35. Toxic

9 1 0
                                    

Waktu telah berbulan-bulan terlewat, hubungan Rara dan Raffa semakin dekat, walaupun belum adanya hubungan yang jelas antara mereka.

Tadi pagi, Rara sengaja membuat nasi goreng yang baru saja ia pelajari kemarin. Rara ingin membuat kan sarapan untuk orang yang sedang ia suka kah? Entah, ia pun tak tahu. Yang jelas, beberapa bulan terakhir perhatian kecilnya membuat perasaan bahagia tersendiri untuknya.

"Kak Raffa nya ada?" Tanya Rara didepan kelas XI Ipa 1, pada seorang lelaki yang baru saja keluar dari kelas.

"Hmm, tadi keluar sih kek nya," jawabnya sambil berpikir.

"Oke, makasih."

Sebenarnya Rara ingin memberikan kotak makanan ini untuk Raffa sejak tadi pagi, namun sepertinya kelasnya dimulai lebih cepat, alhasil niatnya ia undur jadi sekarang-- saat jam istirahat. Namun orang yang ia cari justru tak ditemukan dimana pun.

"Lo lupa sama janji lo?!" Suara teriakan di koridor kelas XII yang sedang kosong membuat Rara menghentikan langkahnya-- ralat, menyembunyikan tubuhnya di balik tembok.

"Lo lupa gua gak pernah setuju?!"

"Lo jahat Raf!"

Yap, orang yang sedang bertengkar itu adalah Stella dan Raffa.

"Gak usah nangis, gua udah gak mempan sama tangisan palsu lo."

"Raffa.. kita itu udah tunangan. Gue kasih lo waktu buat pisah sama dia tapi kenapa lo malah makin deket!" Ucap Stella sambil menangis.

Rara mengeratkan pelukannya pada kotak makan yang ia bawa.

Siapa yang tunangan dengan siapa...

"Tiga bulan Raf. Gue ijinin lo sama dia, tapi kenapa--"

"Dari awal gue gak pernah niat buat setuju sama omongan lo. Ini hidup gue, gue yang jalanin, dan lo bukan siapa-siapa yang berhak ngatur gue." Raffa mengatakan dengan datar namun terkesan tegas.

"Raffa! Kita udah tunangan!"

"Lo cuma--"

"Apa?! Mau seberapa banyak lo ngehindar, pada akhirnya lo bakal nikah sama gue!"

Cukup! Entah sejak kapan air mata Rara turun membasahi seragam sekolahnya. Ia ingin segera pergi, cukup sudah rasa penasaran yang tadi mendorongnya untuk berakhir disini. Walaupun masih banyak yang menggantung.

****

"Nih makan." Rara sedikit melempar kotak makan pada Willy teman sekelasnya yang sebelumnya meminta makanan yang Rara bawa, namun ia larang dengan alasan akan memberikannya pada orang lain.

Willy memandangnya bingung. "Katanya buat seseorang?"

"Gak ada, orang nya udah mati."

"Wuss, kalo ngomong gak pake Bismillah." Celetuk Nicky.

"Tau, kenapa lo, muka lo kusut banget kek abis ditinggal mantan nikah," ucap Tasya yang terkekeh dengan Nicky. Lalu mereka menghentikan tawanya karena dirasa tak ada balasan dari Rara.

"Ra, pucet banget lo." Ucap Willy menyadarkan Rara yang ternyata melamun.

"Gue ke Uks dulu guys," ucapnya yang tak lupa mengambil handphone beserta aerphone nya dari kolong bangku.

"Yahh, kek nya gue salah ngomong deh." Tasya menggigit jarinya merasa bersalah.

"Lu sih," Nicky menoyor kepala Tasya.

"Heh! Lo kan juga ikutan ketawa," Willy menggetok kepala Nicky menggunakan sendok yang ia pegang.

***

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang