11. Keangkuhan

59 8 0
                                    

"Setiap kesalahan tidak akan berubah menjadi kebaikan, selama kau tidak berusaha memperbaikinya"

•••

Setelah Raffa meninggalkan ruang musik karena terlalu kesal berlama-lama berdebat dengan adik kelasnya itu, Rara pun memilih untuk meninggalkan ruang musik juga, dan memilih menenangkan dirinya ditaman belakang sekolah, duduk direrumputan dan bersandar pada pohon.

Rara mencabut asal rumput yang ada disebelahnya melampiaskan amarahnya yang sejak tadi ditahannya.

"Kenapa si... gue harus sekolah disini?" Tanya Rara bergumam sendiri.

"Kenapa juga gue harus ketemu sama orang gak jelas kayak dia"

"Kenapa bisa-bisanya dia bentak gue kayak gitu" suaranya semakin melemah menahan tangis.

"Gue benci sama dia dari pertama ketemu"

"Benci... benci... benci..."

Dia terus saja berbicara sendiri berusaha meluapkan semua emosinya yang sedaritadi ditahan.

"Gak adil... gue selalu dapet hukuman dan lo? Bisa dateng kapan aja, mentang-mentang leader"

"Bisanya cuman marah-marah gak jelas kayak ibu kos, tanpa mau dengerin orang lagi ngomong, malah maen potong terus seenak jidatnya, SENIOR GAJEE!" kali ini dia tidak bersuara sambil menangis lagi tetapi berteriak sendiri layaknya memiliki dunia sendiri.

Hening.

Seketika suasana menjadi hening karena Rara memejamkan matanya berusaha agar air matanya tidak terus mengalir.

"Udah selesai marah-marahnya?"
terdengar suara seseorang yang entah datang darimana yang jelas dia duduk menyenderkan punggungnya pada pohon membelakangi Rara dengan tenang, atau jangan-jangan dia memang ada sebelum Rara datang?

dia adalah Raffa!

Rara mematung dan seketika saat membalikan tubuhnya menghapus kasar air mata dipipinya, menganga mendapati siapa yang ada dibelakangnya.

"Emangnya gue sehina itu ya?"
Tanya Raffa lagi, membalikan tubuhnya menatap Rara.

Rara yang tadinya takut dan merasa bersalah, tersenyum sinis tiba-tiba terbesit sesuatu dikepalanya untuk menyudutkan Raffa agar dia merasa bersalah dan meminta maaf.

"Iya...! kenapa emangnya? Lo gak sadar?"
Rara menjawab dengan pertanyaal lagi.

Raffa membalikan kembali tubuhnya membelakangi Rara.
"Gue rasa sih... lo aja yang gak sadar, terlalu cerewet jadi cewek, dan mudah nyerah... ngeselin lagi" ucapnya santai sambil mengetuk-ngetuk dagunya memakai jari.

Rara mendecak sebal, diluar ekspektasi, tadinya ia berpikir Raffa akan menyesal dan meminta maaf karena membentaknya, dengan kesal dia membalikan tubuhnya menyender lagi pada pohon dan membelakangi Raffa yang juga membelakanginya.

"Malah nyalahin gue lagi"

"Bukan nyalahin, emang elo yang salah"

"Berisik.. lo tambah bikin gue emosi tau gak?"

"Denger ya... terlalu benci sama seseorang itu gak baik, nanti... lo jatuh cinta lagi sama gue, apalagi gue ganteng" ucap Raffa terkekeh.

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang