"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Ega seraya menoleh ke arah Athana dan di jawab oleh anggukan.
"Kalo mau lagi bilang aja, nanti gue beliin." Tawar Ega seraya tersenyum.
"Eh, engga usah. Nanti gue beli sendiri aja." Ujar Athana merasa tidak enak.
"Hmmm oke."
Suasana kini hening, baik Ega maupun Athana hanya sibuk memakan es krimnya masing-masing. Sesekali Ega mencuri pandangan ke arah Athana saat gadis itu memakan es krimnya.
"Ya ampun! Gue lupa!" pekik Athana dan membuat Ega yang mendengar hampir saja tersedak oleh es krim yang dimakannya.
"Apa? Ada apa?" Tanya Ega dengan wajah khawatirnya.
"Gue ada janji sama Kakak gue. Ya ampun gimana nih, pasti kakak gue udah nungguin dari tadi. Pasti nanti gue diomelin." Racau Athana tetapi tetap mencoba menghabiskan es krim yang ada ditangannya.
Ega tertawa melihat tingkah laku Athana yang mirip seperti anak kecil baginya. Saat setelah menghabiskan es krimnya Ega pun menenangkan Athana, agar gadis itu tidak meracau sendirian.
"Yaudah mendingan sekarang kita pulang aja ya ke rumah lo. Gue anter, okey?" Tawar Ega dan seraya merangkul pundak Athana. Dan Athana pun hanya bisa mengiyakan perkataan Ega.
***
Dito memarkirkan motornya ditaman komplek perumahannya. Kepalanya tidak henti-hentinya menoleh ke kanan dan ke kiri, namun yang dicarinya tidak juga menunjukkan batang hidungnya.
"Aduh Dirga kemana si? Gue udah muter-muter keliling komplek naik motor, masih ga ketemu juga." Racau Dito karena sedari tadi tidak melihat Dirga disekitar komplek rumah.
Dito pun menyerah untuk mencari Dirga, Ia mencoba menelepon Danang. Berharap bahwa mungkin Danang akan membantu mencari keberadaan Dirga.
"Hallo Nang. Bisa bantuin gue gak?"
"Bantu apa? Gue baru aja sampe rumah To. Masih capek nih, belum mandi juga malah."
"Sebentar aja. Dirga ngilang Nang, tadi tiba-tiba pergi naik motor. Gue panggil gak nyaut."
"Beli makan kali dia. Udah terlalu laper jadi buru-buru hahaha..."
"Ngapain juga dia nyari makan Nang. Stok makanan dirumahnya aja melimpah, bisa bagi-bagi ke tetangga malah."
"Yaudah terus dia keluar ngapain? Gue mana tau. Mungkin ke rumah sakit kali, jenguk ibunya."
Seketika Dito terdiam. Kenapa Ia tidak menyadarinya sedari awal, bisa jadi Dirga kesana. Perasaannya pun langsung tidak enak, seketika keringat dingin membasahi tengkuk lehernya.
Tanpa aba-aba Ia pun mematikan sambungan telepon, dan langsung tancap gas menuju rumah sakit dimana ibunya Dirga dirawat.
"Semoga semuanya baik-baik aja." Bisiknya.
***
"Gue harus gimana sekarang?" Tanya Dirga pada dirinya sendiri. Perasaannya kini sangat kacau, ingin rasanya Ia berteriak dan menghantam tembok didepannya sekarang juga.
"Gak! Gue ga boleh lemah kayak gini. Gue harus kuat, apapun yang terjadi gue harus kuat. Gue harus jadi Abang yang kuat demi Olive sama Orlin." Ujar Dirga dalam hati dan bertekad untuk melalui ini semua dengan kuat.
Dirga mengeluarkan ponselnya dari saku jaket miliknya dan segera menelepon seseorang yang dulu pernah merawatnya. Bibi Andra.
"Halo Bi. Ini Dirga." Ucap Dirga kepada Bibinya.
"Oh Dirga. Ada apa Kak? Tumben sore-sore begini Kakak telpon."
"Begini Bi. Ma-Mamah udah ga ada Bi."
"Kakak serius?"
"Iya. Kakak serius."
"Ka-kalo begitu Bibi kesana ya. Kakak tunggu Bibi ya, Bibi siap-siap dulu."
"Iyah."
Sambungan telepon pun dimatikan oleh Dirga. Air mata kini kembali mengalir di pipinya, sekuat apapun Ia untuk mencoba tidak menangis tetapi tetap saja Ia akan kembali menangis.
Setidaknya dengan menangis seperti ini akan membuat perasaannya sedikit lebih baik.
"Mamah orang baik. Dirga yakin pasti sekarang Mamah lagi sama Papah kan di surga." Ucap Dirga ditengah tangisannya. Mencoba tersenyum namun sebenarnya sangat susah dilakukan.
"Olive, Orlin maafin Abang. Ga bisa jadi Kakak yang baik buat kalian, Abang udah gagal jagain Mamah." Ujar Dirga seraya menenggelamkan wajahnya yang sedang menangis, badannya bergetar isak tangis pun kini mulai terdengar.
"Dirga? Dirga lo gak papa?" Tanya seseorang seraya mengguncang-guncangkan bahu Dirga.
"Ga? Maaf gue baru dateng." Ujar Dito seraya menepuk pelan punggung Dirga. Berusaha menenangkan Dirga, walaupun Ia juga sama sedihnya dengan Dirga.
"Gue sedih To." Ucap Dirga disela-sela tangisnya.
"Iya." Jawab Dito seraya memeluk Dirga. Sahabatnya kini terlihat sangat terpuruk, dan Dito sedih dengan hal itu. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain terus mensupport Dirga.
"Gue tau banget perasaan lo, Ga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Ketos
Ficção AdolescenteStart. 17/11/17 update gak nentu . don't copy my story!