Bab 24 Egois!

16.6K 1.9K 35
                                    

Melati menyandarkan kepalanya di bahu Vino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati menyandarkan kepalanya di bahu Vino. Tubuhnya lelah, kepalanya pening dan otaknya tidak bisa di ajak berpikir jernih.

Mereka hanya duduk dalam diam sambil menikmati jalannya kereta. Hari ini mereka pulang ke Yogya karena pekerjaan Vino yang tidak bisa di tinggal terlalu lama
Kondisi Angga sudah berangsur pulih. Bocah itu bahkan sudah bisa pulang ke rumah. Angga merengek ingin tinggal dengan Mama dan papa Vino. Meski ayah dan ibunya juga ingin merawat Angga. Bagaimanapun juga Angga lebih mempunyai hubungan darah dengan keluarganya. Tapi bocah itu menangis dan tetap mau berada di rumah Vino.

Meski sedikit kesal, ayahnya mau mengalah. Vino berjanji dua Minggu sekali akan pulang menjenguk Angga. Bocah itu sebenarnya ingin ikut Vino tapi toh itu tidak mungkin.

Melati menghela nafasnya. Dia menatap Igo yang tertidur di kursi yang ada di sebelah mereka. Igo lebih bijaksana dan banyak diam. Melati salut dengan sikapnya yang memahaminya.

"Lapar?"

Vino berbisik di sebelahnya dan kini menegakkan tubuhnya. Pria itu sejak kemarin terus khawatir dengan dirinya. Padahal Melati sudah kebas menanggapi sikap ayahnya yang terlalu benci dengannya.

"Enggak."

Melati kini beranjak dan ikut menegakkan tubuhnya. Sebentar lagi mereka sampai di stasiun tugu. Hari masih sangat pagi saat Melati menatap kaca jendela di sebelahnya.

"Tidur di rumahku ya?"

Tiba-tiba Vino merangkul bahunya dan kini menempelkan kepalanya di kepalanya. Hembusan nafas hangat menerpa sisi wajahnya.

"Aku masuk sekolah Vin. Udah lama muridku aku tinggal."

Tapi Vino menggelengkan kepalanya. Masih mendekapnya erat. Pria itu kini mengecup pipinya. Yang tentu saja membuat pipi Melati langsung terasa panas.

"Vin."

"Hemm."

"Malu."

Melati ingin menjauh dari Vino tapi pria itu tetap memeluknya erat.

"Malu kenapa? Aku suamimu kok. Lagipula masih pada tidur."

Melati melihat kereta sudah akan sampai. Yang artinya tidak ada 5 menit lagi mereka sampai di stasiun tugu.

"Tuh udah banyak yang siap-siap. Ini kita mau sampai."

Melati menoleh ke arah Vino yang tersenyum lebar. Pria itu lebih ceria saat ini daripada beberapa hari lalu.

"Ya udah. Aku bangunkan Igo dulu."

"Aku udah bangun. Lha kalian itu yang sepertinya masih belum bangun dari bermesraan."

Tentu saja Melati makin merasa malu karena Igo sudah berdiri di samping kursi kami. Dan tawa Vino malah makin membuatnya malu.

****
"Mbak pulang sama aku to?"

Igo menoleh kepada Melati saat mereka keluar dari peron dan menuju parkiran mobil. Mobil Igo di titipkan di sini selama beberapa hari.

Tapi Vino belum mau melepaskan pelukannya di bahu Melati.

"Iya aku sama Igo ya Vin. Lagipula kamu harus pulang dan istirahat. Kamu dinas malam kan?"

Tapi Vino tetap menggeleng dan malah merapatkan tangannya di bahu Melati.

"Enggak. Mel sama aku. Dia pulang ke rumahku."

Tentu saja Melati langsung menatap Vino dengan pandangan tidak setuju. Tapi saat menoleh kepada Igo pria itu malah tersenyum dan mengangkat tangan.

"Ya udah aku pulang ya."

"Go tapi.."

"Huust sekarang kita pulang
"

"Tapi Vin.."

*****
"Terus ngapain kalau aku ikut ke rumah. Kamu paling juga mau tidur. Lah aku mending ke sekolah dan mengajar."

Melati duduk di sebelah Vino di dalam mobilnya. Kesal karena Vino memaksakan kehendak.

"Siapa bilang mau ke rumah. Kita ke Parangtritis yuk."

Melati langsung mengernyitkan keningnya dan kini menatap Vino dengan bingung.

"Ngapain ke Parangtritis pagi-pagi begini?"

"Maen Pasir sama lihat ombak."

"Vino."

"Apa sih sayang? Udah deh nikmatin aja. Aku mau berdua sama kamu."

Melati menghela nafasnya. Tidak bisa membantah lagi ucapan Vino.

****

"Ngapain?"

Melati menatap Vino yang kini duduk di atas pasir. Tampak senang mengamati dirinya yang sejak tadi sampai di pantai ini juga langsung senang. Pantai adalah kesukaannya.

"Tadi siapa yang ngeyel gak mau ke sini? Sekarang siapa yang udah basah kayak gitu?"

Vino menunjuk kaki Melati dan celana jinsnya  yang sudah terkena air.
Melati kini melangkah ke arah Vino dan duduk di sebelahnya.

"Bukan begitu. Tapi kan kamu capek Vin. Nanti malam juga masuk kerja. Masa ya sekarang malah kita ada di.."

"Aku senang lihat kamu bahagia."

Melati menghentikan ucapannya saat mendengar Vino mengatakan itu. Dia menggigit bibirnya dan tersipu. Vino sedang menatapnya lekat.

"Hei. Sekali aja Mel
Jadilah egois. Cari bahagiamu sendiri. Tidak usah memikirkan siapapun. Terutama aku dan juga keluargamu. Bahagiain dirimu sendiri."

Vino mengulurkan tangan dan kini mengusap rambutnya. Dan Melati menghela nafas. Perkataan Vino benar. Selama ini dia terlalu banyak memikirkan orang lain. Sehingga lupa akan urusannya sendiri.

"Aku.."

"Sekarang hari ini di sini.. Jadilah Melati. Istri Marvino. Aku ingin berduaan saja denganmu Mel. Kita nikmatin waktu kita seharian. Hanya berdua kamu dan aku.."

Bersambung

Mel sama Vino nongol lagi nih.. Yuk votement biar rame

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang