18 • Menjadi Pelindung

10.5K 549 0
                                    

"Kakak gak papa?" Tanya Olive seraya mengobati Dirga disebuah rumah yang terlihat kumuh.

"G-gak pa-pa." Jawab Dirga seraya menahan perih dibibirnya.

"Sebentar ya. Aku mau ambil kotak P3K." Ucap Olive dan mengambil kotak yang ada di meja.

"Kan udah aku bilang Kak. Kakak itu gak bisa berantem, pertahanan tubuh Kakak juga terlalu lemah. Untung aku dateng, kalo enggak Kakak bisa mati dihajar tau!" Omel Olive seraya menjitak kepala Dirga.

"Auwhh.. Sakit Liv, pelan-pelan juga obatinnya." Rintih Dirga.

"Sekarang apa? Lindungin orang lagi?hah?" Tanya Olive.

"Maaf." Ucap Dirga.

"Besok-besok jangan cari masalah lagi Kak. Kakak tuh-"

"Iya Lemah!" Teriak Dirga dan menghiraukan luka sobek dibibirnya yang mungkin akan semakin terbuka lebar.

"Kakak tau kalo Kakak itu lemah! Tapi apa salah kalo Kakak ngelindungin orang yang Kakak sayang?! Apa itu salah?! Huh?!" Teriak Dirga lagi seraya mencengkram kerah baju adiknya itu.

"Apa salah? Liv?" Tanya Dirga dengan suara yang sedikit melembut.

"Dulu Ayah dan Hana. Sekarang Athana. Kakak gak mau yang ketiga itu bernasib sama kayak Ayah dan Hana." Ucap Dirga dan melepaskan cengkraman tangannya itu dari kerah baju Olive.

"Lebih baik Kakak disini dulu untuk beberapa hari. Bisa gawat kalo Mamah tau Kakak babak belur begini." Ujar Olive seraya membereskan kotak P3K miliknya dan pergi meninggalkan Dirga sendiri.

                                 ***

"Dev, lo liat Dirga enggak?" Tanya Athana, karena sedari pagi ia tidak melihat Dirga sama sekali.

"Enggak tuh. Kenapa? Lo kangen ya?" Goda Devi seraya senyam-senyum.

"Apaan sih! Ngawur banget lo!"

"Masa sih? Tumben banget si Athana cariin si Ketos Mesum." Ledek Devi dan tentu saja membuat pipi Athana memerah.

"Apa sih! Udahlah gue mau kekantin dulu." Ucap Athana dan pergi meninggalkan Devi yang sudah tertawa geli.

"Dirga mana sih? Gue kan pengen tau dia baik-baik aja apa enggak. Tapi,  kalo dia gak masuk berarti dia kan gak baik-baik aja. Enggak-Enggak! Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu Athana. Dirga pasti baik-baik aja."  Gumam Athana.

"Mana sih lo Ga?! Muncul kek!" Eluh Athana.

"Athana!" Panggil Juan dari jauh seraya melambaikan tangan kanannya.

"Ck, Pake ada Juan segala lagi." Cibir Athana.

"Anterin gue ke Bang Farrel yuk, mau kasih bekelnya. Tadi ketinggalan di rumah." Ucap Juan seraya menunjukkan sebuah kotak bekal bergambar Panda.

"Males. Lo aja sendiri." Tolak Athana dan merebahkan dirinya dikursi taman sekolah.

"Ayolah, sebentar doang. Malu gue kalo ke kelas lo sendiri, nanti ceweknya banyak yang naksir."

"Kepedean lu gentong minyak."

"Sendiri aja sana gue ngantuk. Hush.. Hush.." Usir Athana dan Juan pun dibuat kesal olehnya.

"Eh Juan, gue mau tanya." Ucap Athana membuat langkah Juan terhenti.

"Kira-kira Dirga kemana ya? Dari tadi pagi gue enggak liat dia."

Deg.

"Gue ke Bang Farrel dulu ya. Tanya-nya nanti aja." Ujar Juan dan pergi meninggalkan Athana sendiri.

"Nyebelin nih Juan. Tapi.... Kok gue masih penasaran ya sama cowok yang kemarin. Sayangnya dia pake masker sih, gue jadi gak bisa tau wajahnya, Huffft...."

"Kak! Makan dulu gih. Nanti Kakak sakit." Ucap Olive kepada Dirga yang sedari tadi hanya duduk diam di sofa.

"Kamu bilang apa ke Mamah kemarin?" Tanya Dirga dan mengambil sesendok bubur yang tadi Olive bawakan padanya.

"Aku bilang ke Mamah kalo Kakak nginep ke rumah Dito." Ujar Olive, terpaksa ia membohongi Mamahnya karena ia tidak ingin Mamahnya itu khawatir.

"Tapi tenang aja, Orlin gak tau kok kalo sebenernya Kakak disini. Dia juga percaya pas aku bilang kalo Kakak nginep dirumah Dito."

"Liv, Kakak mau keluar sebentar." Ucap Dirga dan beranjak dari sofa.

"Jangan. Luka Kakak belum sembuh." Cegah Olive seraya menggenggam sebelah tangan Dirga.

"Ada yang perlu Kakak urus. Kamu tunggu disini aja." Ujar Dirga dan keluar dari rumah tersebut.

"Apa Kak Dirga mau nemuin perempuan yang namanya Athana, itu?"

"Athana!" Teriak Dirga saat Athana baru saja hendak memasuki rumahnya.

"Dirga?!"

"Sini. Gue butuh bicara sama lo." Ujar Dirga. Athana pun menurutinya.

"Ga? Lo baik-baik aja kan? Kok elo tadi gak sekolah?" Tanya Athana bertubi-tubi memastika laki-laki yang ada dihadapannya ini benar baik-baik saja.

"Wajah lo kenapa Ga? Abis-"

"Shut up Athana. Sekarang bukan waktunya cemasin gue, tapi diri lo." Selak Dirga.

"Gue? Emangnya gue kenapa?" Tanya Athana tidak mengerti.

"Oke. Mungkin beberapa hati kedepan gue gak bakalan masuk sekolah dulu, gue sakit-"

"Sakit?! Sakit apa sih Ga?!" Selak Athana seraya memegang wajah Dirga.

"Dengerin dulu Athana. Oke, mungkin gue harus jujur sama lo. Gue ini orang yang lemah dan bisanya cuma sok pahlawan. Kemarin gue habis dihajar sama cowok itu, gue kira gue bisa ngalahin dia ternyata enggak. Tapi, gue baik-baik aja kok sekarang. Dan satu lagi, gue mohon sama lo untuk sekarang lo harus lebih hati-hati Athana, gue khawatir sama lo." Jelas Dirga berusaha meredakan rasa khawatir Athana.

"Kenapa?" Tanya Athana dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Kenapa lo khawatir banget sama gue, sedangkan gue gak boleh khawatir sama lo?!" Ucap Athana seraya menangis.

"Kenapa Dirga?! Kenapa?!"

"Athana, ini demi kebaikan lo. Kita berdua gak tau siapa cowok yang kemarin itu, dan mungkin dia masih terus ngejar lo. Please Than, gue mohon." Jelas Dirga dan mencoba Athana untuk memahami dirinya.

"Sorry gue gak bisa lama-lama disini. Kalo ada apa-apa hubungin gue ya." Ucap Dirga dan berlari meninggalkan Athana.

"Kenapa Ga? Sifat kalian yang mirip itu, justru bikin gue benci sama diri gue sendiri."

Possesive KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang