"Kebahagiaan yang tidak bisa didefinisikan, adalah perbuatan manis yang tak terduga"
•••
1 jam yang lalu.
Rara hanya memandang datar gaun putih dihadapannya.
"Heh! Lo dipanggil grandma dikamarnya. Sekarang!" Suruh Stella di ambang pintu.
"Hmm.." Rara tak berniat menatap lawan bicaranya.
Lalu, ia pergi kekamar grandma yang tadi di sebutkan oleh Stella.
Ia berdiri dengan tatapan malasnya, menghadap manusia yang sangat tidak berkeprimanusiaan menurutnya. Sayangnya, ia termasuk darah daging dari orang tersebut.
"Bagaimana kabarmu. Kenzie?" Tanya grandma dihadapannya, dengan logat bule yang tak biasa berbicara bahasa indonesia.
"Baik" jawab Rara singkat.
Grandma yang bernama Monalissa itupun tersenyum simpul.
"Lalu, bagaimana persainganmu dengan kakak sepupumu itu?"
"Kalo cuma itu aku gak ada niatan jawab! Gak penting grandma"
Rara membuka pintu hendak keluar.
"Lalu.. bagaimana kasus mu disekolah? Apakah berjalan lancar, atau malah sebaliknya?"
Dahi Rara menyerngit. Apa maksud dari nenek-nenek tua dihadapannya itu, sunggu tidak bisa ia tebak.
"Baiklah.. semoga kamu menikmati pestanya. Seperti kamu menikmati skorsing 2 hari kamu"
Rara hendak tertawa. Pasti Stella yang menceritakan segalanya. Shit memang.
"Tenang saja.. bukan Linzy yang melaporkannya. Tapi harusnya kamu tahu, seseorang yang menjadi kaki tangan grandma dan grandpa selama kalian berdua disekolah.
Kami hanya ingin mengetahui, sejauh mana perkembangan dalam persaingan kalian berdua"
Rara hendak mengangkat suara. Namun lagi-lagi Monalissa memotongnya.
"Pergilah.."
Ia pergi dengan gusar, ia sangat amat jengkel dengan semua orang-orang yang ada disini. Tidak pernah tahu apa arti ketulusan hati manusia.
Fyi, Monalisa-- grandma, dan Malvin-- grandpa dari Rara, atau orang yang sudah melahirkan ayah kesayangannya. Sangat sulit ditebak, ia ingin anak dan cucunya saling bersaing dalam hal apapun, terutama akademik kepintarannya.
Alhasil, Zayn memenangkan hampir seluruh aset perusahaan Meckalister Corp. Diantara kedua saudaranya-- Hans kakaknya, dan Mario adiknya.
Mereka berdua hanya mendapat masing-masing beberapa persen, dan Zayn yang mendapat paling banyak, karena ia menghasilkan lebih banyak keberuntungan bagi keluarga besar Meckalister.
Dan sekarang, generasi selanjunya ialah diantara Linzy dan Kenzie. Karena Rasya-- kakak dari Linzy sudah tidak ada harapan, ia meninggal sebelum dibutuhkan oleh penegak keluarga itu.
Menurut Rara, kakek dan neneknya itu bukan manusia. Ia hanya memanfaatkan keturunannya, tanpa ada rasa kasih sayang yang ia rasakan. Saat Rasya meninggal pun, mereka hanya mengatakan bahwa anak itu sangat tidak berguna, hanya menghabiskan uang untuk pendidikannya yang sia-sia, tanpa air mata sedikitpun.
Dari situlah, Rara menyimpulkan bahwa mereka sangat tidak punya rasa keprimanusiaan. Dan bodohnya, ayahnya menuruti saja apa yang mereka inginkan.
Dan sekarang, mereka ingin Rara dan Stella sama-sama bersaing, untuk menentukan siapa yang lebih pantas menjadi penerusnya. Tapi, Rara belajar dengan giat bukan semata-mata karena ia ingin mendapat segalanya dari keluarganya itu. Ia hanya ingin mendapatkan apapun yang ia inginkan berdasarkan usahanya. Tanpa ada sangkut pautnya dengan persaingan antar keluarga tersebut.
Setelah bergelut dengan pikirannya, Rara kembali kekamar dengan mengepalkan tangannya. Gaun yang tadi ia gantungkan, itu ditukar dengan gaun lain berwarna soft pink, sama bagusnya memang, tapi gaun itu lebih pendek dari yang sebelumnya.
Double shit emang!! Gua benci semua yang ada disini!!
Batin Rara sangat ingin berteriak sekencangnya. Kenapa semua orang harus mengganggu hidupnya?.
Dengan sangat terpaksa. Ia memakai gaun itu dan menyisir rambutnya asal yang telah disusun menjadi sedikit bergelombang, dan make up seadanya yang telah dirias oleh seseorang yang ia tak kenali.
***
"Hai.. Raffael" sapa gadis dihadapannya.
"Noel.. ibu ingin memperkenalkan seseorang, sama kamu" potong Evelyn yang baru saja tiba. Untung saja, kedatangannya sangat menolong Raffa yang kini kembali menutup topengnya.
Raffa menggumam.
"Hmm.. kenapa bu?""Ini kenalkan. Kenzie, gadis yang sering ibu ceritakan sama kamu"
What? Ngapain tante Evelyn nyeritain gue?.
Evelyn menggandeng Rara ditangan kanannya.
Dan bagusnya, ternyata gadis bergaun putih yang membuka topengnya itu bukan lah Rara, siapa lagi kalau bukan Stella.
Raffa tersenyum pada Rara yang berada di sebelah ibunya.
"Kenzie. Kamu waktu itu bilang kan, pengen ketemu sama adiknya Denis. Ini orangnya"
"Tante baik lohh bikin kamu ketemu sama doi, tante tinggal dulu yah" lanjutnya sedikit berbisik.
Dalam hati Raffa ingin sekali tertawa sekencangnya. Dan mengatakan bahwa Noel ini adalah Raffa, orang yang sangat membuatnya jengkel setiap hari disekolah.
"Ehm... itu.. jangan percaya yah, gue gak pernah nayain lo kok, cuman.. pengen tau aja sih"
Bodohnya gue... padalah nanya sama pengen tau itu sama aja.
"Hmm.." Raffa tersenyum membuang mukanya
Nanyain juga gakpapa kali Ra. Gemesin anjirr..
"Btw, lo waktu itu.. pernah masuk kamar gue yah, pas gue lagi main piano itu?"
"Hmm.." Raffa lagi-lagi hanya menjawab seadanya, dan hanya mengangguk.
Ni orang kagak bisa ngomong apa gimana si? Beda banget sama emaknya yang cerewet. Upss
Raffa membuatnya bosan. Karena tak pernah mengeluarkan suara. Rara jadi curiga, se-emas apa sih suara laki-laki iu, sampai-sampai mahal untuk dikeluarkan sedikit saja.
"Lo.. hmm..." Rara tak tahu lagi topik apa yang ingin ia lontarkan kali ini. Tapi ia ragu, lelaki sebelahnya ini ingin mengeluarkan suara.
Suara MC mengintrupsikan bahwa seseorang dipanggung sana ingin menyampaikan sesuatu.
I found a love.. for me
Darling just dive right in
And follow my leadSuasana menjadi hening seketika.
Laki-laki yang tadi disebelahnya, sudah memainkan gitar dan bernyanyi diatas panggung itu, memutarkan lagu perfect-ed sheeran.Jadi sejak tadi ia berbicara sendiri? Jika saat ini orang itu ada dihadapannya, ingin sekali kuku-kuku tajam Rara mencakar-cakar wajah misteriusnya itu.
But darling, just kiss me slow, your heart is all I own
And in your eyes you're holding mineTapi tak lama kemudian, semua orang termasuk dirinya hanyut dalam melodi indah tersebut. Shit, ia hampir jatuh cinta pada lelaki yang ia sendiri tak tahu bagaimana rupanya.
Darling, you look perfect tonight
Suara gemuruh tepuk tangan membuyarkan lamunannya. Walaupun orang-orang disana tidak semua mengerti bahasa inggris, karena menggunakan bahasa Jerman.
Dilirik terakhir tersebut, walaupun samar, Rara melihat kilatan mata tajam lelaki itu menatapnya sambil tersenyum.
Ya tuhan... Rara ingin pingsan sekaraaanggg...
*****
Pyy weekend♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara
Teen FictionBagaimana rasanya mengorbankan orang yang disayang, demi orang yang lebih disayang? -- Ganti Judul dan segera di revisi!! Maaf untuk keterlambatan update. Syeeerly💕