SK2H PART 59

378 14 0
                                    

Perjalanan menuju rumah mempelai wanita terasa lama karena empat mobil yg berangkat berjalan pelan berderet ke belakang. Gw ada di mobil paling depan bareng Indra dan nyokapnya. Dua mobil di belakang membawa seserahan lamaran dan satu lagi untuk family yg ikut hadir. Ada juga beberapa yg pake motor, rekan kerja dari perusahaan Indra. Sampe saat itu gw belum ketemu Meva. Kayaknya dia di salahsatu mobil yg bawa seserahan. Nggak lucu kan kalo dia ketinggalan di rumah Indra? Haha..

Selama perjalanan Indra tampak tenang didampingi nyokapnya. Beda sewaktu pagi tadi. Mobil rombongan berhenti di pinggir jalan. Indra keluar dari mobil, tentu saja gw mendampinginya. Di sisi kiri Indra adalah nyokapnya. Kami dan rombongan berjalan perlahan masuk ke gang ditemani suara petasan yg memekakan telinga. Di kanan kiri kami banyak penduduk setempat yg memandang kami penuh minat. Sementara rumah Dea berada sekitar seratus meter dari gang. Berdampingan sama pengantin dengan dipayungi sebuah payung besar khas kekeratonan, entah kenapa justru sekarang gw yg nervous!

Suasana di tempat hajat sudah begitu ramai. Pengantin ceweknya pasti lagi nunggu di dalem rumah. Agak jauh dari rumah hajat, berdiri berbaris beberapa orang menunggu rombongan. Kami berhenti dan berdiri berhadapan dengan mereka. Salahsatu dari mereka yg membawa mikrofon, yg belakangan gw tau adalah bokapnya Dea a.k.a mertuanya Indra, mengucapkan penyambutan. Selesai itu giliran nyokapnya Indra menjawab sambutan tadi. Lalu kami dibimbing bokapnya Dea menuju sebuah musholla yg akan menjadi tempat berlangsungnya momen sakral dari acara ini, sementara rombongan seserahan lanjut menuju rumah mempelai.

"Ri, doain gw..." bisik Indra begitu kami duduk berhadapan dengan penghulu di dalam musholla.

"Pasti," gw menepuk bahunya. "Jangan gugup."

Indra mengangguk setuju. Bersama puluhan orang yg ikut hadir di dalam tempat suci ini, kami semua melakukan doa bersama sebelum prosesi akad. Pamannya Indra ditunjuk sebagai wali menggantikan bokapnya. Gw sendiri nggak hentinya deg-degan nunggu detik-detik akad nya.

Indra dengan mantap menjabat tangan penghulu dan menjawab lantang pernyataan sang penghulu. Sontak semua berseru "sah!" waktu pak penghulu kemudian memastikan keabsahan ijab qobul tadi.

Indra menarik napas lega lalu memeluk gw bahagia.

"Selamat Dul," kata gw. "Gw ikut bahagia."

"Thanks Ri. Thanks!"

Dan lalu kembali terdengar suara petasan meledak, disusul tetabuhan semacem rebana kalo gak salah. Iringan pengantin wanita nampak berjalan mendekat ke tempat kami. Indra, gw dan pamannya berjalan keluar dan berdiri di tempat kami menunggu kedatangan "penjemput".

Dan tibalah mereka... Dea yg sekarang sudah sah sebagai istrinya Indra muncul didampingi mamahnya, dan.....Meva! Itu dia! Pake kebaya putih dan rambut disanggul, dia keliatan beda banget. Ini pertama kalinya gw liat dia pake kebaya. Wouw..wouw..wouw! Hahaha.

Keliatan banget sebenernya Meva nggak nyaman dengan keberadaannya di dalam sini. Pamannya Indra berhadapan dengan nyokapnya Dea, Indra berhadapan langsung dengan Dea, dan gw ketemunya Meva tentu saja. Dia tampak malu-malu. Pipinya bersemu merah. Kali ini Meva lebih banyak menunduk dan sesekali memandang Indra dan Dea, seperti enggan melihat gw.

"Penjemputan" sendiri diisi dengan pernyataan dari kedua mempelai yg sama-sama mengikrarkan janji setia sehidup semati. Wuiih so sweet banget! Lalu keduanya berjalan berdampingan menuju pelaminan di rumahnya. Dan dengan begitu selesailah tugas gw. Meva juga.

Suasana di luar sudah ramai disesaki warga yg berderet menepi, ingin ikut menyaksikan momen-momen berharga ini. Begitu keluar, gw menarik Meva agak menjauh dari rombongan.

"Mau ke mana Ri??" tanyanya kaget.

Gw berhenti di tempat yg memberi kami sedikit ruang bebas.

"Kita ke dalem lagi yuk?" kata gw.

"Mau ngapain???"

"Mumpung penghulunya masih ada tuh, kita married yuk? Giliran kita tuh. Lumayan lah gratisan, jadi nggak perlu bayar lagi. Kan udah dibayar sama Indra," canda gw.

"Hah?" Meva terkejut. "Nggak modal banget loe pake penghulu bekas orang!" dia melepaskan tangannya dari genggaman gw lalu menempeleng gw pelan.

Gw tertawa lebar liat ekspresi wajah Meva.

"Yah lumayanan lah!" kata gw.

"Ogah!" lalu Meva berjalan kembali ke dalam rombongan.

Gw segera menyusulnya dan berjalan di sampingnya.

"Jadi lo nggak mau nih gw ajak married?" goda gw lagi.

"Lo punya apa? Berani-beraninya ngajak gw married," jawab Meva dengan nada yg dibuat-buat.

"Gw punya cintaaa...." sumpah gw lagi niat banget tuh godain Meva.

Meva mencibir.

"Makan tuh "cinta".! Cari duit dulu yg banyak baru ngelamar gw!" dan kami pun tertawa, nggak peduli dengan tatapan orang-orang di dekat kami yg keheranan.

Setelah menyantap hidangan dan berfoto bareng kedua mempelai, gw dan Meva duduk di meja pager ayu. Kami memutuskan hari ini ganti profesi jadi penyambut tamu. Padahal pager ayu yg aslinya udah ada empat tuh. Well, acaranya meriah banget. Gw dan Meva pamit pulang menjelang malam.......

SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang