SK2H PART 105

193 10 0
                                    

Gw bangun sore harinya ketika jam di kamar menunjukkan pukul lima lewat beberapa menit. Gw langsung keingetan Meva karena kami punya janji berobat ke dokter sore ini. Meva nggak ada di sebelah gw, kayaknya dia udah balik ke kamarnya. Meski dengan lemasnya buru-buru gw cuci muka plus gosok gigi lalu keluar hendak ke kamar Meva. Tapi ternyata gw tertahan di depan kamar gw.

Meva ada di beranda. Dia lagi duduk di tembok pembatas. Tapi bukan dia yg membuat gw terkejut, melainkan orang di sebelahnya.

Seorang wanita dengan setelan kemeja putih panjang dipadukan rok abu-abu sopan dengan stoking hitam. Lisa langsung tersenyum melihat gw.

"Hai Ri," sapanya. "Udah bangun loe?"

"Eh, udah....." gw masih belum percaya dengan yg gw lihat. Gw perhatikan lagi ekspresi wajah kedua cewek di hadapan gw. Canggung, malu, tapi tetap tenang dan seolah nggak ada apa-apa. Yah mungkin memang nggak ada apa-apa?

"Ng...dateng jam berapa?" tanya gw ke Lisa.

"Belum lama kok. Pas bel balik gw langsung ke sini. Ketemu sama Meva di sini," dia melirik Meva yg membalasnya dengan senyum malu. "Yah gw tanya-tanya gimana keadaan loe. Terus lo nya bangun deh."

Gw lirik Meva. Dia tampak seperti seorang mahasiswa yg baru kepergok nyontek pas ujian. Gw baru sadar kedua pipinya bersemu merah.

"Kita nggak ngomongin yg macem-macem kok! Beneran! Sumpah!" Meva nyerocos tanpa gw tanya. Jawaban yg justru menimbulkan kecurigaan.

"Yaah terserah kalian kok mau ngomongin apa juga," kata gw kalem. Duh bingung juga kalo keadaannya kayak gini. "Eh, elo tadi masuk kerja Lis?"

Lisa kernyitkan dahinya.

"Kan lo liat nih gw masih pake pakean kayak gini emangnya abis dari mana?"

Duh sorry gw hilang konsentrasi!

"Oh.." gw nyengir malu.

"Lo udah minum obat?" tanya Lisa.

"Udah," jawab gw.

"Boong tuh Lis. Terakhir minum tuh pas pagi. Itu juga susahnya minta ampun kudu dipaksa dulu!" Meva menyela dengan nadanya yg khas.

"Yg penting kan diminum obatnya?" sergah gw.

"Iya tapi susah!" Meva mulai nyolot lagi kayak biasa.

Lisa cuma diam memperhatikan kami dengan tatapan heran sekaligus tertarik. Baru tau dia gimana gw sama Meva kalo ngobrol.

"Eh mau ngobrol di dalem?" gw menawarkan sekedar mencairkan suasana yg agak kaku.

Lisa dan Meva kompakan geleng kepala.

"Di sini aja," jawab Lisa.

Gw duduk di kursi. Makin lama berdiri kaki gw makin lemes.

"Kalian mau ke dokter kan?" kata Lisa lagi. "Gw anter aja gimana?"

Gw kernyitkan dahi.

"Gw bawa mobil kantor kok," Lisa menjawab tatapan heran gw. "Dari awal gw emang berniat nganter lo ke dokter, makanya gw pinjem mobil kantor. Tapi ternyata yg sakitnya ada dua. Yaudah sekalian gw anter deh ya?" dia mengakhiri dengan senyuman lebar di bibirnya.

Gw dan Meva sejenak saling pandang. Gw buru-buru alihkan pandangan gw sebelum kami saling lempar sendal.

"Nggak ngerepotin elo emangnya?" gw basa-basi.

"Ya enggak lah," jawaban yg udah gw duga sebelumnya.

"Gimana Va?" tanya gw ke Meva.

"Boleh aja. Biar lebih cepet juga."

"Yaudah bentar yah gw ganti baju dulu."

Gw ke kamar, ganti pakean sambil dalam hati bertanya-tanya kok bisa yak? Meva sama Lisa keliatan akur, biarpun masih dengan sangat jelas ada kecanggungan diantara mereka.

Dalam sedan Mitsubishi hitam yg membawa kami bertiga ke rumah sakit, gw nggak hentinya geleng kepala. Meva duduk di bangku depan di samping kemudi sementara gw sendirian di belakang. Mereka berdua ngobrol-ngobrol mengakrabkan diri. Dan parahnya, kadang-kadang mereka kayak nganggep kursi belakang kosong! Nggak ada gw!

Datang di rumah sakit kami langsung ke ruangan dokter kenalannya Lisa. Gw dan Meva diperiksa bergantian. Dan benar, kami kena penyakit yg sama. Selesai berobat kami langsung balik ke kosan. Karena sudah malam Lisa memutuskan langsung balik tanpa mampir dulu ke kosan.

"Cepet sembuh ya biar bisa maen hamster lagi," kata Lisa sebelum pergi.

Gw dan Meva berdiri diam memandangi mobil yg melaju meninggalkan kami di depan gerbang. Gw lirik Meva. Dia, yg memang punya insting tajam seperti elang, langsung menangkap lirikan gw.

"Ngapain liatin gw kayak gitu?" tanyanya sok ketus.

"Ge-Er," balas gw.

Meva melet lalu balikkan badan berjalan masuk ke kosan. Gw menyusulnya di belakang.

"Va gw mau tanya donk?" kata gw tanpa menghentikan langkah.

"Tanya apa?" sahutnya tanpa menoleh.

"Sebelum gw bangun tidur, lo sama Lisa ngobrol apa aja? Ngomongin gw yah?"

Meva berhenti, menghadap gw, lalu kepala gw ditoyornya.

"Ge-Er," jawabnya singkat. Dia berbalik lagi dan lanjutkan naik tangga.

"Ya terus ngomongin apa donk? Nggak mungkin juga kan kalian ngomongin soal sejarah terciptanya bumi?"

"Ngawur lo!"

"Ya makanya bilang aja apa susahnya sih?"

"Buat apa? Nggak penting juga kali. Lagian mau tau aja loe ah."

"......."

Gw dan Meva sampai di kamar jam tujuh lewat limabelas menit. Gw memutuskan nggak ngebahas lagi soal Lisa. Meva juga demikian. Kami makan bubur yg tadi dibeli dalam perjalanan pulang, lalu minum obat dan setelah itu duduk nonton tivi sampe malem...

SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang