SK2H PART 58

407 18 0
                                    

Dan hari yg paling membahagiakan itu pun akhirnya tiba. Sohib gw Indra akhirnya menggelar resepsi pernikahannya, sekitar dua minggu setelah lebaran Iedul Fitri. Tanpa tunangan dan langsung ke gelaran pernikahan.

Jauh-jauh hari dia pernah mengenalkan calon istrinya, Dea namanya. Waktu itu mereka berdua maen ke kosan, dan diperkenalkan lah Dea ke gw dan Meva. Indra juga minta gw buat jadi pendamping pengantin pria, saat ijab qabul nanti. Oke gw setuju. Meva juga dilibatkan. Kalo gw jadi yg mendampingi Indra dari rumahnya menuju tempat hajat dan saat momen ijab qabul, maka Meva diminta Indra untuk mendampingi Dea, yg pada prosesi nya akan "menjemput" pengantin pria setelah prosesi akad nikahnya selesai. Meva nggak langsung setuju. Dia tadinya keberatan karena dia nggak terbiasa dengan suasana rame seperti pernikahan, tapi setelah dibujuk oleh Dea, akhirnya dia mau juga. Dea berjanji akan menyiapkan busana khusus buat kami berdua.

Gw seneng banget dilibatkan dalam acara ini karena gw juga jadi bisa belajar buat resepsi gw yang entah kapan itu terjadi. Hahaha.. Pokoknya mah gw akan laksanakan "tugas negara" dengan sebaik-baiknya.

Minggu pagi yg cerah seolah jadi pertanda bahwa hari ini benar-benar akan jadi hari yg paling bersejarah di hidup Indra. Gw dan Meva tiba di rumah Indra sekitar jam setengah tujuh pagi dan langsung disambut pelukan bahagia sohib gw. Indra sedang akan dirias karena dijadwalkan akadnya jam sembilan ini. Tapi kalo gw liat dia agak nervous juga. Sudah selayaknya gw memberinya dorongan semangat.

"Thanks banget ya Ri udah mau bantu gw," kata Indra. "Loe juga Va..thanks berat deh buat kalian berdua!"

"Udah sana siap-siap," kata gw. "Biar gw sama Meva nunggu di sini aja." waktu itu kami ada di ruang tengah.

"Kalian udah sarapan belum?" tanyanya.

"Beluum!" Meva yg menjawab, setengah frustasi dan setengah bersemangat. Tadi kami memang buru-buru berangkat ke sini takut terlambat.

"Ya udah kalian sarapan aja dulu gieh. Di dapur banyak masakan tuh. Abis itu kalian ke kamer gw. Kalian juga akan dirias. Kalian kan pendamping pengantin." lanjut Indra yg kemudian masuk ke kamarnya.

Suasana rumah ini cukup ramai. Selain nyokap Indra yg tentu saja datang, ada juga rombongan sanak family dari Sidoarjo. Jadilah rumah ini seperti panggung ludruk, karena mereka semua berbicara dalam logat Jawa yg kental. Layaknya orang yg menggelar hajatan, masing-masing orang di sini juga sibuk dengan tugasnya. Ada yg menyiapkan seserahan, memastikan keadaan mobil yg akan dipakai, dan beberapa hal lain yg tentunya harus dipersiapkan sebaik-baiknya demi acara sakral ini. Gw dan Meva sarapan di dapur sambil ngobrol-ngobrol sama nyokapnya Indra. Rupanya Indra cukup banyak bercerita tentang kami ke nyokapnya, karena tanpa memperkenalkan diri pun beliau udah tau kami berdua yg akan jadi pendamping pengantin. Jadilah kami asyik ngobrol sampe Indra kemudian meminta gw dan Meva untuk segera dirias. Gw dirias di kamer Indra, sementara Meva di kamer yg lain.

Sebenernya bukan dirias kayak cewek siih. Dengan make up sederhana dan setelan jas hitam rapi dengan kopiah, rasanya orang akan bingung membedakan yg mana pendamping dan yg mana pengantinnya. Hahaha. Tapi enggak dink. Indra dengan busana kolaborasi Jawa-Sunda tampak mencolok dari yg lain.

Hari ini yg gw liat seperti bukan Indra yg gw kenal selama ini. Dia begitu beda sekarang, lebih dewasa dan matang dengan busana pengantinnya. Setelah semua dirasa beres, sekitar jam setengah sembilan semua berkumpul di ruang tamu. Di luar terdengar suara mesin mobil yg sedang dipanaskan. Gw dan Indra berjalan berdampingan menuju ruang tengah. Di sana nyokapnya Indra udah nunggu. Beliau langsung memeluk anaknya dengan tangis bahagia. Gw jadi terharu liatnya. Ada beberapa kalimat yg gw ingat diucapkan nyokapnya, sebenernya dalam bahasa Jawa, tapi karena keterbatasan ingatan gw dengan bahasa yg satu ini, gw tulis dalam bahasa Indonesia deh. Kurang lebih seperti ini yg diucapkan nyokapnya ke Indra.

"Ibu sayang kamu Nak. Ibu bahagia sekali liat kamu hari ini," katanya sambil tak hentinya mengucurkan airmata. Suasana hening ketika ini berlangsung. "Kalau saja ayahmu masih ada, dia pasti akan sangat bangga liat anaknya sudah jadi "orang" seperti ini!"

"Iya Bu. Indra juga sayang Ibu dan semuanya.." Indra ikut menangis haru.

"Jadilah suami yg baik buat istrimu dan ayah yg teladan buat anak-anakmu kelak. Hari ini Ibu lepas kamu. Mulai saat ini kamu bukan tanggungan Ibu lagi, karena kamu sekarang adalah imam untuk keluargamu."

Hening dan khidmat. Itu yg gw rasakan. Kalimat yg diucapkan begitu meresap di hati gw. Jadi kangen juga sama nyokap di kampung.

"Nak, inget pesen Ibu akan satu hal : bimbing keluargamu untuk selalu melaksanakan sholat lima waktu. Kamu juga jangan lupa sholat malam..." lalu dikecupnya kening Indra.

Dan setelah diakhiri dengan doa bersama sebelum berangkat, Indra melangkahkan kaki kanannya melewati pintu simbol bahwa kebaikan akan selalu menyertai langkah nya kelak.....

SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang