SK2H PART 110

261 15 3
                                    

"Selamat paaagiiiii!" nada tinggi ceria khas Meva melengking di penjuru kamar berukuran 4 x 3 meter.

Gw cuma tersenyum. Dalam hati gw bersyukur pagi ini masih bisa mendengar suaranya. Meva berdiri di sisi ranjang gw. Dia tersenyum, mengecup punggung tangan gw lalu mengusap rambut gw pelan.

"Apa kabar kebo ku yg makin jelek aja??" katanya lalu tertawa senang. "Maaf yah semalem gw mau ke sini malah ketiduran. Kecapean kayaknya nih gw."

"Enggak papa kok," gw menggeleng pelan.

"Eh Indra mana? Udah balik?" Meva celingukan nyari Indra.

"Iya udah balik tadi subuh. Dia shif pagi minggu ini."

"Oiya gw lupa. Gw ingetnya jadwal kuliah gw hari ini siang. Hehehe."

Meva tertawa kecil. Ekspresinya ceria banget. Seolah semua beban yg selama ini ditakutinya, menguap begitu saja. Gw maklum dia bersikap seperti ini juga supaya gw ikut terbawa ceria. Gw masih sering inget almarhum nyokap gw soalnya.

"Lo udah sarapan?" tanya Meva.

"Belum jam tujuh Va. Dolly makanan belum muter kayaknya."

"Gw bawa roti. Lo mau?" Meva meraih tas nya.

"Boleh."

"Tapi roti basi. Nggak papa?" tanyanya polos.

Gw kernyitkan dahi heran.

"Hahaha! Gw becanda kali! Enggak kok ini roti beneran. Nih, tadi gw beli pas di jalan mau ke sini." Meva mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tas nya.

"......."

"Gw beli di toko makanan basi."

"Meva!"

"Hahaha. Boongan kok. Serius, itu roti baru. Makan aja. Kalo nggak percaya cek tanggal kadaluwarsanya deh."

Gw mencibir. Meva mengambilkan selembar roti tawar, menuangkan susu cokelat sachet di atasnya dan terakhir merangkapnya dengan selembar roti lagi. Dia menyerahkannya ke gw.

"Abis ini minum obat yaah," kata Meva lagi.

Gw anggukkan kepala. Meva cuma duduk berpangku dagu sambil menonton gw makan. Beberapa kali dia nyengir seolah dia ada di sebuah panggung pertunjukan ludruk tengah nonton pelawak favoritnya. Dan yeah, tatapan matanya cukup membuat gw risih.

Begitu roti habis terlahap, dengan cekatan Meva menuangkan segelas air dari botol mineral yg dibawanya kemudian mengeluarkan beberapa butir obat dari laci meja di samping ranjang.

"Thanks Va..." kata gw menerima obat darinya.

Meva tersenyum lebar.

"Eh Ri, sumpah deh lo jelek banget yak kalo belum mandi kayak gini! Udah berapa hari sih lo puasa mandi??" dan Meva pun tertawa.

"Sialan lo," omel gw. "Kemana aja selama ini baru nyadar kalo gw jelek."

"Haha. Gw becanda kok, bo. Gitu aja diambil ati ah. Eh tadi rotinya pasti kelewat manis yak?" tanya Meva.

"Enggak ah. Kenapa?"

"Masa sih biasa aja? Kan lo makannya di deket gw? Harusnya manisnya nambah donk!" tambahnya dengan penuh percaya diri.

Gw mendengus pelan. Ni anak belum sembuh juga over pede nya! Meva nyengir lebar dan menampakkan deretan giginya yg rapi dan putih.

"Pede lo."

"Biarin!" Meva menjulurkan lidahnya.

Gw taroh gelas di atas laci.

"Gimana udah mendingan kan sekarang?" tanya Meva.

Gw mengangguk beberapa kali.

"Gw kaget banget lho malem itu pas lo mendadak nggak bergerak kayak orang mati," ceritanya.

"Oiya? Duh gw malah lupa gimana kronologinya sampe gw bisa ada di sini."

"Yaiyalah mana ada orang mabok bisa inget!" Meva cemberut. "Kenapa sih mesti minum minuman kayak gitu?? Kan masih banyak cara buat ngilangin stres! Bukan malah teler kayak kemaren!"

"Ya namanya juga lagi stres Va. Mana bisa gw berpikir jernih? Itu juga masih untung gw masih bisa mikir."

"Makanya kalo emang gak bisa dipikirin sendiri, libatkan orang lain donk buat bantu mikir. Kan ada gw? Gw pasti bersedia meluangkan waktu gw buat dengerin cerita lo. Itu lebih baik daripada ngelamun sambil minum."

"Iya maafin gw..."

"Laen kali gw liat lo pegang minuman kayak gitu lagi, gw cabut kuku jempol lo."

Gw meringis ngilu.

"Lo tau kan, ngeliat lo ngerokok aja gw nggak suka. Ini lagi teler!" lanjut Meva.

"Iya Va, gw minta maaf.."

Meva pasang wajah cemberut.

"Awas lo kayak gitu lagi....."

"Iya iya. Gw janji nggak minum lagi..."

"LO TAU NGGAK SIH GIMANA TAKUTNYA GW MALEM ITU???" mendadak nada suaranya meninggi. "LO TAU APA YG ADA DI PIKIRAN GW BEGITU TUBUH LO TERKULAI NGGAK BERDAYA?! LO UDAH NGEBAHAYAIN NYAWA LO SENDIRI TAU NGGAK!"

"......."

"Gw paling nggak suka liat orang yg bertindak bodoh tanpa mikirin akibatnya..."

"Gw tau gw salah Va," mendadak gw ciut kayak anak kecil yg diomeli ibunya. "Makasih udah ngingetin gw."

"Udahlah, pokoknya jangan sampe lo bertindak bodoh lagi. Lo pikir lo akan kuat kalo tiap hari nggak makan? Sedih mah sedih aja, tapi makan jangan ditinggalin donk."

"......."

Kami terdiam. Selama beberapa saat mata kami bertemu pandang. Gw menunduk malu. Mendadak kamar jadi sepi.

"Emh, maaf Ri...gw kok jadi marah ke elo yaa," kata Meva memecah kesunyian.

"Nggak papa kok. Gw malah makasih banget lo perhatiin gw."

"......."

Meva berdiri dan berjalan ke jendela. Membuka gordennya lalu berdiri diam menatap keluar jendela. Kami terdiam lagi. Larut dalam keheningan.

Gw pandangi Meva yg berdiri dalam diam.

"Thanks Va. Semua perhatian lo berarti banget buat gw," ucap gw lirih...

SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang