36. Usai Di Sini

33 2 2
                                    

Setelah teringat sesuatu Raffa pergi ke Tamara Cafe, ia duga Rara akan berada disana.

Dan benar saja ia sedang duduk di bangku pojok, sendirian, memangku dagu dengan tangan kanannya, memperhatikan penyanyi cafe yang menyanyikan lagu menyayat hati seolah mendukung perpisahan mereka.

Pedihnya tanya, yang tak terjawab

Mampu menjatuhkan ku yang dikira tegar

Kau tepikan aku, kau renggut mimpi, yang dulu kita ukir bersama

Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-hari mu

Lebih baik, kita usai disini, sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati

Bukannya aku mudah menyerah, tapi bijaksana, mengerti kapan harus berhenti

Ku kan menunggu tapi tak selamanya.

Raffa tak pernah sekali pun mengalihkan matanya dari sosok yang sangat ingin ia peluk, sampai sosok itu menepis kasar air matanya. Membuat Raffa tertawa miris, ia membuat gadisnya menangis.

Kau tepikan aku, kau renggut mimpi, yang dulu kita ukir bersama

Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-hari mu

Seolah janji dan kata-kata yang telah terucap kehilangan arti

Lebih baik kita usai disini, sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati

Bukannya aku mudah menyerah tapi bijaksana, mengerti kapan harus berhenti

Ku kan menunggu tapi tak selamanya

Tak akan jera ku percaya cinta, manis dan pahitnya kan ku terima

Kini kisah kita akhiri dengan makna

Rara berdiri dari tempatnya, lalu melangkah keluar dengan tatapan kosong dan mata yang sembab. Bahkan Rara tak menyadari seseorang yang ia lewati.

Kakinya terus saja berjalan tanpa arah, ia harus pulang ayahnya akan khawatir jika ia tak memberi kabar. Namun hatinya menolak, ia takut bertemu dengan lelaki yang membuat nya patah untuk kedua kalinya.

Lalu langkahnya terhenti. Ini salah! Jika patah hati membuat ayahnya khawatir maka ia telah mengorbankan sesuatu yang salah. Ia tak boleh egois, dan tak boleh menambah beban ayahnya semakin berat.

Rara berbalik, namun kakinya malah terpaku di tempat yang ia hindari justru lebih cepat ia lihat.

Bolehkah ia menyesal karena kakinya berbalik arah, Rara menghela nafas panjang seperti mencoba membuang suatu beban yang berat. Rara sadar ia harus menghadapi situasi ini cepat atau lambat.

Raffa masih setia memandang penampilan Rara dengan tangan kanan dimasukan kedalam kantong dan tanya kirinya membawa tas Rara.

Rambut acak-acakan seperti tak disisir berminggu-minggu, baju kusut yang keluar dari rok pendeknya, serta banyak noda kotor pada baju seragam nya.

"Pulang," kata pertama yang di lontarkan Raffa.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia diam saja dan menuruti kata Raffa. Tangan Raffa menggenggam tangan Rara lalu menariknya perlahan menuju rumah Rara.

Sampai didepan rumahnya, tak ada satupun yang membuka suara. Rara langsung saja menuju kamarnya.

"Ada apa ini?" Tanya ayah Rara langsung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang