13. Feelings

65 6 0
                                    

Setelah meninggalkan sekolah, selama diperjalanan tidak ada pembicaraan sama sekali, mereka disibukan dengan pikiran masing-masing, Rara sibuk menatap jalanan dan menangkup dagunya dengan tangan, Rey hanya fokus menyetir dan sesekali menatap kearah samping. Tidak seperti biasanya mereka yang sering bercerita benar-benar hilang disini.

Tiba-tiba pandangan Rara terfokus pada satu titik, ia melihat toko dengan banyaknya obat disana yaitu apotek, mengingat wajah Rey yang habis dipukuli tadi. Daripada diantar pulang bisa-bisa Rey tahu dia anak dari Zayn Mckalister pasti akan terbongkar kalau dia bersepupu dengan Stella anak dari Hans Mckalister, karena didepan rumahnya terdapat plang besar bertuliskan 'Mckalister'.

"Eh, kak kita berhenti didepan situ dulu yah" ucap Rara menunjuk apotek didepannya.

"Hm" angguk Rey.

Rara turun dan membeli sesuatu disana, setelah kembali ia membuka semua barang yang tadi dibeli, salah satunya alkohol dan kapas, ia mulai mengobati perlahan luka yang ada diwajah Rey.

"Sshh... aw!" Ucap Rey meringis.

"Maaf yah kak" ucap Rara dengan tangan masih mengobati luka Rey.

"Gak papa Ra"

Rey terus saja menatap lurus wajah Rara yang masih mengobatinya, dari matanya yang sipit karena adanya keturunan korea, hidung mancung, dan bibir pink yang kecil nan imut, ia benar-benar mirip dengan Stella, seperti kakak-adik, tapi hanya wajahnya saja yang mirip, berbeda dengan kedua hati mereka, Stella hanya terfokus pada satu hati tanpa menoleh sekalipun kebelakang! sedangkan Rara dia selalu baik pada semua orang, menganggap mereka semua sama saja.

Rey menatap lekat wajah Rara, satu hal yang tersirat dihatinya 'dia sangat cantik'. Entah darimana datangnya bidadari yang cantik dan baik hati ini, bahkan mereka yang hanya mengenal baru beberapa hari ini, bagaimana bisa Rara sangat perhatian dengan luka diwajah Rey? apalagi saat tadi Rara berani terkena masalah hanya untuk berada disisi Rey, sangat membuatnya tersentuh. Dengan tidak sadar hati Rey telah beralih sedikit demi sedikit, ya benar! Dari dulu Rey sangat menyukai Stella, tapi dirinya yang egois hanya menunggu Raffa saja, yang jelas-jelas tidak pernah memperdulikannya.

"Selesai" ucap Rara membuyarkan pikiran Rey dan mulai membereskan obat-obatan yang digunakan.

"Thanks" balas Rey dengan senyum andalannya seperti biasa, dan Rara pun membalas juga dengan senyuman cantiknya.

"Yaudah kalo gitu, gue pulang yah kak"

"Loh kok pulang? Gue kan ini juga mau anterin lo"

"Gak usah kak, makasih gue pulang sendiri aja"

"Ra.." Rey menahan tangan Rara yang hendak keluar dari mobil.

Rara tersenyum "Cepet sembuh yah kak, kalo bisa jangan ikut tawuran kayak gitu lagi, bahaya!"

Rey hanya diam saja, masih speechless dengan ucapan Rara, dia sangat perhatian atau hanya kasihan?
"I... iya Ra.. Ha- hati-hati yah pulangnya" gugup Rey.

"See you" Rara keluar dari mobilnya, dan setelah mengklakson mobilnya Rey meninggalkan Rara didekat apotek tadi.

Tanpa sadar sepasang mata memperhatikan mereka sejak tadi, dari adegan Rara yang mengobati Rey sampai ia turun dari mobil.

Liat ajah Ra! Gue bakal bikin lo balik kepelukan gue lagi, gak akan gue biarin dia yang dapetin hati lo! -batin orang tersebut.

***

Memulai hari baru, seperti biasa itulah yang ada dipikiran Rara, Setelah kejadian kemarin.

Guru pelajaran sejarah sudah selesai mengajar dikelas X-ipa1, menurut kebanyakan murid pelajaran itu sangat membosankan karena harus mengulang sejarah masa lalu, untuk apa mengungkit masa lalu?, tapi tidak juga untuk sebagian orang lainnya yang menyukai pelajaran tersebut.

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang