23✔

3.9K 680 163
                                    

Seharusnya seperti ini. Kau meninggalkanku. Aku melupakanmu. Tapi, untuk mengabaikanmu ternyata tak semudah itu.

(Loss Of Destiny)

------------------------

Pagi ini, sesuai kesepakatan yang berujung pertengkaran semalam, Hyunmi berencana menuju apartemen lamanya bersama Jimin. Yoongi sudah terlebih dahulu menelpon pria itu. Dan anehnya, Jimin langsung menuruti perintah Yoongi begitu saja.

Sekarang mereka bertiga sedang sarapan dengan tenang dan damai. Yoongi dan Jimin duduk bersebelahan, sedangkan Hyunmi duduk di kursi seberang.

"Pastikan gadis ini hanya mengambil empat barang."

Jimin mengangguk tanpa menatap Yoongi. Dia tengah sibuk dengan masakan yang entah kenapa terasa begitu nikmat.

"Noona, kau memasaknya dengan baik. Ini benar-benar lezat!!"

Merasa pujian itu ditujukan untuknya, Hyunmi menoleh menatap pria yang kini sudah tersenyum manis. Sangat manis hingga matanya tak telihat dan pipi gembulnya yang membengkak karena makanan.

"Terima kasih."

Jimin tak habis pikir dengan pasangan ini. Mengapa mereka sekarang terlihat begitu cocok? Si pria dingin dan datar, sedangkan si wanita benar-benar sangat cuek.

"Bisakah kita pergi sekarang?"

Lagi-lagi tanpa berniat mengeluh, dengan sigap Jimin langsung berdiri dan mengacungkan jempolnya tinggi. Lebih baik cepat selesai daripada harus berlama-lama. Urusannya tak hanya pada mereka saja.




***




[Jungkook POV]

Aku tidak mengerti dengan yang namanya cinta.
Rasa itu aneh.
Aku membencinya, tapi pertahananku hancur saat melihat tangisnya untukku.
Aku ingin menghapusnya, tapi malah rindu yang kini semakin membelenggu.

Aku masih saja tak percaya. Bahwa Hyunmi, kini telah menjadi milik orang lain. Seharusnya tak mengapa bagiku yang bukan siapa-siapanya. Tapi, yang aku takutkan adalah Min Yoongi. Dia itu berbahaya, sungguh.

Bunyi derap langkah terdengar semakin dekat. Aku segera menyelusup ke atas kasur dan membenamkan seluruh badanku hingga  leher dalam selimut. Entah apa yang salah, sudah hampir satu minggu aku tak ingin bertemu siapapun. Rasanya, melihat wajah mereka membuatku ingin membenci semuanya.

Suara decitan kayu menandakan seseorang baru saja memasuki kamarku. Aku hanya diam dan berpura-pura tertidur. Aku masih marah.

"Aku tau kau tidak tidur."

Sial. Itu suara ayah. Kenapa dia harus pulang? Kenapa tidak sekalian menginap di kantor saja? Astaga, aku benci dia.

"Jeon Jungkook, jangan mencoba membohongiku. Aku tau,bodoh."

Aku masih diam tak bergeming. Bisakah dia pergi? Mendengar suaranya yang sedikit terkekeh membuatku muak.

Tiba-tiba, aku merasakan sebuah tangan mengelus rambutku lembut. Sesaat, tangan itu membuatku terbuai. Aku menyukainya sebelum sadar siapa pemilik tangan itu.

"Kenapa pria kecilku tumbuh begitu cepat,hm? Rambutmu sudah sedikit memanjang, kau tidak lagi ingin pergi sekolah. Aku tau alasannya. Jadi, jangan coba bohongi ayahmu, jungkook~ie."

Ayah? Masih pantas dia menyebut dirinya ayah? Percaya diri sekali.

Tsk.

" 17 tahun yang lalu, aku pernah menjadi pria paling bahagia di dunia saat jagoan kecilku pertama kali menangis. Sebagai seorang manusia, aku merasa begitu sempurna. Aku yang bahkan jarang menangis, untuk pertama kalinya meneteskan air mata saat tangan mungil itu menggenggam jemariku erat."

Loss Of Destiny || MYG [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang