7 • Masa lalu jangan diingat

20.6K 1K 2
                                    

Gadis berkuncur kuda itu berlari, matanya sedikit sembab karena menangis.

Penglihatannya pun mengabur, maka tak heran jika ia terus menabrak orang-orang yang berlalu lalang.

Saat sampai di tempat yang biasa ia datangi hanya untuk mencari angin segar pun kini ia datangi, mencoba menenangkan hati dan pikirannya yang kacau.

Jujur. Athana pun saat ini tidak tahu apa penyebab dirinya menangis seperti ini. Tetapi, mendengar perkataan Dirga tadi sedikit mengingatkannya akan masa lalu.

Masa lalu, saat dimana Arjuna harus dikeluarkan dari sekolah hanya karena hal yang sangat sepele.

Kadang, Athana terus bertanya-tanya. Apa orang yang berkuasa akan selalu menang? Hanya karena mereka mempunyai kedudukan yang tinggi, mereka bisa seenaknya menindas yang lemah?

Athana pun diam, lebih memilih duduk dibangku terdekat seraya mengatur deru nafasnya.

"Athana?" Panggil seseorang dari belakang seketika membuat Athana menoleh.

"Juna?!" Pekik Athana, saat Juna berada tepat dibelakangnya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang tersisa, tidak ingin Arjuna mengetahui bahwa dirinya habis menangis.

"Gak usah ditutup-tutupin, gue tau lo abis nangis." Ucap Arjuna dan membuat Athana berhenti menyeka air matanya.

"Kenapa? Ada masalah sama Dirga?"

"Enggak." Jawab Athana cepat dan kini memilih diam. Memainkan jari-jarinya dan sesekali melirik ke arah Arjuna.

"Than, yang namanya masa lalu itu jangan pernah diingat. Semua orang pasti punya masa lalu, mau itu yang manis, yang pahit semua orang pasti punya. Tapi, yang ngebuat orang itu tetap bertahan sampai sekarang adalah mencoba ngelupain masa lalunya." Terang Arjuna membuat Athana memalingkan wajahnya, menahan air matanya yang akan keluar.

"Janji ya? Jangan pernah inget lagi kejadian pas gue dikeluarin waktu SMP?" Ucap Arjuna seraya mengajak Athana membuat janji kelingking.

Athana menoleh, balas menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Arjuna.

"Janji."Ucapnya seraya tersenyum kecil.

"Nah, gitu dong. Kan seneng gue ngeliatnya." Ucap Arjuna seraya mencubit kedua pipi Athana.

"Apa sih Jun? Jangan cubit-cubit, sakit tau!" Balas Athana seraya memegang tangan Arjuna yang sedari tadi asyik mencubitnya.

Arjuna mengerucutkan bibirnya. Kesal. Karena tidak bisa meledeki gadis itu lagi. Pergerakan tangannyq sudah dikunci oleh Athana.

"Awas kalo lo nyubit pipi gue lagi. Gue gigit lo!"

"Kalo di gigitnya sama Athana, Arjuna ikhlas deh."

"Elo sih maunya."

"Emang gue mau." Jawab Arjuna seraya terkekeh.

"Balik ke kelas yuk Jun." Ajak Athana seraya berdiri.

"Yakin? Udah tenang?" Tanya Arjuna memastika bahwa keadaan Athana sudah membaik.

"Udah. Ayuk balik, nanti telat." Balas Athana seraya menggenggam tangan Arjuna.

Arjuna terdiam. Tapi, tak butuh waktu lama dirinya tersenyum seraya membalas erat genggaman tangan Athana, seakan ia tidak akan pernah lagi memegang tangan mungil milik Athana.

***

"Terus Athananya mana?" Tanya Devi setelah mendengar cerita Sania, bahwa Athana tadi tiba-tiba meninggalkannya begitu saja di kantin.

"Makasih Juna!" Ucap Athana saat menerima sekotak susu coklat dari Arjuna.

"Itu dia!" Pekik Sania melihat Athana memasuki kelas. "Athana! Lo tadi kemana? Kok gue ditinggal dikantin?!"

"Eh, Sania. Maaf ya.. Ada urusan mendadak heheh.." Jawabnya seraya terkekeh.

"Dasar, kebiasaan deh ngilang tiba-tiba mulu. Bikin gue khawatir."

"Duh, makasih yang udah khawatirin Athana." Ucap Athana seraya mencubit gemas pipi Sania.

"Athana ikh, sakit. Jangan dicubit terus pipi gue."

"Abisnya gemes sama Sania." Ucapnya dan terus mencubit gemas pipi temannya itu.

"Ekhem" Deham Devi saat keberadaannya dilupakan oleh Athana dan Sania.

"Eh, ada Devi. Kenapa?"

"Athana, tadi Juan nyariin lo. Ada urusan katanya." Ucap Devi menyampaikan pesan yang diberikan Juan-anggota paskib.

"Sekarang? urusannya?"

"Tahun depan."

"Oh gitu."

"Ya sekaranglah Athana!"

Athana pun hanya terkekeh mendegarnya, dan ia pun pergi keluar kelas setelah berpamitan dengan kedua temannya itu.

"Salam buat Juan!" Teriak Sania kepada Athana, karena dari dulu ia sangat menyukai Juan.

"Kalo inget!" Jawab Athana dari jauh.

"Jahat." Gumam Sania dengan bibir bawahnya yang ditekuk.

"Juan!" Teriak Athana saat sampai melihat Juan dilapangan sedang mengobrol dengan beberapa temannya.

"Eh, Athana! Sini!"

"Hosh.. Hosh.."

"Kenapa lo? Abis dikejar lutung ya?" Tanya Juan kepada Athana yang terengah-engah.

"Iya, lutungnya elo."

"Ck, derita cowok cakep gini nih."

"Ada urusan apa sama gue?" Tanya Athana to the point seraya mengambil botol minum yang Juan pegang, lalu meneguknya.

"Eh Bro, gue ngomong berdua dulu ya. Nanti kita lanjut ngobrolnya." Ucap Juan menyuruh agar temannya memberikan peluang untuk dirinya mengobrol dengan Athana saja.

"Oke deh. Balik dulu ya."

"Ya."

"Jadi gini, besok katanya ketos ngadain rapat sama seluruh Ketua Ekskul. Dan lo pastinya harus dateng." Jelas Juan.

Hening sesaat.

"Gitu doang?" Jawab Athana seraya menaruh botol air minum Juan.

"Ya iyalah. Emang mau apa lagi?" Tanya Juan heran.

"Yaelah, tau begini mah lo whatsapp gue aja Juan. Gak perlu gue lari-lari kayak dikejar lutung begini." Ucap Athana. Pasalnya ia harus berlari ke lantai bawah terlebih dahulu dan itu sangat melelahkan.

"Lebih enak ngomong langsung Athana, gue gak suka whatsapp-an." Terang Juan dan Athana hanya berdecak.

"Bilang aja ngirit kuota. Dasar pelit." Ucap Athana dan pergi meninggalkan Juan.

"Eh, Athana! Kok main balik aja?"

"Mules gue liat muka lo kalo terlalu lama!"

"Jahat lo!" Teriak Juan dan membuat Athana berhenti seketika.

"What? Mau ngajak gue tawuran lagi?" Tanya Juan sebal.

"Dapet salam dari Sania. Jangan lupa anak orang lo tembak, kasian lo gantungin mulu." Ucap Athana dan lari terbirit-birit.

"Asem lo! Gue kira apaan."

"Nembak Sania ya? Au ah gue pusing!" Gumam Juan seraya mengacak-acak rambutnya.

Possesive KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang