Derit jarum jam memecah lamunanku. Sejak tadi. Sejak kemarin. Sejak beberapa hari lalu. Bukan tentang hatiku yang kau patahkan lagi, tapi tentang kau kembali dengan sejuta harapan tak akan pergi. Setelah ribuan rumah kau hampiri, dan tak temukan apa-apa, kau memutuskan kembali ke rumah yang siap menerimamu kapan pun kau mau. Mungkin, itu alibiku saja. Semoga bukan itu seharusnya.
Kembali ke bait sebelumnya, sejuta harapan yang ku maksud adalah kedua orang tuamu. Desakan demi desakan kau hujam agar aku segera bertatap muka dengan ibu ayahmu. Bukan, bukan tak sudi. Tapi aku tak merasa cukup pantas. Bagaimana jika aku tak diterima dengan baik? Bagaimana jika mereka tak suka? Bagaimana jika aku tak mampu mengambil hati mereka? Apakah sikapmu akan seperti pada wanitamu sebelumnya? Acuh saja. Hiraukan saja. Tak perlu diperjuangkan. Sungguh, aku tak ingin!
Biarkan saja seperti ini dahulu. Biar waktu yang mengatur kita. Suatu hari nanti, saat aku sudah matang menyiapkan diri, aku pasti akan meminta tanpa harus kau desak kembali.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Dari Langit
Poetry#Sequel Sajak Semesta. Langit. Tuhan titipkan cerita hidup kita melalui langit. Tuhan juga titipkan cerita cinta kita melalui langit. Langit turunkan hujan lebat kala ia menangis melihat kebengisanmu. Langit buatkan pelangi kala ia tersenyum mel...