20. Bimbang

35 6 0
                                    

Pagi ini, sesampainya disekolah. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah teman-temanya sedang berkumpul di koridor sekolah. Ada Raffa, Rey dan temannya disana.

"Hey" sapa Rara.

"Eh hay Ra" Rey menyapa balik.
Dan yang lain hanya menyapanya dengan tersenyum. Kecuali satu orang yang sedang sibuk dengan telepon genggamnya.

"Lagi pada ngapain?" Tanya Rara

"Biar nanti gue yang urus. Istirahat gue temuin lo dikelas" ucap Raffa pada Rey sebelum melangkahkan kakinya.
Rupanya pertanyaan Rara malah diabaikan.

"Kalian lagi ngomongin apa?"

"Gak papa kok. Ayo Ra masuk kelas" ajak Nicky.

***

Saat kelas dimulai pun Rara masih bergelut dengan pikirannya soal perkataan Raffa.
Hari ini tak seperti biasanya Rara yang giat untuk belajar berubah menjadi sangat menantikan waktu istirahat tiba.

Dan belpun berbunyi menandakan saat yang ditunggu gadis itu telah tiba.

Rara pergi menuju kelas Rey, sesuai dengan perkataan Raffa tadi, bahwa ia akan menemui Rey di jam istirahat.
Tapi sebelum sampai disana. Tepat di lorong yang sepi, Rara melihat Raffa sedang bicara dengan Stella.

Kenapa harus Stella. Dan dimana Rey?.

Gadis itu semakin mendekat kan telinganya dan menyembunyikan tubuhnya di balik tembok, untuk mendengarkan apa yang sedang mereka bahas.

Tapi kenapa ia rasa ini ada hubungannya soal insiden di kamar mandi kemarin. Walaupun Rara tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Padahal Rara sudah meyakinkan pada semua temannya, bahwa bukan Stella yang melakukan itu.

"Dasar tukang nguping" suara itu membuyarkan pikirannya sesaat. Stella langsung saja pergi tanpa melihat wajah Rara yang ketahuan menguping.

Pandangannya terarah pada samping kirinya. Terdapat dua pasang mata Raffa yang menatapnya tanpa ekspresi. Lalu setelahnya ia pun pergi tanpa pamit seperti Stella. Hanya menyisakan pergerakan bahu mereka yang sempat bersentuhan.

Apa cuma gue yang ngerasa kalo dia berubah hari ini?.

Entahlah, mungkin takdir yang akan menjawabnya.

***


"Jawab gue sekarang! Jangan diem aja lo berdua" suara lantang itu berasal dari Stella yang sedang memarahi kedua temannya, yang menjalankan tugas tanpa perintahnya.

"Udah gue bilang buka kita Stell" jawab Natalie meyakinkan.

"I-iya" gugup Velly.

Melihat Velly yang terlihat ketakutan, kini mata Stella tertuju padanya.

"Velly.. gue tau lo gak akan bisa bohong sama gue. Jadi sekali lagi jawab gue! Kalian kan yang bikin ulah kemaren? Hah. Jawab!!"

Velly hanya menunduk dan menutup mulutnya menggunakan tangan. Karena ia orang yang gampang kelepasan berbicara, karena terlalu polos.

"Vell!"

"Cukup!" Tahan Natalie.

"Iya Stell iya. Kita yang lakuin itu! Gue suruh Velly buat jalanin misi ini karena gue. Stop buat bentak Velly karena dia itu temen kita!" Teriak Natalie tak kalah kencang.

"Kenapa lo lakuin itu?"

"Lo pikir cuma lo doang yang punya dendam sama cewek itu?"

Stella terdiam sejenak mencerna kalimat Natalie.

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang