SK2H PART 91

288 10 1
                                    

Di salahsatu sudut kafe kecil di daerah Cikarang...

Malam yg dingin disulap menjadi hangat berkat lantunan lagu-lagu jazz dari band pengisi acara. Gw suka banget waktu lagu Fly Me To The Moon nya Frank Sinatra dibawakan versi akustik. Nadanya catchy banget di kuping. Gw liat pengunjung yg lain juga menikmati sajian lagunya.

"Lo mau pesen apa?" tanya Lisa ke gw ketika waitress cewek dengan celemek bertuliskan nama kafe ini menyambangi kami.

"Kentang goreng aja deh..." gw buka pilihan menu di buku yg disodorkan waitress. "Sama wedang jahe.."

"Maaf Pak, di sini nggak sedia wedang jahe" si waitress langsung nyela gw.

"Oh.." kata gw oon. Padahal maksudnya tadi mau candain Lisa doang. Si pelayan tersenyum geli yg segera ditutupinya dengan note book kecilnya. "Kalo gitu lemon tea aja deh."

Lisa kernyitkan dahi mendengar paduan menu yg gw pesan.

"Saya samain aja deh mbak.." ucapnya agak terpaksa.

Waitress itu berlalu meninggalkan kami. Gw senyum sendiri. Di depan gw, duduk dengan tenang Lisa dengan senyum yg seperti nggak ada habisnya buat gw. Malam ini dia membiarkan rambutnya tergerai rapi tanpa menutupi kedua telinganya. Kacamata berbingkai tipis menghiasi bola matanya yg indah. Kalung emas tipis melingkari lehernya yg jenjang. Dress hijau sopan dengan kerahnya yg jatuh manis itu semakin melengkapi penampilan bedanya malam ini.

"Lo pinter milih tempat," komentar gw memandang berkeliling.

"Enggak juga. Ini gw boleh dapet referensi dari temen kok."

Gw mengangguk pelan. Kami ngobrol basa-basi sampai hidangan datang. Sambil ngemil pun kami mulai obrolan ke arah yg lebih serius.

"Selamat ulang tahun ya..." kata gw sambil tersenyum lebar. Lisa tersipu malu. Dia meminum lemon tea nya cuma untuk sekedar menenangkan diri.

"Makasih. Tapi kadonya mana?" jawabnya malu.

"Wah justru itu. Gw mau bilang kalo gw lupa bawa kado. Hehehe..."

"Jiaah," Lisa menepuk jidatnya sendiri. "Gw pikir gw bakal dapet kado.."

"Enggak kok becanda. Gw bawa kok. Tapi ntar aja yah dikasihnya pas mau pulang."

Lisa tertawa kecil.

"Nggak papa kok Ri. Nggak usah ngerepotin. Lo bisa dateng aja gw udah seneng banget."

Gw senyum lagi. Nampaknya malam ini agendanya adalah lomba memberi senyum. Yg paling banyak senyum, dia yg bayarin makanannya. Hehehe.

Besok hari ulang tahun Lisa. Dia ngajakin gw dinner gitu, nraktir katanya. Karena kebetulan hari ini juga libur yaudah gw iyakan ajakannya. Lisa yg milih tempat. Gw tinggal nunggu dijemput depan kosan terus cabut deh. Lumayan jauh memang dari Karawang. Untung tadi berangkatnya sore jadi nggak kemaleman di sini.

"Mungkin nggak sih doa di malam ulang tahun tuh dikabulkan sama Tuhan?" Lisa mengaduk lemon tea nya.

"Hmm jelas mungkin lah. Kapanpun mau doa, Tuhan pasti denger kok," gw sok diplomatis.

"Apa cuma sebatas "didenger" aja?" Lisa nampaknya memberi penekanan bahwa dia ingin gw tau dia punya satu doa yg seharusnya gw juga tau.

"Enggak juga. Pasti dikabulkan kok."

"Tapi kok ada beberapa doa gw yg dikabulkan Tuhan? Dari dulu lho, sampe sekarang."

Gw tertawa pelan. Gw juga sebenernya nggak terlalu paham sama masalah beginian. Harusnya Lisa curhat aja sama ustad. Hehehe.

"Gini deh, gw mau sedikit cerita, boleh?" kata gw dijawab anggukan kepala Lisa. "Mmmh..jadi gini. Suatu hari ada seorang pelukis dan asistennya yg lagi mengerjakan sebuah lukisan di atap gedung. Objek mereka saat itu adalah pemandangan kota dari ketinggian..."

Lisa memperhatikan secara saksama.

"...selesai lukisannya jadi, si pelukis sangat terkagum-kagum dengan hasil yg dia buat. Dia mulai nyoba ngeliat lukisannya dari arah-arah yg berbeda. Hasilnya tetep sama. Lukisan ini sangat indah di matanya, sementara sang asisten cuma senyum sendiri liat si pelukis yg mulai berjalan mundur, mencari sudut pandang yg lain..."

"......."

"...tanpa sadar, si pelukis berjalan ke ujung gedung. Asistennya kebingungan buat memperingatkan si pelukis. Kalau saat itu dia berteriak, si pelukis pasti terkejut dan malah kehilangan keseimbangan. Jadi si asisten segera ngambil pisau dan mulai ngerobek lukisan indah itu. Si pelukis yg heran kemudian berhenti jalan dan menghampiri asistennya. Dia marah besar. Tapi setelah diceritakan kejadian yg sebenernya, si pelukis menangis terharu dan berterimakasih ke asistennya.."

Lisa menatap gw kalem dari balik kacamatanya.

"Jadi gini loh. Kadang, kita ngerasa kita sudah melukis kehidupan kita dengan begitu indah. Tapi tiba-tiba aja Tuhan "merusak" lukisan kita. Kita kecewa, tapi kita pasti akan mulai melukis lagi lukisan lainnya yg hasilnya pasti akan lebih baik dari lukisan sebelumnya," gw sedikit ngawur. "Percaya deh, Tuhan "merusak" lukisan kita karena Tuhan tau ada "lukisan" lain yg lebih indah yg bisa kita buat..."

Lisa terdiam. Gw juga diam. Sama-sama menatap kosong ke cangkir di depan kami. Lisa tampak mencerna cerita gw tadi. Dia mengangguk pelan.

"Oke. Jadi intinya jangan pernah berhenti berdoa sampe kita berhasil membuat guratan indah lukisan kita.." katanya pelan lalu tersenyum.

SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang