33. Please, Come Back

19 10 0
                                    

Sepulang sekolah Rara kembali diantar oleh Raffa. Raffa membawa mobil, dan sudah hampir sampai namun tak ada pembicaraan diantara mereka.

"Kok diem aja sih," Raffa memecah keheningan.

Sedangkan yang ditanya hanya memandang kosong kejendela mobil, sore ini hujan dan pandangan Rara hanya tertuju pada tetesan air di luar kaca mobil tersebut. Pikirannya melayang menbayangkan, bagaimana kalau satu sekolah tahu mereka bersaudara? Tapi, setelah dipikir-pikir kenapa mesti takut, paling Stella hanya memarahinya dan tak ingin bertemu dengannya lagi. Sekarang bahkan ia tak perduli lagi dengan itu.

Tapi itu hanya kemungkinan yang ia pikirkan, jangan lupakan bahwa Stella gadis nekat yang bisa berbuat diluar nalarnya. Dan memikirkan Stella membuatnya ingat soal dia yang sedang berada di apartemen Denis.

"Helloo.." Raffa membuyarkan pemikirannya. "Mikirin apaan si? Oh, soal yang gue omongin sama bokap lo?" Tanyanya lagi.

"Berenti didepan." Raffa menyerngitkan dahi, karena jalan pulang masih panjang.

"Kenapa? Lo marah? gue salah apa?"

Rara menghembuskan nafas kasar, "iya! Gue marah sama lo,"

Ia berusaha membuka pintu mobil, namun tak berhasil karena Raffa yang belum membuka kuncinya.

"Bukain." Ucap Rara tegas.

"Kenapa sih?" Sepertinya Raffa sudah frustasi dengan sikapnya kali ini.

Oke, sepertinya ini waktunya Rara mengeluarkan emosi yang sedari tadi memaksa ingin keluar.
"Kenapa lo kasih foto itu ke Denis? Lo kaki tangannya?"

Raffa masih mencoba mencerna apa yang dibicarakan gadis ini. "Foto-- foto apa?"

"Pura-pura amnesia, hm?"

Raffa berpikir sejenak, ia tak ingat yang berhubungan dengan foto apalah itu.

"Foto yang lo ambil dikamar gue waktu itu, kenapa sampe ada ditangan Denis?!"

Ah, Raffa ingat sekarang. Foto yang niatnya ingin ia sembunyikan dari Tasya dan Nicky saat kerumah Rara hari itu. Foto itu adalah foto masa SMP Rara dengan Stella. Tapi kenapa--

"Kok bisa?" Raffa kehabisan kata-kata, lebih baik foto itu diketahui oleh Tasya dan Nicky, tapi ini Denis.

"Lo nanya sama gue?"

"Katanya lo bakal jaga rahasia. Tapi apa? Malah lo yang beberin rahasianya." Rara membuka pintu tapi masih terkunci.

"Gue bilang buka!" Sebenarnya ia tak berniat marah, namun emosi nya menjadi tak terkontrol saat ini.

Raffa membukanya, membiarkan Rara keluar ditengah hujan. Namun setelahnya ia menyusul.

"Gue udah janji bakal jagain lo, bukan turunin lo di pinggir jalan kek gini. Soal Denis biar jadi urusan gue!" Raffa menarik tangan Rara kembali ke mobil.

"Lepas. Gue mau kesana," Rara menunjuk bangunan tinggi tepat disebrangnya.

"Apartemen?"

"Iya, gue mau ke apart temen gue." Terpaksa ia berbohong.

"Eh, temen yang mana selain Tasya sama Nicky?"

"Ih, temen gue kan bukan cuma mereka. Lepasin tangan gue kak!"

"Cewek atau cowok?"

Ditanya seperti itu ia gelagapan. Rara tak tahu harus menjawab apa, apartemen itu milik Denis, namun yang ia temui adalah Stella.

"Co-- cewek, kok."

"Serius, Ra."

"Iya, gue bisa pulang sendiri. Lo boleh balik sekarang, makasih."

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang