23 • Firasat Buruk

7.7K 363 10
                                    

"San, Dev. Um.. Kayaknya besok kita gak jadi nonton deh." Ucap Athana ragu disela-sela mengobrolnya dengan Devi dan juga Sania.

"Eh?! Kenapa?!" Tanya Sania seolah tidak terima dengan perkataan Athana barusan.

"Pulang sekolah gue harus nemuin Bu Asni. Karena gue dipilih untuk ikut Olimpiade Matematika." Ucap Athana seketika membuat Sania dan juga Devi kaget mendengarnya. Namun, yang paling terkejut ialah Sania.

"A-Apa?! O-olim-piade Mate-matika?!" Tanya Sania terbata dengan muka shocknya.

"Wow Ath, gak nyangka lo bisa ikutan Olimpiade Matematika." Ucap Devi seraya menutup mulutnya.

"J-jangan pada kaget gitu dong. Ini kan Olimpiade biasa." Ujar Athana seketika membuat raut wajah kaget Sania meredup.

"Biasa kata lo? Hello Athana! Ini Olimpiade udah gue harapin tau gak sih. Gue kepengen banget ikutan." Tutur Sania dan membuat Athana terkejut.

Walaupun Sania terlihat seperti murid yang bermain-main dengan pelajaran maupun nilai, sebenarnya Sania adalah murid yang pintar. Di saat ia kelas sepuluh, Sania menduduki peringkat pertama di kelasnya dan disusul oleh Devi sebagai peringkat kedua.

"Kenapa lo gak bilang sama guru lo aja San? Lo kan juga pinter." Ucap Athana, karena menurutnya Sania pantas mengikuti Olimpiade ini.

"Gak bisa Ath, satu sekolah cuma boleh kasih satu perwakilan aja. Dan elo udah dipilih, otomatis gue gak bakal dipilih." Ujar Sania sendu.

"Tapi kan pasti bisa San. Gue bakal mundur, dan elo yang bakal maju ke Olimpiade itu."

"Jangan Ath, kesempatan ini jarang. Lebih baik lo gunain baik-baik, ini kan tahun terakhir lo sekolah. Jadi, lo harus punya sesuatu yang bisa lo banggain di sini." Ujar Sania. Baginya Okimpiade ini memang sangat ia harapkan, namun apa salahnya jika ia mendukung sahabatnya ini. Selagi sahabatnya bahagia, dirinya pun juga akan ikut berbahagia.

"Sania?" Panggil Athana.

"Gak papa Ath. Tapi, menangin Olimpiade itu untuk gue ya. Janji." Ucap Sania seraya mengajak Athana untuk janji kelingking.

"Janji."

"Tapi jangan lupa traktir kita ya Ath kalo menang." Ucap Sania girang, dan membuat Athana memanyunkan bibirnya.

"Mekdi boleh lah Ath." Timpal Devi dan membuat Athana dan juga Sania tertawa.

"Tapi, bayar sendiri ya." Balas Athana disela-sela tawanya.

                                ***

Segerombolan laki-laki sedang berjalan seraya asik tertawa, membicarakan hal konyol yang hanya dimengerti oleh mereka sesekali tawa mereka berhenti. Namun tidak berselang lama, tawa itu kembali muncul.

"Ga, lo tau gak sih? Si Jaya ditembak sama adek kelas. Mukanya sumpah kocak banget." Ujar Dito seraya tertawa.

"Huh? Sama siapa?"

"Zalea. Murid pindahan yang katanya mirip bule gitu."

"Yang itu loh Ga. Masa lo gak tau sih!" Timpal Danang.

"Yang mana? Kok gue gak tau." Tanya Dirga. Karena ia sama sekali tidak mengetahui bahwa adanya murid pindahan yang bernama Zalea itu.

"Dia anak kelas sebelas. Cantik sih, lumayan lah buat dijadiin pacar hahaha.." Ujar Dito masih dengan tawanya.

"Lah? Kan dia udah nembak Jaya." Tanya Dirga. Bagaimana bisa temannya ini memacari perempuan yang jelas-jelas sudah menjadi pacar seseorang.

"Iya sih dia nembak si Jaya. Tapi Jayanya gak mau, padahal sayang banget tuh jarang-jarang kan ada cewek yang nembak cowok duluan. Cantik pula." Jelas Dito menyayangkan sikap temannya itu.

"Coba aja gue jadi si Jaya. Gue langsung terima." Ucap Danang seraya tersenyum-seyum.

"Ya udah lo pacarin aja sana si Zalea. Siapa tau mau sama lo." Ucap Dirga bercanda.

"Enggak deh. Kemarin gue denger si Zalea ngomong sama temennya, kalo dia itu pengen banget pacaran sama lo." Tutur Dito, dan seketika membuat Dirga berhenti berjalan.

"Masa?" Tanya Dirga tidak percaya.

"Beneran. Masa iya gue bohong. Lagian nih ya, gue juga lagi deket sama cewek. Lagian, Kenapa lo nggak deketin aja si Zalea? Dia juga kan maunya pacaran sama lo." Ujar Dito memanas-manasi Dirga.

"Apaan sih lo. Gak tertarik gue." Tolak Dirga dan kembali berjalan.

"Alah si Dirga malu-malu nih. Udah sana pacarin aja si Zalea." Goda Danang.

"Tau lo Ga. Lo kan jomblo." Timpal Dito.

"Iya iya terserah lo!" Ucap Dirga seraya menutup kedua telinganya. Tidak mau mendengar lebih jauh godaan dari temannya itu.

Namun, tidak jauh dari dirinya berdiri, Dirga melihat seorang perempuan berlari ke arahnya.

"Kak Dirga, mau kemana? Pulang?" Tanya perempuan itu dengan senyumnya yang membuat teman-teman Dirga iri. Kenapa harus Dirga yang mendapat senyuman semanis itu?

"Siapa?" Pikir Dirga. Ia rasa dirinya sama sekali tidak mengenali perempuan yang sedang berdiri dihadapannya ini.

"Maaf Kak. Aku Zalea, anak pindahan.  Dan aku adik kelas Kakak." Ujar Zalea memperkenalkan dirinya.

Dirga yang bingung sekaligus heran pun hanya menganggukkan kepalanya. Seraya tersenyum kecut.

"Kakak mau kemana?" Tanya Zalea mengulangi pertanyaannya tadi.

"Mau kerumah temen. Kenapa ya?" Tanya Dirga dan seketika membuat Zalea tersipu?

"Kenapa nih anak?"

"Oh. Kerumah temen ya, ya udah deh hati-hati ya."

"I-" Belum sempat Dirga mebalas perkataan Zalea tiba-tiba hanphonenya bergetar.

Drrrt.. Drrtt..

Setelah melihat apa isi pesan yang tertulis. Seketika membuat dirinya panik.

"Sorry ya semua. Gue gak jadi main ke rumah lo Dit, gue harus balik ke rumah." Ucap Dirga kepada teman-temannya itu.

"Lah? Kenapa Ga?" Tanya Nata bingung.

"Ada urusan mendadak. Udah ya gue balik dulu.!" Ujar Dirga dan langsung pergi berlari meninggalkan teman-temannya.

"Dirga?! Woi?!" Panggil Dito namun dihiraukan.

"K-Kak Dirga?!" Panggil Zalea. Wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Kenapa si Dirga?" Tanya Alif kepada Dito. Namun Dito hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak tahu.  Namun, firasat buruk sekarang tengah ia rasakan.

"G-Gue nyusul Dirga dulu deh. Bye!" Ujar Dito dan langsung berlari menyusul Dirga.

"Kalo ada apa-apa kabarin To!" Teriak Danang. Dan dibalas dengan acungan jempol oleh Dito.

Possesive KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang