SK2H PART 97

242 11 0
                                    

Tanpa terasa hidup gw terus berpacu dengan waktu. Hari demi hari yg berlalu telah menumpuk menjadi gunungan kenangan. Dalam beberapa kesempatan, gw sering tersenyum mengenang kejadian-kejadian lucu dan menggelikan. Tapi nggak jarang juga gw menyesali diri dan berkata "kenapa harus seperti ini?". Atau seringkali gw berpura-pura melupakan beberapa kejadian pahit, yg sebenarnya malah membuat gw semakin mengingatnya.

Gw tau, gw nggak mungkin terus stuck di satu titik dalam hidup gw. Akan ada titik-titik lain yg harus dilewati. Dan masih banyak titik yg harus gw capai. Kadang gw seperti melompat dengan cepat ke titik selanjutnya, tapi adakalanya gw seperti di tengah lautan yg tenang, yg butuh waktu lama buat mencapai daratan.

Gw bukan manusia hebat dan sempurna. Gw pernah frustasi. Gw pernah menangisi kegagalan gw. Gw juga pernah iri dengan keberhasilan orang lain. Tapi gw nggak pernah, atau seenggaknya berusaha untuk itu, menunjukkannya di depan orang lain.

Gw yakin Tuhan menciptakan semuanya berpasangan. Ketika Dia memberi gw cobaan, sebenarnya Dia juga menunjukkan jalan keluarnya. Hanya saja kadang kemampuan tiap orang untuk menemukan jalan tersebut berbeda. Dari keyakinan itulah gw selalu berusaha bangkit dari frustasi yg mendera dan tidak berlarut-larut menangisi kegagalan gw. Rasa iri yg tumbuh dalam hati, gw jadikan energi positif untuk memotivasi diri gw sendiri. Karena pada dasarnya manusia itu sama, jadi kalo orang lain bisa kenapa gw enggak?

Gw sangat bersyukur atas apa yg Tuhan telah berikan di hidup gw. Keluarga, sahabat dan cinta....menurut gw tiga hal itulah yg membuat gw bisa seperti ini. Gw bersyukur dilahirkan dalam keluarga yg bahagia. Gw punya ayah yg patut diteladani. Gw punya ibu yg sangat gw cintai. Dan gw punya saudara-saudara yg menyayangi gw.

Di suatu pagi di bulan Juli 1993.....

Gw duduk memandangi roda sepeda di hadapan gw. Hingar bingarnya pasar tradisional di belakang gw nggak mengusik lamunan gw. Sudah hampir satu jam gw nunggu nyokap gw belanja. Agenda rutin gw tiap pagi, setelah solat Subuh, gw mengantar nyokap belanja bahan jualan. Nyokap gw biasa jualan makanan di dekat sekolah dasar tiap harinya. Dengan bokap yg cuma pegawai sipil dengan pangkat rendah, nyokap memutuskan membantu perekonomian keluarga yg pas-pasan. Dan gw sebagai anak, selayaknya gw membantu sesuai porsi gw.

"Ri, udah selesai nih. Ayo pulang," suara nyokap menyadarkan gw dari lamunan.

"Ayo Mah," gw mengambil belanjaan nyokap dan menaruhnya di keranjang depan. Nyokap gw duduk di jok boncengan di belakang.

Beginilah tiap pagi. Sepeda tua kesayangan almarhum kakek gw selalu mengangkut beban melebihi porsinya. Berat memang membonceng orang yg lebih gede dari kita, tapi karena nyokap nggak bisa nyetir sepeda, jadi gw yg bertugas sebagai driver. Hehe.

Nyokap gw orangnya supel. Dia nggak pernah matok harus belanja di satu penjual, jadi cukup banyak orang pasar yg kenal nyokap gw. Bahkan tukang becak pun selalu memberi salam tiap kami lewat.

"Moga hari ini nggak ujan ya Ri..." kata nyokap gw penuh harap. "Biar jualannya laku."

"Iya Mah. Kalo ujan kan anak-anak sekolahnya pada nggak keluar dan langsung balik," sahut gw mengamini.

Dan obrolan-obrolan ringan pun menemani perjalanan pulang kami. Sampai tiba di sebuah jembatan kayu tua. Mungkin karena pagi ini gw nggak begitu fit, gw rasa beban di belakang gw lebih berat dari biasanya. Sepeda kumbang tua ini seperti berontak. Di tengah jembatan mendadak ban depan membentur bambu yg mencuat. Gw hilang keseimbangan. Alhasil kami pun jatuh.

"Maaf Mah...tadi nyenggol kayu," kata gw menyesal sambil bantu nyokap berdiri.

"Enggak papa kok." Nyokap gw langsung membereskan belanjaan yg berserakan. "Mending bantu Mamah beresin ini. Ayo."

Gw ikut bantu nyokap gw. Sayang, beberapa butir telor pecah dan ada belanjaan yg jatuh ke sungai di bawah kami.

"Maaf Mah jadi pada pecah kayak gini..." kata gw.

"Udah nggak papa. Gampanglah ntar beli di warung yg deket rumah."

"Tapi kan harganya lebih mahal?"

"Udahlah kamu nggak usah mikirin itu. Ayo jalan lagi, nanti kamu terlambat sekolah."

Gw raih setir. Gw tatap nyokap gw sebentar lalu berkata.

"Mah, kalo nanti Ari udah gede dan bisa cari uang sendiri, Ari akan bonceng Mamah pake motor Ari sendiri. Jadi nggak pake sepeda kayak gini lagi," kata gw polos.

Nyokap gw tersenyum dan merangkul gw...........

**

3 Februari 2004...

Akhirnya gw bisa beli motor. Nggak mewah memang, tapi cukuplah mengurangi biaya ongkos kerja yg biasanya buat ojek.

"Kok diem aja sih?" kata Meva dari belakang gw. "Ayo jalan. Lo gugup ya? Ciiee! Ini pertama kalinya motor ini dipake euy. Masih bau toko. Gw orang pertama yg dibonceng nih."

Gw tersenyum.

"Kita mau ke mana?" tanya gw.

"Kemana aja deh, puterin Karawang juga boleh!" jawab Meva semangat.

"Oke. Peluk gw yg kenceng yak!"

Gw tarik gas dan roda pun bergerak perlahan menyusuri jalanan Karawang..

Terimakasih Mah, tanpa Mamah nggak mungkin Ari bisa seperti sekarang ini

SK2H (Sepasang Kaus Kaki Hitam) ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang