22 • Orang Asing

8.7K 406 6
                                    

Sudah 3 bulan berlalu sejak kejadian tersebut. Semuanya berubah, mereka berdua seperti orang asing yang tidak pernah mengenal satu sama lain. Athana dan Dirga, mereka berdua saling melupakan.

Semenjak kejadian itu. Dirga pun memutuskan bersikap seperti ini kepada Athana, walaupun ia tahu rasanya sakit menjauhi orang yang ia cinta. Tetapi, ia harus tetap melakukannya.

Athana pun begitu, dirinya sudah tidak ingin Dirga terbawa oleh masalahnya. Mungkin ini cara terbaik untuk dirinya melindungi Dirga.

Mendengar perkataan adik Dirga 3 bulan lalu, membuat dirinya selalu merasa bersalah. Jika saja ia tahu hal itu sejak awal, ia mungkin akan mendengarkan perkataan Dirga.

"Jangan pernah bawa-bawa Kak Dirga ke dalem masalah lo! Kak Dirga itu lemah dari kecil, jangan pernah suruh dia buat berantem. Lo mau buat Kakak gue mati hah?!" Teriak Olive dan kini air matanya sudah mengalir.

Namun, semuanya terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Segala sesuatu yang telah ia perbuat tidak akan pernah kembali seperti semula. Dan Athana menyesali hal itu.

Juan, Farrel, Devi dan Sania pun juga tidak pernah mengungkit hal itu kembali. Mereka pun juga memiliki pemikiran yang sama, mungkin dengan seperti ini sikap mereka. Satu sama lain pun tidak akan dirugikan, baik Athana maupun Dirga.

Tidak mudah melakukan ini semua. Berpura-pura menjadi orang asing bila bertemu, seperti tidak pernah mengenal satu sama lain. Melupakan segala sesuatu yang pernah terlewati bersama-sama, dan itu sangat menyakitkan.

"Ngelamun aja lo. Kalo nanti tiba-tiba kesurupan gue gak mau tanggung jawab lho." Celetuk Devi saat melihat Athana duduk di kursinya seraya menatap kosong ke arah buku-buku pelajarannya.

"Dev-"

"Athana!! Makan bareng di kantin yuk!" Teriak Sania tiba-tiba dan tentu saja membuat Devi dan juga Athana terlonjak kaget.

"Kebiasaan banget sih San. Ngagetin orang mulu." Ucap Devi sebal, dan membuat Sania terkekeh.

"Gak lucu San!"

"Oke-oke maaf. Mau makan bareng di kantin gak?" Tanya Sania, Athana dan Devi pun mengangguk setuju.

"Traktir ya San." Ledek Athana, dan membuat Devi mengerucutkan bibirnya.

"Gak mau! Bayar sendiri-sendiri pokoknya." Ujar Sania dan mendapat cibiran dari Devi.

Sesampainya di kantin, mereka semua pun langsung duduk di kursi masing-masing dan mulai memesan pesanan mereka.

"Dev, Ath. Pulang sekolah kita nonton yuk?" Ajak Sania dengan matanya yang berbinar.

"Gak bisa sekarang Sania. Lo nggak inget atau apa sih? Besok kita ada ulangan Sosiologi." Sanggah Devi, seraya memperingati temannya itu.

"Makanya itu Dev. Sebelum kita ulangan, kita refreshing dulu."

Ctak..

"Di mana-mana refreshing tuh selesai ulangan Sania!" Ucap Devi seraya menyentil dahi mulus milik Sania.

"Sakit ih Devi! Berdarah nanti." Ringis Sania seraya mengusap-ngusap dahinya yang sepertinya sudah memerah.

"Lebay lo. Gak mungkin di sentil doang langsung berdarah."

"Ya tapi sakit Devi."

Athana yang sedari tadi melihat pertengkaran kecil kedua temannya itu hanya bisa tersenyum geli.

"Udah udah. Jangan pada ribut dong." Ucap Athana menengahi.

"Tapi Ath-"

"San, mendingan lo dengerin apa kata Devi deh. Besok kan lo ulangan, lebih baik nanti pulang terus langsung belajar. Nontonnya pas lo selesai ulangan aja." Nasihat Athana dan Sania pun akhirnya menurut.

Possesive KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang