Bab 25 nikah kantor..

16.6K 1.9K 58
                                    

Melati memantapkan hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati memantapkan hati. Marvino memberitahu mereka harus mempersiapkan semua keperluan untuk nikah dinas di kantor. Tentu saja semuanya sudah di urus oleh Marvino.

Dari mempersiapkan surat kelakuan baik, surat belum pernah menikah dari kelurahan, dan juga surat N1, N2, N4 yang di berikan KUA dan langsung di bawa ke kelurahan untuk minta tanda tangan. Serta semua foto, dan juga fotocopy. Tak mudah juga meminta surat keterangan baik dari kedua orang tuanya. Tapi untung saja ibunya mau membujuk sang ayah. Dan datanglah SKCK itu dengan ayah dan ibunya. Meski sang ayah tidak mau berbicara dengannya.

Melati sangat lega. Semua prosesnya tidak ada satu Minggu, tapi Marvino mengajukan ke kantornya selama kurang lebih satu bulan. Dan akhirnya tibalah hari H dimana mereka akan melakukan sidang itu di kantor polisi. Tempat Vino di tugaskan.

"Vin, aku tegang."

Melati membenarkan kebaya warna biru muda yang di pakainya. Kemarin dia di bantu IGo dan juga kakaknya untuk mempersiapkan kebaya itu. Ibunya juga terus mendampinginya.

Vino menggenggam jemarinya.
"Tenang sayang. Di dalam cuma di tanyain kok. Kamu kenal sama aku darimana, tahu penghasilan ku gak, dan lebih banyak di kasih nasehat nanti. Lagian ada dua teman nih. Si Bowo sama Hari juga satu leting sama aku. Kita jadi punya teman."

Vino menunjuk dua pasangan lagi di depan Melati. Dan hal itu membuat Melati sedikit tersenyum.

"Kamu cantik Mel
"

Ucapan Vino itu membuat pipi Melati terasa panas. Saat ini dia memang memakai hijab untuk nikah di kantor ini. Hijab yang senada dengan warna kebayanya. Biru muda.

"Sudah waktunya masuk."

Vino menyentuh lengannya dan membuat Melati menghela nafas. Sudah saatnya. Dia mengucapkan doa agar di beri kelancaran.

*****

"Alhamdulillah. Makasih ya."

Bisikan itu membuat Melati kini menoleh ke arah sampingnya. Vino tersenyum dari balik kemudinya.

Hampir satu jam mereka di sidang. Nikah kantor ini langsung di pimpin oleh Kapolres. Dan Melati sempat hampir menangis saat detik-detik ayahnya belum datang. Kedua orang tuanya memang menginap di hotel. Ayahnya masih tidak mau tinggal di rumah Vino. Dan mereka mengalah. Yang terpenting ayahnya masih mau datang untuk menjadi wali

Setelah acara selesai pun sang ayah langsung pergi meninggalkan Melati dan Vino. Sebelum mereka mengucapkan terimakasih. Ibunya hanya menepuk bahu Melati dan meminta kesabarannya.
Melati masih butuh ayahnya untuk menjadi wali untuk pernikahan di KUA. 3 hari lagi.

"Tapi ayah..."

Dan Vino mengulurkan tangan untuk mengusap lengannya. Pria itu tampak diam tak berbicara. Dan Melati tahu, Vino juga pasti tidak bisa memberikan ucapan yang menenangkan. Karena dia juga tahu sang ayah tetap bersikeras tidak menyetujui mereka.

"Semua akan indah pada waktunya Mel. Tenang saja. Kita udah bersyukur bapak mau menjadi wali. Meski sedikit terpaksa. Tadi aku melihat kalau bapak tidak mau tersenyum sedikitpun.

Melati hanya menghela nafasnya. Merebahkan kepalanya di jok mobil dan kini menatap Vino yang kembali fokus di balik kemudi.

" kenapa mau nikah aja kita kok sulit banget ya?"

"Hei...hust. Gak boleh bilang begitu. Bersyukur kita sudah sampai di sini. Aku bersyukur banget Mel. Bisa nikahin kamu. Meski panjang waktunya untuk sampai di sini."

Melati tersenyum mendengar Vino mengucapkan itu. Dulu, saat remaja Vinolah cinta pertamanya dan tidak pernah ada yang lain lagi.

"Nah udah sampai. Kamu gak capek kan? Kita perlu ke catering sore ini. 3 hari lagi kan? Aku mau bayar DP dulu
"

Melati hanya mengangguk. Siang ini mereka memang akan ke tempat catering. Meski pernikahan mereka besok tidak mewah, hanya syukuran teman dekat saja. Tapi mereka juga harus mempersiapkan semuanya. Untung saja Vino sudah menyewa WO. Jadi mereka tidak perlu kerepotan untuk sewa gedung dan lainnya

"Ah pengantin kita. Selamat ya."

Saat Melati keluar dari mobil dan Vino ikut bergabung di sebelahnya. Igo sudah muncul dari dalam rumahnya. Melati hanya tersenyum
Pria itu tulus dengannya dan Melati sangat beruntung mendapatkan teman seperti Igo.

"Belum Go. Masih 3 hari lagi baru sah di mata negara."

Melati menjawab itu, saat Igo sudah berlari kecil ke arah mereka.

Vino hanya menepuk bahu Igo.
"Aku masuk dulu ya Mel
Mau mandi nih gerah. Sama mau tidur sebentar sebelum kita ke tempat catering."

Melati mengangguk dan menatap Vino yang langsung masuk ke dalam rumah kontrakannya itu.
Sedangkan Igo kini melangkah perlahan mensejajarinya menuju teras.

"Mbak Mel tampak cantik."

Melati tersenyum dan kini menjulurkan lidahnya kepada Igo.

"Gombal ah. Aku cuma gini kok. Make up juga sebisanya. Yang penting rapi dan bersih."

Melati melepas sandalnya dan menapak lantai teras yang dingin. Sedangkan Igo kini duduk di kursi yang ada di teras. Menatap Melati dengan khidmat saat dia duduk di depan Igo dan mulai melepas jam tangan dan gelang yang dipakainya.

"Cantik. Pengantin Melati cantik."

Melati akhirnya menatap Igo yang kini bersedekap dan mengamatinya. Hati Melati mencelus melihat wajah Igo yang berubah muram.

"Go. Aku bukan jodoh kamu. "

Igo hanya mengangkat bahunya.
"Aku tahu kok. Tapi kan.."

"Mel bisa minta bantuin gak? Badanku pegel. Di olesin minyak kayu putih ya?"

Tiba-tiba Vino sudah melongokkan kepalanya di ambang pintu. Dan menatapnya. Tentu saja Melati merasa malu. Kenapa Vino mengucapkan itu di depan Igo. Memang benar mereka sudah menikah secara sah di hadapan agama. Tapi selain itu, Melati belum pernah skin ship dengan Vino dalam artian yang nyata. Karena dia tetap ingin masih suci sampai pernikahan yang sebenarnya. Lagipula ada tes keperawanan juga untuk calon istri seorang polisi.

Igo langsung beranjak berdiri dan  mengangkat kedua tangannya. Lalu menyeringai ke arah Vino dan Melati.

"Iya deh gak akan ganggu. Ya udah ya. Aku mau ke kampus dulu."

Melati menatap kepergian Igo dan kini kembali menoleh kepada Vino. Yang malah bersandar di ambang pintu dan menatapnya.

"Vino kamu itu. Aku malu tahu. Ngapain minta tolong di usapin minyak kayu putih? Kayak kita udah pernah aja."

Vino mengangkat alisnya. Dan tersenyum dengan manis.

"Jadi kamu mau itu dibuat nyata? Mau nyentuh aku?"

Kembali pipi Melati memerah dan terasa panas. Dan tawa Vino semakin kencang.

Bersambung

Nah yang maksa minta di up nih. Komentar yuk jangan cuma silent readers aja ya..

Wajib

Haruuus

Author paksain nih buat up ceritanya..

Komentar lebih dari 50 deh baru di lanjut Ok doky ..ya ya...

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang