SK2H PART 114

192 10 0
                                    

tiba saat mengerti
jerit suara hati
yg letih meski mencoba melabuhkan
rasa yg ada

mohon tinggal sejenak,
lupakanlah waktu..
temani airmataku..
teteskan lara..
merajut asa..
menjalin mimpi..
endapkan sepi-sepi.....

Gw pulang sangat larut dari mengantar Lisa ke Jakarta ketika sayup-sayup terdengar lagu dari kamar Raja di lantai dua. Sejenak terpikir buat mampir ke kamarnya, tapi gw urungkan niat gw. Raja pasti baru balik kerja dan gw terlalu lelah buat ngobrol-ngobrol. Gw pengen buru-buru tidur. Besok hari Sabtu, jadi gw bisa "balas dendam" sepuasnya.

Gw naiki tangga tanpa suara sedikitpun. Semua penghuni kosan pasti sudah terlelap jam segini. Maka gw cukup terkejut saat menemukan Meva sedang duduk memeluk lutut di atas tembok beranda, asyik menatap langit sambil mendengarkan lagu dari headphone di discman nya.

Gw hampiri dia yg rupanya nggak menyadari kedatangan gw.

"Hay Va," gw menyapanya. "Kok belum tidur?"

"......."

Meva terlalu asyik dengan lagu di telinganya. Mulutnya bergerak pelan tanpa suara mengikuti lagu yg didengarnya.

"Woyy," gw tarik lepas headphone dari telinganya.

"Eh gw kirain siapa!" Meva terkejut melihat gw. Dia turun dan berdiri di sebelah gw. Tersenyum dengan manisnya sambil melipat tangan di depan dada. Gw liat arloji gw menunjukkan pukul setengah satu pagi.

"Lo belum tidur jam segini?" tanya gw.

"Menurut lo, gw tidur belum?" dia menaikkan kedua alisnya.

"Maksud gw, kenapa jam segini lo belum tidur?" pandangan gw menyapu seluruh kamar di hadapan gw. Semua penghuni benar-benar sudah tidur, yg terdengar cuma suara jangkrik dan sayup-sayup musik dari kamar Raja.

"Gw belum ngantuk," jawab Meva sambil menggeliatkan badan dan menguap lebar.

"......."

"Lagian gw juga mau sedikit bernostalgia di sini," dia balikkan badan memandang sawah di belakangnya. "Udah lamaaa banget kayaknya gw nggak nongkrong di sini lagi. Gw kangen sama bau embun pagi yg menyegarkan kayak gini. Gw kangen liat padi-padi melambai ditiup angin. Ah, gw kangen masa-masa gw belum sesibuk ini!"

"Oh..." gw tarik kursi dari depan kamar dan duduk di samping menghadap Meva. "Tadi lo balik kuliah jam berapa?"

"Baru dua jam yg lalu," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Wah sibuk banget ya dirimu, lebih sibuk dari wanita karir malah," canda gw.

Meva tertawa pelan.

"Capek tau. Kalo bisa nggak sibuk mah gw juga nggak mau sibuk kayak gini," lanjutnya.

"Yah ini kan demi masa depan lo sendiri.."

Meva tersenyum. Kali ini dia menatap gw dengan manis.

"Semoga yg gw lakukan sekarang ini ada artinya yaa..." ujar Meva.

"Pasti dong," gw mengamini.

"Huuh nggak kerasa tinggal dua bulan lagi gw di sini. Kayaknya baru kemaren deh gw dateng ke kosan ini, minta kamer yg di bawah, malah dikasih yg di atas sini," sejenak Meva menatap pintu kamarnya lalu kembali menatap langit. "Makanya dulu gw sampe ngekos di dua tempat. Awalnya gw nggak begitu suka tempat ini. Sebelum ketemu loe..." dia melirik gw dan mengedipkan mata kirinya.

Gw tertawa pelan menutupi grogi nya gw. Kalau saat itu ada kaca gw yakin gw bisa liat wajah gw merah banget.

"Hadeh...gw inget banget, dulu awal kenal elo, gw ngerasa lo itu nyusahin banget! Banyak maunya!" gw tertawa lagi sementara Meva cemberut malu.

"Lo juga ah," sergahnya. "Suka nggak mau nepatin janji. Kudu dipaksa dulu biar mau."

"Eh siapa juga yg janji? Ada juga kan elo yg bikin deal sepihak!"

"Tapi kan elo nya nggak nolak?? Jadi yaudah gw anggep lo setuju!"

"Tuh kan masih aja kayak gitu..."

"Hahaha! Tapi gw ngangenin kan? Hayo ngaku aja...waktu gw nggak ke sini setengah tahun, lo kangen gw kan! Waktu nungguin lo di rumah sakit si Gundul cerita ke gw tuh! Katanya lo sampe mau mewek gitu! Hayo ngaku.....??" Meva menjulurkan lidahnya.

"Waduh kebangetan tuh si Gundul buka kartu gw!"

Meva tertawa puas. Ah, shit! Gw nggak bisa berkilah lagi kalo udah terpojok kayak gini. Pengen rasanya bilang kalo semua itu bohong, tapi sebagian dari diri gw justru bahagia Meva tahu hal ini.

"Ya ya ya gw emang kangen kok," gw mencoba beralibi. "Tapi cuma sedikit. Sedikiiiiiit banget!"

"Bodo amat! Tetep aja namanya kangen!" Meva melet lagi. [Duh, ngegemesin^^]

Gw senyum-senyum sendiri. Lelah gw mendadak hilang berkat obrolan pagi ini.

"Eh kira-kira setelah gw wisuda nanti, kita masih bisa kayak gini enggak yaa?" tanya Meva tiba-tiba.

Mendadak hati gw mencelos. Gw seperti baru sadar, tinggal kurang dari dua bulan lagi Meva wisuda. Setelah itu, yah gw belum bisa membayangkannya.

"Gw masih pengen nikmatin masa-masa bebas kayak gini," Meva merentangkan kedua tangannya. Dihirupnya nafas dalam-dalam. "Ah, seandainya gw bisa menghentikan waktu!"

"......."

Kami lalu terdiam. Meva menurunkan tangannya.

"Eh Ri gw mau mastiin, wisuda gw nanti lo bisa hadir kan?" katanya.

"Pasti," gw sedikit terenyuh menjawabnya.

"Makasih banyak yak!" Meva menepuk pipi gw pelan dan berlalu ke kamarnya.

Tinggal gw, dan sayup-sayup alunan lagu dari kamar Raja di keheningan malam.

cinta kan membawamu kembali.....

SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang