"Bener banget," gw mengamini ucapan Lisa.
Lisa menunduk dan selama beberapa saat sibuk memandangi minumannya.
"Jadi," katanya kemudian. "Menurut lo kalo gw suka sama cowok, terus si cowok Tuhan nggak ngijinin gw sama dia, itu artinya ada cowok laen yg lebih baik buat gw gitu?"
Gw tertegun. Setelah mencoba membaca raut wajah Lisa, akhirnya gw bicara.
"Masih banyak yg lebih dari gw Lis..."
Lisa melepas sendoknya dan membiarkannya berputar pelan mengikuti arus air.
"Oh iya, gw lupa kalo cowok yg gw bicarakan ada di depan gw..." ujarnya.
"Tapi gw serius loh. Lo pantes dapet cowok yg baik. Banyak yg lebih baik dari gw Lis. Lebih cakep. Lebih tajir. Yah gitu lah gw mah nggak ada apa-apanya, nggak ada lebihnya.." gw tertawa hambar.
"Justru karena lo nggak ada lebihnya, makanya gw suka sama loe.!"
Gw tersenyum. Agak salah tingkah juga sebenernya.
"Gw punya peluang nggak sih Ri, buat gw suatu hari nanti jadi cewek lo?" tanya Lisa dengan raut wajah yg aneh.
Gw diam. Nyoba nyari kata yg tepat buat diungkapkan.
"Apa lo udah cinta mati sama cewek depan kamer lo itu?" cecarnya.
"Meva maksudnya?"
"Iya dia. Lo suka kan sama dia?"
"Mmh....gimana yak," pengen banget gw jawab IYA!! tapi gw nggak mau merusak malamnya yg berbahagia ini. "Bisa nggak kita ngomongin ini laen kali aja? Sorry...Gw cuma nggak mau bikin suasana nggak enak di malem ultah lo Lis."
"Justru itu. Gw pengen tau malem ini juga, pas malem ulang tahun gw." Lisa menenangkan dirinya dengan meminum lemon tea nya. "Apa gw masih punya sedikit aja harapan buat jadi cewek lo?"
Aduh! Gw bingung mesti jawab gimana.
"Gw nggak mau ngebunuh harapan lo. Nggak ada yg nggak mungkin buat gw," kata gw akhirnya. "Tapi gw juga nggak mau bikin lo terlalu berharap."
"Jadi maksud lo, lo ngegantung gitu?"
"Enggak juga Lis. Bukan itu maksud gw. Dengerin dulu yah...Gw belum mikirin ke arah yg lebih jauh soal hubungan kita. Bukan. Bukan karena gw nggak suka sama lo. Lo baik, perhatian dan mapan. Gw yakin nggak ada cowok yg nggak mau sama elo..."
"Iya kecuali lo Ri.."
"...maaf bukan gitu. Gimana yak. Yaa gw lagi pengen sendirian ajah, nggak ada kekangan dari siapapun..."
"Emang kalo pacaran sama gw lo merasa bakal terkekang yah?"
"Enggak gitu juga atuh Neng. Denger gw. Lo itu punya prospek yg bagus di kantor. Kalo kita pacaran terus married, kan salahsatu dari kita harus resign. Peraturan perusahaan. Sayang banget kan. Dimana lagi coba dapet gaji segitu dengan kerjaan yg asyik kayak di tempat kita?"
"Wah gw nggak nyangka lo udah mikirnya sejauh itu. Gw malah mikirin jadian ajah nggak nyampe-nyampe."
Gw tertawa pelan.
"Elo tuh yak...emang apa bagusnya sih gw di mata lo?" gw setengah becanda.
"Enggak ada. Lo itu pemalas. Di kantor kerjaannya ngegame mulu. Jarang cuci gelas tiap abis dipake. Kadang suka ngomong sendiri nggak tau sama siapa. Tapi karena semua itu gw sayang elo."
Gw tersenyum malu.
"Thanks," kata gw lirih.
Kami sama-sama terdiam. Lagu Bon Jovi - Never Say Goodbye jadi backsound saat itu.
"Lo belum jawab pertanyaan gw," kata Lisa.
"Emh yg mana yak?"
"Ah, pikun. Yg tadi tuh. Lo suka sama Meva?"
Gw terdiam. Butuh setengah menit buat gw menjawab.
"Sejujurnya iya," kata gw.
"Terus udah sejauh mana hubungan kalian berdua?"
Gw menggeleng.
"Sama aja kayak gw dan elo. Cuma temen aja kok..."
"Lo udah pernah bilang perasaan lo ke dia?"
"Belum," gw menggeleng.
"Yah seenggaknya gw ternyata lebih gentle dari lo ya Ri.."
Gw tertawa pelan.
"Oke. Enggak papa. Gw ngerti," kata Lisa lagi. "Buat saat ini gw belum punya peluang.."
"......."
"Gw cuma pengen tau itu aja kok..."
"......."
"Nah, sekarang kita cukupkan ngobrol seriusnya sampe di sini. Anggep aja itu intermezzo," kata Lisa lagi. Nada bicaranya lebih ringan dari yg tadi. "Jadi, apa kado buat gw??"
Gw tersenyum melihat perubahan sikapnya.
"Emh apa yak...entar juga tau deh."
"Nggak bisa. Kasihtau sekarang laah..."
"Nanti ajah."
"Wah biar aja gw tinggal lo di sini deh kalo lo nggak mau ngasihtau sekarang."
Gw tertawa pelan. Dalam hati gw kagum sama Lisa. Dia bisa dengan enjoynya, seolah pembicaraan tadi menguap dan bahkan mungkin nggak pernah terjadi. Sebuah pembawaan yg baik.
"Yaudah kalo mau tau, kita balik sekarang ajah.."
Dan setelah membayar bon, kami menuju parkiran. Di sanalah gw serahkan kado gw buat Lisa. Bukan kado mahal sih, tapi lumayan nggak malu-maluin banget lah. Hehehehe.
Lisa keliatannya seneng banget dapet kado dari gw. Setelah itu kami balik. Selama di perjalanan Lisa nggak hentinya "ngoceh". Dia terdengar ceria sekali. Gw beneran salut dengan pembawaannya ini. Dan malam ini pun berakhir begitu gw dianter ke kosan.
"Thanks banget yah buat malem ini," Lisa memeluk gw hangat.
"Sama-sama Lis. Makasih juga udah traktir gw. Sekali lagi happy birthday yaa."
"Iya Ri...gw seneng banget deh malem ini."
Dia mengecup pipi gw dan akhirnya berlalu pergi......
KAMU SEDANG MEMBACA
SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ END
RomansaAssalamualaikum wr. wb. Ini adalah cerita reborn dari cerita yang ditulis oleh salah satu user kaskus id pujangga.lama dengan judul yang sama yaitu SK2H alias Sepasang Kaus Kaki Hitam. Izinkan saya mengcopy ulang cerita ini tanpa mengubah isinya sat...