Chapter 27 :: Pahlawan Pengusir Sepi

6K 903 102
                                    

____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____

Rombongan Jennie perlahan mulai memasuki jalanan setapak yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Di kanan kiri jalan banyak pepohonan yang menjulang tinggi. Sudah cukup jauh mereka melaju dari jalan raya.

"Gila, ini jalannya jelek banget asli. Kasian motor gua!" Salah satu teman Jebi menyeletuk yang langsung disetujui oleh yang lain.

"Gak kebayang kalau ujan gimana."

"Gak usah dibayangin, berat!" Jennie bagian menyimak tanpa berminat untuk masuk ke dalam percakapan mereka.

Saat itu jam sudah menunjukan angka empat sore. Mereka bergegas ke pantai setelah puas menikmati beberapa tempat wisata di pusat kota dan menyicipi berbagai kuliner khas kota pelajar tersebut.

Jennie tampak menanti-nanti pantai seperti apa yang hendak mereka tuju. Disaat ada banyak pantai lain yang bisa mereka datangi, Jennie penasaran kenapa mereka memilih ke pantai yang satu ini. Padahal aksesnya sangat buruk. Selain jauh dari jalan raya, kondisi jalannya pun hanya berupa tanah dan bebatuan.

Sepintas Jennie melewati papan berbentuk tanda panah dengan tulisan 'Pantai Sedahan 1km' alhasil ia langsung menghela napas panjang. Ternyata penderitaannya belum berakhir. Kalau boleh rasanya Jennie ingin jalan kaki saja.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di satu-satunya warung yang ada di sana. Beruntung mereka menyediakan lahan parkir.

Setelah berbasa-basi dengan si ibu warung mereka bergegas menuju pantai yang berada tak jauh, hanya saja dari warung tersebut pemandangan pantainya tidak cukup terlihat karena terhalang pepohonan.

"Wah, keren banget pantainya."

"Ini bukan pantai pribadi kan?"

Mereka dikejutkan dengan pemandangan Pantai Sedahan. Lokasinya yang terpencil membuat pantai ini terasa seperti pantai pribadi, apalagi tidak ada pengunjung lain selain mereka.

Seakan lupa usia, sebagian berlari menghampiri deburan ombak. Sementara Jennie memilih untuk mengamati dari jauh. Ia berdiri di bawah pohon dengan mata mengernyit mengahalau silaunya matahari.

Langit Yogyakarta hari itu tampak cerah, membentang luas tanpa gumpalan awan yang menghalangi. Birunya menyatu dengan lautan di ujung sana. Padahal saat ini sudah memasuki akhir bulan November, tapi cuaca masih terasa sangat panas. Sepertinya musim hujan akan datang sedikit terlambat.

"Kok diem di sini?" Lagi-lagi Joshua datang menghampiri layaknya pahlawan pengusir sepi.

Jebi tadi pergi menuju pendopo di ujung sana sementara Terry tidak terlihat batang hidungnya. Mungkin ia masih berada di warung.

"Masih canggung sama yang lain Kak," jawab Jennie jujur. Meskipun beberapa dari mereka tampak sangat welcome padanya, akan tetapi Jennie merasa segan karena ia bukan bagian dari circle ini.

Yestoday [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang