Memasuki bulan September kami jadi lebih sebuk dari biasanya. Indra baru saja naik jabatan jadi foreman di tempat kerjanya, lalu Meva yg sekarang lagi giat-giatnya ngejar ketinggalan tugas-tugas yg dulu sempat terbengkalai. Sementara gw sendiri, karena ini adalah bulan terakhir dari masa magang gw, jadi gw sibuk “mencuri” penilaian baik dari para bos gw. Tapi bukn menjilat lho. Hehehe…..
Gw cuma berharap gw akan resmi jadi karyawan tetap di perusahaan gw sekarang karena gw malas kalo mesti mengulang dari awal mencari kerja. Dan imbasnya adalah gw sekarang jadi sering pulang malam karena lembur. Otomatis dengan kesibukan dari masing-masing membuat kami jadi sedikit jarang bertemu. Gw yg dulunya tiap hari menghabiskan malam dengan duduk menghadapi papan catur, sekarang pulang di jam-jam biasanya gw sudah selesai main catur. Hampir tiap hari gw lihat kamar Meva sudah gelap, dia pasti sudah tidur. Kalau sudah begitu gw juga biasanya langsung beranjak tidur di kamar gw.
Suatu malam gw menemui Meva sedang duduk di depan kamarnya. Gw saat itu baru saja selesai lembur dan baru pulang jam setwngah delapan malam. Meva langsung berdiri menyambut gw dengan teriakan nyaringnya memanggil gw.
“Arrriiiiiiii……………” gw yakin suaranya sampai terdengar ke bawah.
“A-p-a-a-a-a-a-a-a-a-n??????” gw balas berteriak.
“Baru pulang loe??” dia berteriak lagi masih dengan volume suara yg sama.
“Apaan sih loe, kayak manggil orang di hutan ajah,”kata gw memulai dengan suara yg normal.
“Heehehehe…..enggak papa kok cuma manggil ajah,” dia cengingisan. “Kok udah balik jam segini?”
“Napa? Gak suka loe kalo gw balik?” jawab gw sambil berlalu ke dalam kamar.
“Idiiiiih……………kok ngomongnya gitu?” dia menyusul gw ke dalam kamar. Dia langsung ambrukkan diri di kasur. “Ya gw heran aja coz akhir-akhir ini kan biasanya lo baliknya malem banget.”
“Biasa aja kali,” kata gw. “Gw juga heran jam segini lo masih idup.”
Meva melempar guling ke gw.
“Gw nggak suka ngebo kayak lo,” sergahnya.
“Emang gw ngwbo yah?”
“Begitulah. Lo kalo ngebo kan udah susah banget tuh bangunnya.”
“Sekarang udah nggak lagi tau.”
“Masih. Orang kalo gw bangun pagi aja kamer lo masih nutup?”
“Itu karena gw udah berangkat, dodol.”
“Jangan manggil gw ‘dodol’ ah.”
“Emang napa?”
“Nggak suka aja.”
“Nggak sukanya kenapa?”
“Nama gw kan bukan itu??”
“Emang gw manggil lo itu? khan gw manggil lo ‘dodol’ bukan ‘itu’?”
“Aaaaarrrrrrghhhhhhhhhhhh…..ngomong sama lo kayak ngomong sama tembok, suaranya mantul.”
“Ya bagus dong…biar ada echo nya.”
Meva mencibir. Gw ambil kaos dan celana dari lemari lalu keluar.
“Mau kemana lo?” tanya Meva.
“Ke kamer lo.”
“ngapain?”
“Salin ganti baju. Masa gw mau ganti baju di depan lo??”
Meva tertawa lebar.
“Kan cuma ganti baju, bukan ganti celana??” suara Meva terdengar jauh karena gw sudah ada di kamernya. Dia lalu tertawa lagi. Gw kembali ke kamar gw setelah selesai salin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ END
RomanceAssalamualaikum wr. wb. Ini adalah cerita reborn dari cerita yang ditulis oleh salah satu user kaskus id pujangga.lama dengan judul yang sama yaitu SK2H alias Sepasang Kaus Kaki Hitam. Izinkan saya mengcopy ulang cerita ini tanpa mengubah isinya sat...