"Tidak boleh memakai motor sendiri lagi."
"Tidak boleh pulang naik angkotan umum."
Melati kembali menghela nafasnya saat teringat ucapan Vino. Sudah satu minggu ini dia menuruti apa yang diperintahkan Vino. Tapi dia juga lelah kalau harus menunggu lama Vino yang menjemputnya. Bahkan dia sampai sendirian di sekolah saat menunggu Vino belum kunjung menjemput.
Melati merasa waktunya terbuang lama. Kemarin sampai 4 jam Vino baru menjemput. Melati tidak ingin mengganggu pekerjaan Vino dengan membebankan dirinya.
Toh dia bisa naik motor tanpa harus membuat repot. Seperti siang ini, untung saja Vino tugas malam dan saat dia berangkat ke sekolah Vino belum pulang. Dia bisa leluasa memakai motor maticnya.
Paling juga saat dia pulang, Vino belum bangun dari tidurnya. Melati bisa sedikit tenang.
Tapi prediksinya benar-benar salah. Karena baru saja dia memasuki halaman rumah Vino. Sejak menikah Melati memang pindah ke rumah Vino tapi rumah keluarga Kania yang di kontraknya masih tetap di pakainya.
Dalam satu minggu ini dia dua kali menginap di rumah kontrakan itu. Dia tidak tega untuk pindah seterusnya karena Kania dan Igo tetap ingin dia di sana."Suruh siapa pakai motor?"
Suara dingin itu membuat Melati kini menatap Vino yang sudah bersedekap di ambang pintu saat dia menaiki undakan teras depan.
Melati mencoba tersenyum, tapi Vino menatapnya galak. Kali ini dia tidak akan mengalah lagi. Dengan menerebos Vino yang berdiri di ambang pintu, Melati kini berderap masuk ke dalam rumah.
"Mel."
Panggilan Vino membuat Melati kini membalikkan tubuhnya dan kini duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Sedangkan Vino masih berdiri di ambang pintu tapi sudah sepenuhnya menghadap ke arahnya.
"Aku mau ngomong."
Melati melihat Vino menyipitkan matanya. Tidak suka dengan ucapan Melati.
"Selama satu minggu ini kan aku udah nurut sama kamu Vin. Kamu ngelarang aku bawa motor, naik angkutan umum. Aku udah nurut. Tapi aku capek Vin. Toh aku juga bisa mandiri. Dan tidak ingin merepotkanmu. Lagian jarak tk ke sini kan ya dekat. Kamu khawatirin apa coba?"
Vino hanya menatapnya dan tidak menjawab. Merasa Vino hanya diam saja. Melati mulai bersemangat untuk menjelaskan semuanya.
"Vin. Aku tahu. Kamu belum bisa percaya karena dulu Kak Mawar memang wanita yang tidak setia. Tapi kan beda. Aku sejak dulu hanya mencintaimu. Aku lelah kamu begitu. Aku bukan anak kecil lagi Vin. Aku wanita yang sudah menjadi istri dari Kumbang. Aku nyonya Kumbang. Kamu mengkhawatirkan hal yang mustahil."
Melati marah. Karena Vino tetap diam dan menatapnya.
"Kamu sekarang mau marah sama aku? Silakan."
Melati akhirnya beranjak dari duduknya dan berbalik untuk melangkah meninggalkan ruang tamu.
"Kamu cantik dan menggemaskan kalau marah begitu. Aku semakin mencintaimu Mel."
Tentu saja ucapan Vino membuat Melati menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke belakang dan melihat Vino tersenyum.
"Ini permintaan maafku tulus untukmu. Aku mencintaimu Mel. Sehingga sampai terasa sakit kalau aku tidak melihatmu sebentar saja atau membayangkan kamu digoda atau didekati cowok lain. Maafkan aku ya sayang."
Tentu saja Melati bingung. Dia sudah akan marah tapi jawaban Vino seperti itu. Dan membuat Melati akhirnya berbalik ke arah Vino.
"Kamu bercanda kan? Aku pikir kamu akan marah dan.."
Vino melangkah mendekatinya dan kini merentangkan kedua tangannya. Merengkuh Melati untuk masuk ke dalam pelukannya.
"Aku tidak bisa marah kepadamu. Aku terlalu sayang sama kamu Mel. Iya aku salah. Maafkan aku."
Melati menghela nafasnya. Kenapa Vino jadi begitu manis seperti ini? Bukankah dia jadi merasa bersalah?
"Kita buat anak saja yuk."
Bisikan Vino membuat Melati melepaskan pelukannya dan menatap Vino yang menyeringai ke arahnya.
"Dasar mesum."
Tawa Vino berderai dan langsung merengkuh Melati lagi ke dalam pelukannya. Dan mencium bibir Melati dengan lembut.
"Kita kan udah halal. Jadi gak usah di tahan lagi."
Bersambung
Duh sinyal eror. Udah ketik panjang kali lebar ilang semua..akhirnya yang nyantol cuma dikit ini harap maklum yee..votement yuk
KAMU SEDANG MEMBACA
seputih Melati
RomanceMelati. Dia menepi ketika seluruh dunia sepertinya hancur di depannya. Kematian kakak kandungnya yang sangat di sayanginya sangat memukulnya. karena semua itu terjadi karena dirinya. Mengasingkan diri dari keluarganya adalah satu-satunya jalan yang...