Chapter 15 :: Sate Padang

7.3K 991 83
                                    

"Kak, masih belom baikan sama kak Nayla?" tanya Jennie sore itu ketika ia mengumpulkan laporan praktikum anak rombelnya. Bukan maksud untuk ikut campur, dia hanya ingin memastikan saja untuk memahami situasi kalau-kalau mereka tak sengaja bertemu nanti.

"Udah biarin aja, entar juga baikan sendiri."

Jennie mencibir. "Kok gitu sih? cewek kan kalau ngambek biasanya harus dibujuk."

"Gue bukan cowoknya. Ngapain harus gue bujuk segala?" Terry menjawab cuek dengan kedua mata terfokus pada layar laptop. Ia tidak mau repot-repot menatap lawan bicaranya.

"Ck jutek amat jadi cowok. Nanti gak ada yang mau loh." Jennie uji nyali dengan coba-coba mengatai Terry. Ya, walau pada kenyataannya dia hanya berucap tanpa pikir panjang dan diluar dugaan. Terry tampak tidak tersinggung ketika ia menoleh pada Jennie. Ia hanya memicingkan matanya sambil balas mengatai. "Kaya lo laku aja!"

Membuat Jennie tercengang untuk sesaat. "Jangan salah ya Kak, gini-gini aku banyak yang suka tau!" Jennie melipat tangan di depan dada dan berlagak sombong.

"Siapa? cowok yang sering sama lo itu?"

Dahi Jennie mengerut. "Bintang? nggak lah. Kita udah mantanan." Jemari Terry berhenti sesaat begitu mendengar ucapan Jennie lalu berdehem dan kembali menggerakan jari-jarinya di atas keyboard.

"Udah mantanan kok lo masih deket?"

"Jadi mantan kan gak harus musuhan. Kita putusnya baik-baik kok, makanya masih deket sampe sekarang."

"Bilang aja lo belum move on," sela Terry.

"Enak aja!" Jennie cemberut. Kemudian keduanya terdiam membiarkan keheningan menguasai. Jennie jadi bingung harus ngapain. Mau pamit juga mendadak canggung karena tadi ia tiba-tiba mengajak ngobrol Terry, padahal biasanya ia tidak mau berurusan lama-lama dengan cowok itu.

Hingga beberapa saat kemudian Terry berujar memecah keheningan. "Udah gue upload." Membuat Jennie mengerutkan dahi tak bingung.

"Upload apa?"

Terry berdiri dan menjitak pelan kepala Jennie. "Lo gak liat jadwal ya?"

"Jadwal apa?" Jennie malah semakin bingung. Di detik itu pula tatapan Terry berubah galak. Sudah mirip senior yang mau marahin maba waktu ospek. "Bener-bener ya lo Jen! gue kira lo ke sini karena sekalian mau nanyain Proposal."

Jennie meneguk ludahnya. Gugup melihat Terry murka di depannya. Ia sebenarnya ingin bertanya, tapi tak berani buka suara. Takut salah lagi. Kalimat yang ingin ia lontarkan tertahan di ujung lidah dan ia kembali mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Namun Terry menyadari gelagatnya. "Mau nanya proposal apa yang gue maksud?" terkanya tepat sasaran.

Jennie tak berkutik dan hanya bisa nyengir canggung. Detik berikutnya cowok itu sudah menghela napas panjang. "Proposal PKM Jennie. Kan sekarang hari terakhir upload!"

"Emang iya?" Sebelum kembali diamuk, Jennie buru-buru menyelanya. "Hehe maaf kak lupa. Seriusan gak sengaja ngelupain, bukan nyepelein kok."

Terry tak mengatakan apapun, dia sibuk membereskan barang-barangnya. Setelah itu beranjak keluar ruangan. Meninggalkan Jennie yang masih mematung di tempatnya.

Baru beberapa langkah, Terry berhenti dan menoleh ke belakang. "Lo gak mau balik?"

"Hah?"

"Hah heh hoh mulu. Udah buruan!" Meski bingung Jennie tetap mengikuti langkah Terry. Ini maksudnya Terry mau nganter dia pulang apa gimana sih?

"Lo lagi buru-buru gak?" tanya Terry ketika mereka sudah sampai di tempat parkir.

"Eh, nggak kak. Kenapa?"

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang