Bait ini terus menerus tentang hujan. Mungkin kau akan jenuh membacanya, namun apa daya, aku hanya suka. Seperti hujan yang mengguyur kota kecil kita sejak malam kemarin. Tak jenuh ya, seperti aku yang mencintaimu.
Sepertinya hujan tak berlaku adil. Riuh bukan hanya menyelinap kamarmu, tapi juga ikut meramaikan kamarku. Hingga di sepertiga malam, hujan dan aku saling menjaga, tak sepertimu yang tak acuh akan hingar bingar tempiasnya.
Hingga pagi bergiliran hujan perlahan berhenti, namun kini menjerit kembali. Membangunkanku dari tidur yang singkat. Mungkin hujan marah, sebab ku tinggal tidur begitu saja. Ia juga ingin dijaga, bukan aku saja.
Kini hujan menyerah dan memilih sembunyi, namun matahari takut menampakkan diri. Langit senyap. Awan enggan memutih. Langit masih abu-abu, tak kembali biru. Cuaca terlihat labil. Jika ingin hujan, hujankan saja. Jangan pikirkan yang lainnya. Jika aku tak bisa berkelana, maka orang lain juga tak boleh bisa berkelana. Hujankan yang lebat, hentikan aktivitas mereka. Biarkan dunia merebah sejenak, tanpa melakukan apa-apa. Saling menghangatkan, sepertiku yang ingin engkau disampingku saja.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Dari Langit
Poetry#Sequel Sajak Semesta. Langit. Tuhan titipkan cerita hidup kita melalui langit. Tuhan juga titipkan cerita cinta kita melalui langit. Langit turunkan hujan lebat kala ia menangis melihat kebengisanmu. Langit buatkan pelangi kala ia tersenyum mel...