Sudah beberapa minggu Rara dan Stella mengerjakan tugas dari kepala sekolah, jika kalian ingat, saat mereka berdua terkena insiden saat ulangan dan berbincang dengan kepala sekolah-- om dari mereka berdua. Saat itu, sehari setelahnya Mario memberikan hukuman pada mereka dengan cara menyuruhnya membersihkan lapangan indoor tempat olahraga tertutup disekolahnya. Dengan waktu yang belum ditentukan kapan selesainya.
Hari ini hari kesekian mereka menjalani masa hukuman, Rara melangkahkan kaki dengan gontai memasuki area tersebut dengan membawa segala perlengkapan kebersihan. Begitu juga Stella.
"Sampe kapan sih, hukuman ini selesai.." ucap Stella terduduk lemas.
"Elo sih, pake ngejebak gue segala, jadinya kena sendiri juga kan" ucap Rara, walaupun pelan tapi dalam ruangan itu menjadi menggema.
"Eh, gak usah nyalahin gue ya! Hidup lo tuh selalu nyusahin tau gak!"
"Apasih? Kalo lo gak ganggu gue gabakal gini jadinya"
"Oh, mulai berani sekarang ngelawan gue?!"
"Trus, sampe kapan gue harus takut sama lo hah?!"
"Woy, udah-udah. Kalian tuh gak pernah ngerti ya, kalian dihukum itu supaya baikan, bukan malah tambah parah kek gini" cibir Rey yang tiba-tiba datang.
"Nih, minum dulu deh, biar gak panas" Rey menyodorkan dua minuman dingin pada Rara dan Stella.
Stella meneguk sampai setengah minuman tersebut.
"Gara-gara lo hidup gue ancur!"Rara yang mendengar pun membeku ditempat dengan rahang mengeras, mau sampai kapan Stella menyalahkannya.
Rey yang merasa keadaan semakin keruh, berusaha melerai.
"Udah deh, gak selesai-selesai urusan kalian kalo berantem terus""Lo gak usah ikut campur Rey, mending lo balik sana!" Usir Stella.
"Trus kalo gue balik, kalian berdua bakal ribut gitu? Heh, tugas gue itu buat awasin kalian. Ternyata setelah hampir 2 minggu kalian sama sekali gak ada perubahan tau gak?!"
"Mau sampai kapan kalian kek gini?!"
Rey semakin meninggikan oktaf suaranya, sedangkan Rara dan Stella hanya mendengarkan sambil memandang amarah satu sama lain.
"Gue emang gak tau akar permasalahan kalian kek gimana, tapi setidaknya bersikap lah dewasa, kalian bukan anak kecil lagi yang selalu saling nyalahin kalo ada masalah"
"Selesain pake kepala ding--"
"Lo gak tau apa yang gue rasain selama ini, gue benci sama dia, sampe kapanpun tetap benci! Lo ngerti gak?!" Potong Stella.
"Jangan terlalu menyalahkan orang lain, karna lo gak tau dibalik itu, sebenernya elo yang paling salah" kali ini Rara yang bersuara.
Terdengar suara isakan tangis dari bibir Stella, walaupun sangat pelan.
Dan kali ini Rey lah yang diam sambil memandang mereka.
"Siapa yang bikin gue jatoh ke dasar laut saat itu? Lo sendiri yang dorong gue, sampe-sampe nyawa kak Rasya yang jadi taruhannya. Iya gue tau itu semua karna lo gak terima soal Axel yang punya perasaan sama gue. Tapi siapa yang tau hati manusia? Gue gak pernah minta Axel buat suka sama gue"
"Jangan bahas masalah itu lagi!!"
"Kenapa? Lo bilang gue gak boleh bahas masalah dulu, tapi kenapa lo selalu bahas soal kesalahan yang gue sendiri gak lakuin dari dulu?"
"Gue bukan mau lari dari masalah, berkali-kali gue minta maaf, lo selalu gak mau denger dan malah nyimpen dendam sama gue. Harusnya dari dulu kita selesain masalah ini" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara
Teen FictionBagaimana rasanya mengorbankan orang yang disayang, demi orang yang lebih disayang? -- Ganti Judul dan segera di revisi!! Maaf untuk keterlambatan update. Syeeerly💕