THIS NIGHT!

17.7K 1.9K 35
                                    

SEPUTIH MELATI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SEPUTIH MELATI

Melati mengamati kelopak-kelopak mawar yang ada di atas kasur. Wangi mawarnya membuatnya kembali tersenyum. Setelah ciuman mesra Vino tadi dia sudah lebih tenang. Sudah kembali menemui tamu-tamunya, dan hampir tengah malam acara itu baru selesai.

Melati merasa lelah, tapi bahagia. Karena Vino selalu berdiri di sampingnya. Kadang pria itu menggenggam jemarinya, atau merangkul bahunya. Atau kadang malang melingkarkan tangan hangatnya di pinggangnya. Tidak membiarkan Melati sedikitpun untuk pergi darinya.

"Loh kenapa belum tidur? Katanya tadi pusing?" Suara berwibawa itu membuat Melati langsung menoleh ke arah ambang pintu kamarnya. Vino menutup dan mengunci kamar. Pria itu sudah berganti pakaian mengenakan kaos putih dan celana santai selutut. Tubuhnya terlihat segara dan rambutnya basah. Melati sendiri juga sudah berganti pakaian dengan piyama warna merah muda dengan gambar strawberry yang membuat dirinya terlihat seperti anak kecil. Bukan wanita yang sudah menikah.

"Gimana bisa tidur kalau kasurnya aja banyak mawar kayak gini. Ini pasti kerjaan Kania. Seprai putihnya nanti jadi rusak kena bunga mawar ini"

Vino mengernyitkan keningnya saat mendengar ucapannya. Tapi kemudian tersenyum. Jantung Melati berdegup kencang saat pria itu melangkah mendekatinya. Saat sudah ada di depannya, aroma after shave langsung menguar. Semakin membuat Melati gugup.

"Terus ini suruh bersihin gitu?" Vino duduk di samping Melati di tepi kasur. Lalu mengambil beberapa helai kelopak Mawar merah itu.

Melati menatap tangan Vino, tidak berani menatap wajahnya. Entah kenapa saat ini membuatnya malu. Bukankah sejak tadi Vino juga sudah menyentuhnya? Bahkan menciumnya? Tapi mendapati kenyataan saat ini, kalau dia sudah menjadi istri sah Vino makin membuatnya canggung.

"Harusnya bunga Melati ya? Kan namamu Melati."

"Huh?"

Melati langsung menatap Vino dengan kebingungan saat mendengar celetukan Vino. Dan pria itu langsung tersenyum.

"Kamu gugup ya?"

Tentu saja Melati langsung membelalak terkejut mendengar ucapan Vino. Pria itu tampak angkuh saat ini. Menyeringai dengan puas dan menyadari wajah Melati yang sudah memerah.

"Apaan sih Vin? Aku pusing." Melati akhirnya beringsut. Langsung naik ke atas kasur untuk menghindari tatapan Vino. Dia membaringkan tubuhnya begitu saja di atas kasur putih yang penuh bunga mawar itu.

"Loh katanya suruh bersihin dulu?"

Melati berbaring membelakangi Vino dan menyembunyikan wajahnya di atas bantal.

"Mel."

Melati memejamkan matanya rapat dan tidak tahu harus berbuat apa. Bukankah Vino makin senang kalau melihatnya begini?

"Hei.." Sentuhan di bahunya membuat Melati berjenggit. Dia terkejut saat tangan hangat itu kini melingkar di perutnya. Nafas hangat Vino membelai tengkuknya.

"Kamu takut sama aku?"
Bisikan itu membuat Melati menggelengkan kepalanya. Tapi tetap saja masih malu untuk mengucapkan sesuatu.

"Lalu kenapa sekarang bersembunyi seperti itu?"

Melati kini membuk matanya dan menghela nafasnya. Lalu perlahan untuk berbalik menghadap ke Vino. Dan sedikit memekik saat wajahnya akhirnya berhadapan dengan wajah Vino. Pria itu menatapnya intens. Ttapan yang belum pernah di terimanya selama ini.

"Aku mencintaimu Mel. Dulu, aku tidak pernah bermimpi kalau kita akan menjadi suami istri. Saat papa menjodohkan aku, semuanya sudah hancur di depanku."

Melati mengerti. Ucapan Vino itu memang dari lubuk hatinya terdalam. Selama ini dia juga merasakan hal itu. 8 tahun memendam rasa, dan itu semua berakhir manis untuk saat ini.

Melati akhirnya mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut Vino. Mengusapnya perlahan. Dan membuat Vino memejamkan mata untuk sejenak. Saat mata itu membuka, ada binar bahagia di sana.

"Owh Mel. Sayangku. Kekasih hatiku." Vino kini menyentuh bibir Melati dengan jemarinya. Membelai lembut bibir itu. Yang mengirimkan gelenyar panas di sekujur tubuh Melati.

"Kita bodoh harus menunggu waktu selama ini ya Mel? Padahal aku harusnya saat itu menentang keinginan papa. Tapi aku tidak bisa, kamu yang masih sangat muda dan masih sekolah membuatku menjadi.."

"Hustt.." Melati menghentikan ucapan Vino. Dia kini mengusap pipi Vino dan menatap Vino dengan lembut.

"Semua ini sudah takdir Vin. Kita harus melewati berbagai lika-liku hidup. Bukankah jadi terasa manis?"

Vino kelihatan susah payah untuk menelan air ludahnya sendiri. Matanya tampak berkaca-kaca dan tidak bisa bicara. Hati Melati tersentuh. Pria itu menahan semuanya selama ini. Demi dirinya.

Melati mendekatkan dirinya lebih rapat kepada Vino. Lalu menempelkan keningnya di kening Vino.

"Vin, miliki aku seutuhnya."

Mata Vino melebar saat mendengar ucapannya. Tapi kemudian pria itu tersenyum. Lalu mengecup keningnya dengan sayang.

"Katanya lelah? Aku tahu kok kamu belum siap untuk malam ini. Dan aku tidak akan memaksa. Toh masih ada waktu seumur hidupku untuk memilikimu. Kita perlahan-lahan saja ya?"

Sungguh. Vino membuatnya menangis untuk saat ini. Pria itu terlalu baik dan terlalu sempurna untuknya.

Vino menarik kepalanya untuk di benamkan di lekuk lehernya. Memeluknya erat. Dan mengusap-usap punggungnya dengan tangan yang hangat.

"Tidurlah malam ini yang nyenyak. Aku akan menjagamu, permaisuriku."

******

BERSAMBUNG

HELUUUU BANG KUMBANG HADIR LAGI NIH... PADAT MERAYAP INI AUTHOR AKHIRNYA BISA UP WALAU SEDIKIT YUK AH VOTEMENT..

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang