6 • Berkuasa

22.3K 1K 6
                                    

Suasana kelas kali ini masih ramai seperti biasanya. Kelas yang dominan diisi oleh laki-laki ini pun terkenal suka sekali mencari keributan dengan kelas lain. Tapi, ada satu orang laki-laki yang sangat berbeda bagi Athana.

Dia. Arjuna Kharisma.

Bagi Athana, Arjuna lebih terlihat dingin dan pendiam dibanding anak laki-laki dikelasnya yang kebanyakan sering membuat ulah dan sok jagoan.

Di saat yang lain sibuk bermain dan membuat ulah, Arjuna sibuk membaca bukunya. Di saat yang lain pergi keluar kelas saat ada jam kosong, Arjuna lebih memilih belajar entah itu menghafal rumus-rumus atau sekedar menulis materi.

Dan, itulah yang membuat Arjuna sangat berbeda dimata Athana. Sampai, suatu ketika Arjuna terpaksa keluar dari sekolah saat semester 2 dimulai.

                              ***

"Hoy Juna, main ke taman belakang sekolah dong! Anak laki semuanya pada ngumpul disana." Ajak Geo kepada Arjuna yang sedari tadi hanya berkutat pada buku berwarna jingganya.

Arjuna yang merasa tidak mau dengan ajakan Geo pun hanya menggeleng, dan menyuruh Geo untuk pergi.

Namun, selang beberapa menit saat Geo mengajak Arjuna untuk ke taman belakang sekolah. Para anak laki-laki kelas 8B bergerombol masuk ke dalam kelas, dan beberapa diantaranya pun ada yang dari kelas lain seperti 8E.

Mereka semua masuk dan menuju ke arah tempat duduk Arjuna, dengan salah satu siswa mendorong bahu Arjuna kasar.

Dia. Mahesa Dirgantara.

"Apa maksud lo gak mau nerima ajakan Geo? Lo gak suka sama kita-kita? Hah?!" Teriak Dirga tepat didepan muka Arjuna.

"Eh, jangan sok kalem lo jadi anak! Kalo lo gak suka sama kita bilang, gak perlu ngehindar terus kalo diajak main!" Ucap Aldi menimpali perkataan Dirga.

"Gue bukannya gak suka sama kalian. Gue-" Ucapan Arjuna terpotong kala Dirga menghantam pipi kanannya.

"Alesan! Kalo gak suka bilang! Jangan banyak alesan kayak gini!" Teriak Dirga berapi-api.

Melihat kondisi Arjuna yang terpojok, Athana yang sedari tadi hanya melihat pun kini reflek bergerak mendekati kerumunan para anak laki-laki itu. Dan mencoba menyelamatkan Arjuna.

"Dirga! Berhenti, kasian Arjuna!" Teriak Athana, dengan dua tangannya yang memegang lengan kiri Dirga.

"Alah, Bacot!"

Brugh!

Athana terjatuh, dengan badannya yang sempat menghantam meja milik Fadian.

"Awhh.. " Ringisnya.

Tanpa memperdulikan Athana yang jatuh, Dirga pun tetap melanjutkan aksinya. Tanpa ada balasan dari Arjuna.

Arjuna terdiam. Melihat Athana yang meringis kesakitan membuat hatinya teriris. Namun, tanpa ia sadari seluruh tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

BUGH!

BUGH!

Arjuna memukul Dirga dengan membabi buta, dan kini Dirga pun sudah mengeluarkan sedikit darah dari hidungnya.

Athana yang melihat Arjuna seperti ini pun lantas mencoba memisahkan Arjuna dan Dirga.

"Arjuna stop! Berhenti Juna, Dirga udah mimisan." Ucap Athana walau badannya masih terasa sakit, ia harus segera melerai pertengkaran ini.

"Juna! Awas aja lo. Gue bakal bikin lo angkat kaki dari sekolah ini, karena gue. Anak pemilik yayasan sekolah ini!" Teriak Dirga saat Arjuna berhenti memukulinya.

"Tunggu aja. Lo bakal keluar dari sini." Ucap Dirga dan pergi keluar kelas diikuti beberapa teman satu genk-nya.

"Juna, lo gak papa?" Tanya Athana dengan wajahnya yang terlihat khawatir.

"Gak papa. Maaf, gue harus pergi Than." Ucap Arjuna dan meninggalkan kelas seraya membawa tasnya.

Gadis berkuncir kuda itu pun hanya bisa diam melihat kepergian Arjuna, air matanya sudah mengalir sejak tadi dan kini ia pun hanya bisa meringkuk dengan wajahnya yang ditelungkupkan diantara kedua tangannya.

Seminggu setelah kejadian itu, baik Arjuna maupun Dirga tidak pernah kelihatan bersekolah.

Sampai Athana mendengar bahwa. Arjuna sudah dikeluarkan paksa dari pihak sekolah.

From : +62 8572263XXXX

Maaf Than, gue udah keluar dari SMP Bina Raya. Dan, Makasih untuk pertolongannya seminggu yang lalu. Gue pamit Than. Bye...

Juna.

Melihat pesan yang baru saja masuk tepat setelah ia mendengar kabar Arjuna di keluarkan dari sekolah, Athana hanya diam. Air matanya turun tanpa ia sadari. Ternyata benar, perkataan Dirga bukan omong kosong.

"Gue benci sama lo Ga."

Possesive KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang