Sore itu setibanya di kosan, Jennie langsung menceritakan pertemuannya dengan Terry kepada Momo dan otomatis disambut gelak tawa olehnya. Memang tipikal teman sekali, ketawa first prihatin belakangan.
"Haha sumpah lo Jen?" kata Momo di sela-sela tawa yang belum mereda. "Jodoh kali lo sama dia."
"Sialan lo!" Jennie merengut. "Mana gue dikatain tukang gosip lagi, gara-gara lo nih."
"Dih, kok gue? Itu sih lonya aja yang kurang beruntung." Momo memeletkan lidah usil. "Lagian lo ngapain sok soan jadi komting? Udah tau asprak lo titisan medusa."
"Bukan gue yang mau anjir, gara-gara si kampret Bintang." Jennie berteriak frustasi. Momo sepertinya sudah bisa menebak apa yang terjadi saat mendengar nama Bintang. Cowok itu memang suka cari gara-gara pada Jennie.
"Yaudah lo pindah ke rombel gue aja," usul Momo dengan santainya sambil menyuapkan cireng isi yang tadi dibelinya sebelum pulang.
"Mana bisa Mo, entar gue dikira pengecut. Makin gede kepala aja tu orang, lagian males gue rombel lo senin pagi kaya mau upacara aja." Momo lantas menoyor kepala Jennie.
"Yaudah terima aja berarti!"
"Tapi Mo, ini kan salah lo. Coba waktu itu lo gak ngajak gue ke kantin atau ngajak gue ke foto copyan." Jennie masih tak terima. Telunjuknya menuduh Momo dengan wajah cemberut.
"Iya dah iya gue minta maaf." Momo akhirnya mengalah. "Terus rencana lo apa sekarang?"
Jennie menggeleng. "Nggak tau."
"Yeu si bego!"
"Gue mau jadi manusia transparan aja deh Mo, kayanya gue harus merelakan praktikum yang ini dengan jadi sosok paling pendiem. Intinya gue gak mau mencolok."
"Mana bisa. Lo kan komting, gimana sih!" Jennie mendengus sebal saat teringat posisinya di kelas.
"Bintang bego sih!"
"Udah udah nggak usah dipikirin, jalanin aja siapa tau entar lo naksir dia."
"Amit-amit." Jennie mengetuk-ngetuk kepalanya dan meja bergiliran seiring dengan ucapannya barusan.
Momo tertawa geli. "Gue balik dulu lah Jen, gerah mau mandi."
"Yaudah sana, lagian kalau diinget-inget gue nggak ngundang lo ke sini."
"Sialan lo." Setelah membereskan barang-barangnya Momo melengos keluar dari kamar kos Jennie. Namun belum ada lima menit cewek berdarah Jepang itu sudah kembali lagi ke kamar Jennie dengan wajah panik.
"Jen, lo sekos sama kak Nayla?" tanyanya membuat Jennie kebingungan.
"Hah? Nggak deh."
"Serius lo? Tapi barusan gue liat kak Nayla di bawah."
"Salah liat kali lo, mana ada kak Nayla di sini." Momo menggeleng. Ia yakin kalau barusan ia melihat sosok Nayla di teras depan.
"Nggak percayaan lo mah? Sana liat sendiri." Jennie yang merasa penasaran akhirnya turun ke lantai bawah. Momo mengikutinya dari belakang.
Namun saat Jennie akan menapakki anak tangga terakhir, bukan sosok Nayla saja yang dapat dilihatnya, Terry juga ada di sana. Berbicara serius dengan Nayla.
Jennie reflesk balik badan hendak kembali ke atas, tapi sialnya ia malah menabrak Momo yang tepat berada di belakangnya.
Jennie nyaris saja kejengkang kalau tidak buru-buru berpegangan.
"Apaan sih lo Jen!" omel Momo.
Dengan bahasa isyarat ia menyuruh Momo untuk kembali naik ke lantai dua, tapi Momo terlalu lambat untuk menangkap maksud sinyalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yestoday [END]
General FictionAwal masuk praktikum, Jennie sudah dicap sebagai tukang gosip oleh salah satu asisten praktikum yang ia sebut sebagai titisan medusa. Namanya Terry, si perfeksionis bermulut pedas yang sayangnya dianugerahi wajah tampan luar biasa. Campus Life | Rom...