22 • Di Lupakan Atau Melupakan

7.8K 346 4
                                    

"Athana, kok elo ninggalin gue sih tadi? Gue nyariin lo tau!" Tanya Sania, padahal dirinya sendiri pun meninggalkan Athana.

"Tadi ada sedikit urusan." Jawab Athana singkat. Tidak ingin jika temannya itu tahu bahwa dirinya bertemu dengan Dirga.

Sania pun hanya menghela nafas kasarnya, dan melanjutkan acara makannya yang tertunda.

Lama mereka bertiga terdiam, Devi pun pamit untuk pergi ke kelas lebih dahulu.

"Lo ketemu sama Dirga kan?" Bisik Devi tepat di telinga Athana. Kemudian, melanjutkan langkahnya ke kelas.

Mendengar itu, seketika membuat Athana terdiam. Devi tahu. Bahwa dirinya baru saja bertemu dengan Dirga.

"Athana! Athana!" Panggil Sania seraya mengibas-ngibaskan kedua tangannya di depan wajah Athana.

"Eh-kenapa?" Tanya Athana bingung.

"Elo gue panggil-panggil juga dari tadi, gak nyaut-nyaut. Lo mau balik ke kelas gak?"

"Oh, iya. Ya udah ayo." Jawab Athana dan berdiri dari tempatnya.

"Kurang makan lo ya? Ngelamun mulu." Tanya Sania seraya berjalan menuju kelasnya.

"Enggak kok. Gue cuma banyak pikiran aja." Jawab Athana seraya tersenyum kecut.

"Bagi-bagi dong, yang ada di pikiran gue cuma Juan doang Hahaha..." Ujar Sania seraya terbahak.

"Cie mikirin gue. Awas nanti suka sama gue." Celetuk seseorang di belakang Athana dan Sania.

Sania pun seketika menoleh ke belakang. Di sana sudah ada Juan dengan senyum yang sama sekali Sania tidak mengerti.

"G-gue ke kelas duluan ya Ath, ada tugas dari Bu Eriza yang belom gue kerjain. Bye.. " Ucap Sania berbohong. Dan lari sekencang mungkin meninggalkan Athana dan juga Juan.

Sedangkan Athana hanya terkikik geli melihat tingkah laku Sania, seraya menggeleng-gelengkan kepalanya ke arah Juan.

"Iseng banget sih lo. Jadi malu kan Sanianya." Ujar Athana sedangkan Juan hanya terkekeh.

"Gue pergi duluan ya, Pak Adam manggil tadi." Ucap Juan dan Athana hanya mengangguk.

                                ***

Athana duduk di kursinya. Matanya tidak henti-hentinya menatap ke arah jendela, waktu untuk pulang sekolah berjalan sangat lama baginya.

"Pengen pulang." Gumam Athana seraya memainkan pulpennya, sehingga menimbulkan suara yang sedikit menggangku.

"Ath, berisik. Gue gak fokus nih." Bisik Laras teman sebangku Athana.

"Eh-maaf Ras, gak sengaja." Ujar Athana meminta maaf. Sedangkan Rasti kembali fokus mendengarkan pelajaran.

Namun, baru saja Athana ingin menaruh kepalanya di atas meja. Tiba-tiba Bu Asni memanggilnya.

"Athana! Kamu bisa kan mewakilkan sekolah ini untuk ikut Olimpiade matematika?" Tanya Bu Asni dan membuat Athana sedikit terlonjak.

"Eh? Apa Bu? Olimpiade?" Tanya Athana, apa ia tidak salah mendengar ucapan Bu Asni.

"Iya Olimpiade matematika. Saya lihat, nilai matematika kamu dari kelas 10 selalu bagus. Dan Ibu memilih kamu sebagai perwakilan SMA Pusaka Baru." Ujar Bu Asni.

"T-tapi Bu? Saya gak jago-jago banget kok matematika." Ucap Athana, karena jujur ia sedikit takut untuk mengikuti Olimpiade tersebut.

"Gak papa. Nanti sebelum Olimpiade, kamu juga akan latihan atau belajar lagi sama saya."

"Kamu mau kan Athana?" Tanya Bu Asni, dan akhirnya Athana pun mengangguk.

"Iya Bu. Saya mau." Jawab Athana, mungkin dengan begini ia bisa melupakan Dirga sejenak.

"Baiklah anak-anak sekian untuk hari ini. Dan, Athana. Besok sepulang sekolah kamu temui saya di ruang guru ya?"

"Iya Bu." Balas Athana.

"Baik. Sampai jumpa di pelajaran selanjutnya!" Ucap Bu Asni dan berjalan keluar kelas.

"Iya Bu!" Jawab para murid serempak.

"Ath, keren banget lo bisa ikut Olimpiade." Puji Laras seraya menatap senang teman sebangkunya itu.

"Keren lo Ath! Dapetin juara 1 ya, abis itu traktir gue makan deh!" Timpal Dika yang duduk di depan Athana. Dan membuat semua murid menyorakinya.

"Bilang aja pengen makan gratis lo Dik!" Teriak Rizki.

"Tau nih si Dika, modusnya bisa aja. Bilang aja pengen makan bareng cewek cantik." Timpal Alfi dan membuat semua murid semakin menyorakinya.

"Stop, stop! Bilang aja lo pada iri kan sama gue." Ucap Dika dan membuat para murid laki-laki mengeroyokinya.

Dan itu membuat satu kelas tertawa, begitu pun Athana. Seketika ia melupakan Dirga di pikirannya.

"Hahaha.. Dasar Dika." Gumam Athana.

Dika yang mendengar gumaman Athana seketika melebarkan kedua pupil matanya.

"Athana! Gemesin banget sih lo!" Teriak Dika seraya bersiap-siap ingin memeluk Athana. Melihat wajah Athana yang tertawa membuat dirinya senang bukan main.

Plak!

"Haram lo peluk-peluk Athana!" Omel Laras seraya memukul Dika dengan buku tulis yang sedari tadi ia gulung. Sedangkan Athana hanya bisa  melebarkan kedua matanya terkejut.

"sakit atuh ih Neng Laras mah kejam sama Aa' Dika." Ucap Dika dengan logat Sundanya. seraya memegangi kepalanya yang tadi sempat Laras pukul.

"Makanya, jangan main peluk-peluk orang." Omel Laras yang kedua kalinya. Dan membuat mutid tertawa sekaligus menyoraki Dika.

                                  ***

"Lo kenapa sih San? Dari tadi kayak orang malu-malu gitu?" Tanya Devi heran melihat tingkah Sania yang aneh semenjak kembali dari kantin tadi.

Bukannya menjawab, Sania hanya menghentak-hentakkan kakinya dengan muka senangnya yang ia tutupi dengan kedua tangannya.

"Woi Sania! Sadar!" Ujar Devi seraya menggoncang-goncangkan bahu Sania dahsyat.

"Lo kesurupan apa sih? Sania!"

Sementara dari jauh seorang laki-laki hanya tersenyum geli melihat tingkah laku Sania. Ya, Sania seperti itu karena ulahnya tadi.

"DOR!!!" kejut Athana dari belakang dan membuat Devi terkejut.

"Athana ih! Bikin kaget aja." Racau Devi dan memandang Athana kesal.

"Maaf-maaf." Ucap Athana seraya tersenyum kecut.

"Ath, Sania kenapa sih? Dari tadi senyam-senyum gak jelas. Gue jadi merinding." Ucap Devi seraya memperlihatkan bulu kuduk tangannya yang berdiri.

"Lebay nih Devi. Biasalah, Sania lagi kasmaran." Ucap Athana dan membuat Devi menaikan satu alisnya.

"Kasmaran?"

"Sama Juan." Sambung Athana dan membuat Devi mendecih sebal. Pikirnya, Sania sudah dimasuki makhluk halus. Tapi ternyata tidak.

"Dasar nyebelin!" Omel Devi dan meninggalkan Sania dan juga Athana.

Sementara Sania tidak terusik dengan  omelan Devi sedikit pun.

"Devi, tunggu! Sania, Ayo! Nanti kita di tinggal Devi." Ucap Athana seraya menyeret Sania dan pergi menyusul Devi.

"Dirga! Ayo balik, mau mampir ke rumah gue dulu gak?" Tanya Radit kepada Dirga menatap lurus ke arah lapangan.

"Ya udah ayo."

Possesive KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang