Dirga duduk dengan tangan kanannya menopang dagu, memikirkan cara agar si Ketua Paskib itu tidak lagi takut jika hanya berdua dengannya.
Alisnya bergerak tak karuan, deru nafasnya pun begitu.
"Kenapa Ga?" Tanya Seno-teman sebangkunya.
"Gak papa,"
"Gak bisa bohong lo sama gue. Coba cerita sama Seno ada apakah gerangan dengan dirimu?" Ucap Seno dengan sedikit menggoda Dirga, mau tidak mau Dirga pun mengatakan masalahnya kepada Seno.
"Jadi gitu ya." Ucap Seno seraya manggut-manggut.
"Gimana aja lo coba lebih terbuka sama dia Ga?"
"Terbuka gimana?" Tanya Dirga yang tidak mengerti.
"Ya elo mau cerita apa aja gitu ke dia. Biar dia lebih enjoy kalo deket lo."
"Justru itu Seno, gue udah coba cerita apa aja ke dia. Malahan gue terus yang nyari topik pembicaraan kalo sama dia." Keluh Dirga.
"Yah kalo gitu sih gue gak tau lagi. Coba-coba lagi aja siapa tau berhasil."
"Ya, semoga aja berhasil."
"Btw, gimana buat acara demo ekskulnya? Mau buat berbeda atau sama kayak yang udah-udah?" Tanya Seno yang notabenenya adalah anggota Osis juga.
"Kita bikin yang berbeda aja. Gue dapet saran dari dia kayak gitu."
"Oh ya udah kalo gitu. Gue tinggal dulu ya Ga, ada urusan sama Sarah."
"Ck, dasar yang lagi kasmaran. Ya udah sana pergi, nanti si Sarah nungguin." Ucap Dirga dan Seno pun berlalri keluar kelas.
Grooowlll
"Duh, perut gue bunyi." Ucap Dirga yang kaget saat cacing-cacing di perutnya sudah meminta jatah.
"Laper mas? Ke kantin sama gue yok?" Tawar Andika saat mendengar perut temannya itu berbunyi.
"Hehehe.. Ayok!"
"Devi! Ke kantin sama gue yuk?" Ucap Athana seraya memegang kedua pundak temannya itu.
"Sorry Athana, gue bawa bekal. Kalo mau ke kantin ajak Sania gih." Tolak Devi seraya menunjukkan kotak makannya yang bergambar koala.
"Yah.. Ya udah deh gue ke kantin sama Sania aja. Bye Devi.."
"Bye... "
***
"Lo mau pesen apa?" Tanya Sania kepada Athana saat sudah berada di kantin.
"Gue, nasi goreng sama es teh aja deh. Kalo lo?"
"Bakso sama minumnya air putih." Jawab Sania "Ya udah kalo gitu gue pesenin dulu ya?"
"Oke. Thanks Sania."
"Eh-eh liat deh, itu si Athana yang Ketua Paskibra itu kan?" Tanya Seorang siswa kepada temannya.
"Iya. Cantik ya, coba gue jadi pacarnya beruntung banget gue." Ucap siswa satunya lagi.
"Gue deketin ah. Siapa tau dia mau jadi boneka gue." Ucap siswa bernama Ari, kemudian berdiri dari tempat duduknya.
"Eh jangan Ri, kalo Juna ngeliat bisa dihantem lo sama dia." Cegah salah satu dari siswa tersebut yang mempunyai tampang culun kepada Ari.
"Halah.. Siapa sih Juna? Gak takut gue, udahlah gue mau samperin calon pacar gue dulu." Ucapnya dan pergi menghampiri Athana yang sedang duduk.
"Hai Athana? Lagi nunggu pesenan ya? Boleh dong gue ngobrol-ngobrol dikit sama lo." Ucap Ari dan duduk di samping Athana.
Siapa? Batin Athana.
"Maaf, kamu siapa ya?" Tanya Athana bingung dan menggeser posisi duduknya.
"Masa gak tau sih. Gue Ari, Ketua Futsal disini." Ucap Ari seraya membanggakan jabatannya yang sebagai Ketua Futsal.
"Oh," Jawab Athana dan mulai tidak nyaman berada dekat dengan Ari.
"Oh iya Athana lo jomblo? Kalo jomblo boleh dong gue daftar jadi pacar lo?" Tanya Ari dengan tangan yang siap merangkul pundak Athana.
Grep..
"Sorry, Athana cuma milik gue." Ucap seseorang dengan nada datarnya.
Athana yang mendengar suara itu mendongak, mencari tahu suara yang sudah tidak asing lagi baginya.
Itu. Suara Dirga.
"M-maksud lo apa? Gue yang duluan daftar. Kalo lo mau, ngantri dulu!" Ucap Ari seraya melepaskan tangannya dari genggaman Dirga.
"Apa omongan gue kurang jelas? Athana cuma milik gue!" Ujar Dirga dan kali ini ekspresinya terlihat serius.
"Heh! Jangan seenaknya lo main milikin orang. Emang lo siapanya dia?"
"Kalo gue pacarnya, lo mau apa?" Tanya Dirga lebih tepatnya menantang Ari. "Gue tau lo Ketua Futsal. Tapi, apa begini cara lo cari boneka buat lo jadiin bahan taruhan?"
Dia tau?! Batin Ari.
"Jangan pernah lo jadiin Athana bahan taruhan lo sama temen-temen lo. Kalo lo berani ngelakuin itu, silahkan angkat kaki dari sekolah gue."
Sekedar informasi, sekolah Pusaka Baru adalah sekolah swasta yang didirikan oleh suatu Yayasan. Dan pendiri yayasan itu sendiri yang tak lain adalah Ayah Dirga.
"Cih, dasar! Awas aja lo Dirga. Gue bakal ngelakuin sesuatu buat lo, tunggu aja!" Ucap Ari marah dan pergi dari area kantin.
"Silahkan. Kalo emang lo udah siap angkat kaki dari sini." Ucap Dirga santai tetapi tepat pada targetnya.
"Lo gak papa?" Tanya Dirga seraya mencondongkan badannya sedikit.
"Iya, gak papa."
"Bagus deh. Gue seneng dengernya."
"Maaf, gue harus pergi." Ucap Athana tiba-tiba dan bangun dari tempatnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Dirga seraya menahan lengan gadis berkuncir kuda itu.
"Lepasin, dan makasih buat pertolongan lo tadi." Ucap Athana seraya melepaskan lengan Dirga.
Dirga yang tidak mengerti dengan Athana pun hanya diam dan bingung dengan sikap Athana. Kenapa dengan Athana? Apa ia mengatakan sesuatu yang salah?
"Loh? Kemana Athana?" Tanya Sania kepada dirinya sendiri saat sampai dimeja dan Athana sudah tidak ada disini.
"Dia pergi." Jawab Dirga dan melangkah meninggalkan area kantin.
"Apa?" Tanya Sania yang tidak mengerti ucapan Dirga dengan raut wajah bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Ketos
Teen FictionStart. 17/11/17 update gak nentu . don't copy my story!