main ML sama PUBG. Entah game jenis apa itu Jennie tidak tau. Jennie cuma pernah main Hago sama Shopee candy.

"Gila lo ya, udah tau ada kuliah pagi." Momo nyengir tanpa dosa.

"Eh, barusan gue di parkiran papasan sama anak medusa," kata Momo sambil mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas.

"Kak Terry maksud lo?"

"Iyalah siapa lagi? Dia cuma ngeliatin gue sekilas terus pergi, tapi tatapannya itu loh ... parah serem banget. Kayanya dia emang anak medusa deh. Kalau lama-lama tatapan sama dia bisa berubah jadi batu gue." Jennie tertawa pelan. Ia membayangkan kalau Terry memiliki kekuatan seperti medusa yang dapat mengubah orang lain menjadi batu hanya dengan sinar matanya. Dia mungkin akan jadi orang pertama di kelas ini yang dirubahnya.

"Berisik lo berdua jangan ngobrol terus!"

"Liat siapa yang ngomong?" kata Jennie sebal. Padahal tadi Bintang juga sibuk ngobrol dengan Roshid.

"Hehe sori Bin, gak usah cemburu gitu. Kalau lo mau ngobrol sama Jennie bilang aja." Momo malah cengengesan.

"Gila lo!" Jennie menyenggol pelan lengan cewek itu.

"Ssttt!" Salah satu anak yang duduk paling depan menengok ke belakang dan melototi mereka bertiga.

Dia Wildan, cowok paling dingin di kelas. Kabarnya dia paling benci orang berisik semacam Momo dan Jennie.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang