Bayangkan kita sedang berada di sebuah panggung pementasan seni. Kala itu, sang pelatih menunjuk kita sebagai pemeran utamanya. Kamu tersenyum bahagia, persis seperti senyum di wajahku. Lalu kita berlakon, sesuai skenario. Hari demi hari kita gunakan untuk berlatih agar lebih baik lagi. Kita akan bubar kala gelap mulai menyapa. Semakin hari, semakin baik. Kita semakin menguasai peran kita masing-masing. Kamu dengan senyum manis dan sikap romantis, dan aku yg berperan mengimbangi.
Dan sudah tiba harinya. Hari ini, kita akan memerankan peran kita di hadapan orang-orang. Semula peranmu mengikuti skenario. Kamu berlakon dengan manis, memerankan peranmu dengan baik. Lalu, kamu mendadak mengaur, meninggalkanku dengan kabur disaksikan ribuan pasang mata manusia. Aku terdiam ditempatku. Menyaksikanmu pergi menjauh dengan nyeri yang semakin menjadi di dada. Aku ingin menangis, mendengar amukan dari para penonton. Ingin buru-buru pergi. Namun kaki ku seakan dibelenggu dengan rantai kapal, menyebabkan aku tak mampu berkutik. Sang pelatih naik ke pentas, menarikku dengan kasar agar tersadar. Lantas, ia membawaku turun dari pentas itu, dengan hati hampa.
Lihatlah sekarang, ada peran baru yang memerankan peran kita dengan sangat baik. Aku memandangi dengan pipi yang basah, sedangkan kamu memandangnya dengan datar dari luar sana. Peran mereka baik sekali, seperti peran kita saat mempersiapkan semuanya. Hingga di akhir acara, mereka seolah memadu kasih berdua di penghujung senja, dan pulang saat gelap gulita menyapa. Sang lelaki merangkul wanitanya seolah akan terus menjaganya dengan segenap jiwa. Sang wanita tersenyum dengan rona di wajah pancarkan bahagia dari hatinya.
Andai kamu sedikit memiliki akal normal seperti manusia pada umumnya, maka kamu tak akan meninggalkanku di hadapan orang-orang, sendirian dengan jiwa yang kau bawa demi kebahagianmu semata. Bagaimana denganku? Bagaimana hidupku? Sudah cukup! Jangan dihancurkan lagi.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Dari Langit
Poetry#Sequel Sajak Semesta. Langit. Tuhan titipkan cerita hidup kita melalui langit. Tuhan juga titipkan cerita cinta kita melalui langit. Langit turunkan hujan lebat kala ia menangis melihat kebengisanmu. Langit buatkan pelangi kala ia tersenyum mel...