Kala itu, pagiku bukan pagi yang tak berasa. Pagiku bukan pagi yang sia-sia. Kala itu pagiku penuh dengan guyonan jenaka. Dengan semangat untuk melewati hari yang selalu bahagia di penghujung senja. Kita selalu berdua, bersua hingga petang jadi pemisah.
Kala itu, malamku jadi akhir derita. Kutinggalkan saja dengan terlelap, maka ia akan pulang. Kala itu, malam akhir dari segalanya, dan esok hari tak akan sama. Kamu tetap berpendirian, menyadari kesalahanmu tak boleh di abaikan.
Kini pagi kemarin dan pagi ini terasa sama saja. Langit cerah, matahari keluar dari sarangnya. Namun yang ku lihat hanya lubang hampa di depan mata. Mau tak mau harus ku lewati hari dengan derita. Entah kamu pun merasakannya atau tidak.
Kini malam kemarin dan malam ini terasa sama saja. Pesakitan tak ingin pulang ke huniannya, dan terus mengganggu lelapku. Lagi-lagi kamu masuk dalam bunga tidurku membiarkan ku tersiksa bahkan saat aku harus mengistirahatkan tubuhku. Tak jarang ku bangunkan paksa diriku dari tidur, berharap kau enyah saja ke mimpi yang lainnya. Lalu kembali tidur, namun masih tetap sama. Lalu ku buka jendela ku lebar-lebar, berharap kamu menemukan jalan keluar. Bukannya lebih baik, aku semakin menggigil dan amarahmu memuncah dalam mimpi.
Lalu, bagaimana di pagi dan malam selanjutnya? Cepat atau lambat, akan ku sediakan bendera putih untukmu.
Lots of panda,
Tsyafazz
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Dari Langit
Poesia#Sequel Sajak Semesta. Langit. Tuhan titipkan cerita hidup kita melalui langit. Tuhan juga titipkan cerita cinta kita melalui langit. Langit turunkan hujan lebat kala ia menangis melihat kebengisanmu. Langit buatkan pelangi kala ia tersenyum mel...