"Ekhem!" Meva muncul dari tangga.
Malem itu gw lagi nyetem gitar warisan Indra di beranda. Kayaknya Meva baru balik dari warung abis makan malem.
"Ada yg lagi fallin in love yah!?" serunya.
"Siapa?" tanya gw.
"Ya siapa lagi kalo bukan cowok yg tadi sore abis dapet ciuman di pipi!" katanya bersemangat.
Glekk... Gw menelan ludah. Ni anak rupanya ngintip pas adegan tadi sore. Jadi malu gimana gitu!
"Nggak sopan ngintipin orang," ujar gw sambil tetap memutar pengunci senar, berusaha menemukan nada yg pas.
"Gw nggak ngintip kok," Meva berkilah. "Kejadiannya di depan mata kepala gw sendiri. Tadinya mau nggak liat, tapi yah terlanjur...gw mau tau ajah! Hehehehe."
"Dasar otak mesum," sindir gw.
"Enak aja. Lo kali yg mesum! Gw mah enggak."
Gw tertawa mengejek.
"Eh eh kenapa tadi si Lisa nggak lo seret aja ke dalem kamer???" kata Meva tampak antusias.
"Tuh kan elo yg otak mesum!" sahut gw. "Ngapain juga coba bawa dia ke kamer??"
"Yaah sapa tau loe butuh sukarelawan buat beresin kamer?"
"Enggak. Kamer gw nggak pernah berantakan. Gw mah orangnya rapi, enggak kayak loe.....cewek tapi males beres-beres. Segala daleman dipajang di tembok pula!"
Meva nyengir malu.
"Ngapain gw capek-capek beresin kamer, yg keluar masuk kamer gw kan cuma elo? Nggak perlu rajin-rajin laah.. Lo juga bukan tamu."
"Pake alibi lagi. Males mah males aja neng."
Meva pasang wajah cemberut. Tapi entah kenapa gw justru malah pengen ketawa liat mukanya. Kocak banget kalo lagi belagak sewot gitu.
"Jadi..."
"Jadi apaan?" potong gw.
"Bentar dulu, kasih kesempatan gw ngomong napa? Maen serobot ajah!"
"Oh, kalo gitu waktu dan tempat kami persilakan..."
"Nggak lucu. Garing. Lo nggak ada bakat jadi pelawak."
"Siapa bilang? Gw ada bakat kok, cuma yah bakat terpendam gitu. Saking terpendamnya sampe nggak keliatan!"
Meva tertawa.
"Jadi, lo sama Lisa..." Meva membentuk dua paruh burung yg berhadapan dengan jari-jari kedua tangannya, lalu menempelkan ujungnya beberapa kali. "Kalian resmi pacaran?"
"Ah enggak kok. Belum diresmiin sama Lurah."
"Yee lo mah gitu, gw tanya serius juga!" Meva mencibir. "Kalian pacaran yak?"
"E-N-G-G-A-K."
"Alaah...bokis banget. Ngapain juga cipokan kalo belum jadian?"
"Dia yg nyosor gw, jadi nggak bisa dibilang sebagai bentuk kissing. Okay? Lagian cuma di pipi doank."
"Tapi lo nggak nolak kan? Sama aja itu mah!"
"Beda laah... Ciuman itu kalo bibir sama bibir, itu baru disebut ciuman. Yg tadi sore mah bukan. Apa perlu gw praktekin?" gw bergerak maju. Waktu itu jarak kami sekitar setengah meter. Dengan cepat Meva melempar sendal jepit dari lantai ke arah muka gw, tapi kali ini gw bergerak cepat menghalau dengan gitar. Sendalnya jatuh ke lantai. Gw tertawa kemudian duduk kembali di kursi.
"Berani gerak satu inchi ke arah gw, gw jamin gw adalah orang terakhir yg lo liat di hidup lo," Meva mengultimatum. Tapi gw yakin dia nggak serius dengan ucapannya.
Gw tertawa lagi.
"Gw enggak jadian kok sama Lisa," kata gw. "Lo tenang aja, masih ada peluang lebar buat lo," lanjut gw dengan pede nya.
"Huh, nggak minat gw sama cowok tukang tidur kayak loe."
Gw tertawa kecil. Baru sadar gitarnya sekarang makin fals aja gara-gara nggak konsen diajak ngobrol Meva.
"Kedengerannya tadi dia marah sama lo?"
"Marah? Enggak juga.."
""Enggak juga" gw anggap kata lain dari "iya"."
"Dia nggak marah ke gw, tapi marahnya ke elo."
Meva tampak sedikit terkejut.
"Oiya? Kok bisa??"
"Enggak ngerti gw juga. Serah deh cewek mah susah dimengerti," gw menyetem ulang gitar.
"Dia cemburu tuh sama gw. Hehehe... Lucu banget liat ekspresinya waktu gw bilang yg soal kamer itu. Hihihi.."
"Ooh jadi lo sengaja ya bilang gitu, biar manas-manasin Lisa?"
"Iya," Meva mengangguk mantap. "Dan tadi berhasil banget tuh. Kayaknya gw sekarang jadi the public enemy number one buat dia. Hahaha."
"Lo jahat ah."
"Weittz...tunggu dulu. Dia yg jahat! Waktu pertama ketemu, lo inget kan, dia nolak ajakan salaman gw? Tadi juga dia belagak nggak kenal pas gw sapa! Ya udah daripada kesel mending gw kerjain ajah!"
Gw menyeringai kecil.
"Eh, emang lo sendiri ngerespon dia kayak gimana?? Kayaknya masih cuek-cuek aja deh."
"Emang kudu gimana? Biasa aja ah."
"Yee elu mah, ada cewek yg suka sama lo malah dicuekin!"
"Belum mau pacaran gw... Kata mamah, nggak boleh pacaran dulu minimal sampe punya rumah. Punya mobil, punya landasan pribadi buat helikopter pribadi gw, punya..."
"Keburu tua dulu itu mah!!" potongnya. Dan kami berdua tertawa.
"Lo suka nggak sih sebenernya sama Lisa?"
Gw berpikir sejenak.
"Ada iya nya ada enggak nya juga. Jadi gimana yak?"
"Yaah parah abis deh loe."
Gw nyengir lebar. Dan malem itu, topik pembicaraan kami adalah Lisa. Meva banyak tanya soal dia. Tentang asalnya, sifatnya, juga tentang perform dia di kantor. Kalo gw liat sih Meva pengen tuh jadi wanita karir kayak Lisa.
Dan akhirnya obrolan ditutup dengan rencana maen ke rumah Indra akhir pekan ini. Sip. Gw setuju. Bakal ada reunian nih...
KAMU SEDANG MEMBACA
SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ END
RomanceAssalamualaikum wr. wb. Ini adalah cerita reborn dari cerita yang ditulis oleh salah satu user kaskus id pujangga.lama dengan judul yang sama yaitu SK2H alias Sepasang Kaus Kaki Hitam. Izinkan saya mengcopy ulang cerita ini tanpa mengubah isinya sat...